Seminggu yang lalu saya membeli buku berjudul "The Hardwork of Rest" bersama sekumpulan buku lainnya yang sedang diskon. Tak disangka beberapa hari kemudian saya sungguh membutuhkannya. Minggu 14 April 2013, saya berkhotbah tentang "The Privilege of Suffering" di Citygate Sunday Service. Sebuah message yang saya sudah saya persiapkan sejak 1 bulan sebelumnya. Saya menyampaikannya dengan sangat bersemangat. Setelah ibadah, kami pergi "lunch" di Plaza Senayan. Ketika itulah saya merasa kurang sehat. Setelah beberapa minggu full dengan berbagai aktifitas, akhirnya saya ambruk juga.


Selama 4 hari berturut-turut saya tidak ke mana-mana. Memang sempat merasa bosan. Tapi di saat seperti ini biasanya Allah hendak berbicara.

Saya membaca buku "The Hardwork of Rest" persis ketika saya sakit. Buku tersebut aungguh mengajar & mengkoreksi kehidupan saya. Pada pelatihan True Successful Motivation (TSM) bersama Ps. Johny Kilapong bulan lalu, kami membahas 7 roda kesuksesan. 7 Roda tersebut ialah: Family, Health, Education, Financial, Social, Ministry/Work & Spirituality/Character. Kala itu saya menyadari bahwa area Health saya sangat berpotensi menimbulkan masalah dengan pola makan & pola istirahat yang tidak teratur. Saya baru menyadari kualitas istirahat yang saya miliki kurang maksimal.

Istirahat (rest) tidak bertentangan dengan bekerja (work). Allah mengatur bumi dengan menciptakan siang & malam untuk membuat kesimbangan antara bekerja (work) & beristirahat (rest). Kualitas & kuantitas istirahat kita menentukan kemampuan produktifitas kita. Bahkan di dalam Allah memberi perintah untuk memelihara hari Sabat, sebagai hari beristirahat bagi orang Yahudi.

Ada orang yang pernah berkata bahwa "Iblis tidak pernah libur." Mungkin hal tersebut benar. Tetapi Allah beristirahat pada hari ketujuh setelah Ia menciptakan bumi & segala isinya. Saya percaya, Allah beristirahat bukan karena Ia lelah (kecapekan). Di dalam hari ketujuh, Allah menikmati segala yang Ia ciptakan.

Ketika kita harus bekerja dengan rajin & excellent, menghasilkan banyak hal yang luar biasa, mengalami promosi, penambahan fasilitas serta kenaikan gaji, jangan sampai kita tidak memiliki kuasa menikmatinya hanya karena kita tidak memiliki waktu beristirahat.

Allah bukan berhenti pada hari ketujuh, Ia bahkan menguduskannya.

Namun ada juga orang yang menggunakan pemahaman tentang istirahat ini untuk bermalas-malasan. Lalu apa bedanya kemalasan (laziness) dengan istirahat (rest). Malas ialah ketika kita beristirahat sebelum kita merasa lelah. Beristirahat pada waktu yang salah dapat menjadi sebuah kemalasan.

Saya mendapat pelajaran yang sangat penting tentang istirahat yang berkualitas. Saat saya meluangkan waktu 4 hari ini untuk beristirahat, saya merasa roh saya mengalami kesegaran. Telinga rohani pun menjadi lebih tajam untuk mendengar suaraNya.

Judul buku tersebut ternyata benar (The Hardwork of Rest),  kadang dibutuhkan kerja keras untuk dapat beristirahat dengan benar. Manusia modern telah begitu dikuasai oleh jadwal & kesibukan, sehingga berbagai masalah psikologis & fisik makin meningkat.

Setiap level kehidupan yang baru menuntut perubahan cara hidup. Kiranya dengan terus menjaga keseimbangan antara bekerja & beristirahat, saya dapat terus berjalan menggenapi panggilan Allah di waktu-waktu ke depan. Fighting!