Rabu, 30 Maret 2011

Kebaikan Tanpa Ketegasan = Kurang Baik

Memang tidak mudah untuk bertindak tegas. Dalam banyak hal, bersikap tegas mengandung lebih banyak resiko. Hal-hal sulit yang saya alami mengajarkan saya untuk bertindak tegas. Jika dilakukan dengan benar, ketegasan merupakan salah satu ekspresi kasih yang paling mujarab.

Saya menyesali saat-saat di mana saya menjadi kurang tegas. Bukan saja kurang tegas terhadap orang lain, tetapi juga kurang tegas dengan diri sendiri. Banyak orang bilang bahwa "saya terlalu baik." Kebaikan saya mudah disalahartikan dan disalahgunakan oleh orang lain.

Ketika saya belajar bersikap tegas, konflik pun tak terhindarkan. Dengan sengaja, sikap tegas saya menggiring berbagai permasalahan ketepian jurang. Namun hal itu perlu untuk menyadarkan kita akan banyak hal. Membuat kita lebih menghargai segala sesuatu yang selama ini luput dari perhatian kita.

Saya harus terus belajar, sampai saya terbiasa dengan ketegasan dan menjadikannya sebagai bagian dari diri saya. Di depan sana ada begitu banyak masalah yang membutuhkan sikap tegas. Jika kita tidak bersikap tegas di saat yang tepat, kita dapat kehilangan hal-hal terbaik yang telah Allah sediakan bagi kita.

Lembut tapi tegas merupakan hal yang penting. Tegas bukan kasar. Tegas artinya berani tetap berdiri di atas prinsip yang benar meskipun membuat keadaan menjadi semakin sulit.

Ketegasan menyebabkan orang berubah. Tanpa adanya ketegasan, hidup kita tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan. Jangan takut dibilang "tidak punya kasih" saat kita perlu bersikap tegas. Jangan terintimidasi dengan kata-kata orang lain. Ketegasan merupakan salah satu cara mengalahkan intimidasi. Intimidasi mudah menyerang orang yang tidak bersikap tegas. Ketika kita bersikap tegas dengan cara yang benar, hidup kita akan semakin diperhitungkan oleh orang lain.

Jangan berhenti belajar hanya karena kita gagal bersikap tegas. Teruslah berusaha sampai bisa.

Ketidakjelasan Yang Sah

Dalam beberapa kesempatan saya menjadi sangat marah terhadap orang-orang yang menurut saya tidak jelas sikapnya. Ketidakjelasan mendatangkan banyak kebingungan. Ketidakjelasan merupakan musuh dari kemajuan. Karena di dalam ketidakjelasan kita tidak dapat membuat keputusan dan menentukan langkah.

Meskipun malu mengakuinya, namun saya ingin dengan jujur mengatakan bahwa saya sempat mengalami kecewa dengan Tuhan. Berjalan bersama-Nya sepertinya banyak ketidakjelasan. Tak jarang saya menjadi bulan-bulanan orang yang mencibir, menghina & meragukan iman saya. Rasanya saya ingin protes sama Tuhan. Saya harus menjalani hidup yang tidak selalu dapat saya jelaskan.

Iman merupakan hal yang personal. Jika kita tidak memahami cara Allah bekerja di dalam hidup seseorang, kita akan cenderung mudah untuk menghakiminya. Penghakiman selalu menimbulkan luka, karena manusia bukan robot.

Hari ini saya berjanji, jika suatu kali saya melihat orang lain bergumul dengan iman yang nampaknya konyol, saya berjanji untuk tidak mencibir mereka. Saya mengerti betul artinya: disalahpahami orang lain. Apalagi jika iman kita dihina & diragukan oleh orang-orang yang menyebut dirinya Kristen. Orang-orang yang kita harapkan menopang kita, menjadi orang-orang yang menjatuhkan kita.

Kita bukan hanya membutuhkan iman untuk bangkit, tetapi juga iman untuk bertahan. bertahan melalui keadaan sukar yang penuh badai. Saat di mana kita menanti-nantikan Tuhan & seakan-akan Tuhan tidak akan muncul untuk menolong kita. Kita menjadi ketakutan setengah mati terhadap "deadline-deadline" yang ada di hadapan kita.

Kisah ini masih berlanjut. Perjalanan belum usai. Setiap ketakutan perlu disyukuri. Karena di sanalah Allah mendapat tempat untuk menunjukkan kemampuan-Nya. Angkatlah kepalamu, sebab waktu penggenapan telah tiba. God bless you...

Jumat, 25 Maret 2011

Tetap Berharap Meskipun Tenggelam

Kadang kita tidak mengerti mengapa tiba-tiba keadaan berbalik menyerang kita. Kita merasa perlakuan orang-orang tertentu begitu buruk kepada kita. Kita bingung karena merasa perlakuan mereka tidak sebanding dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kita menjadi terluka sekaligus bingung.

Hidup memang tidak adil. Kadang kita diminta untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang diperbuat orang lain. Orang jahat lolos, orang baik masuk penjara. Seperti seakan-akan tidak ada untungnya menjadi orang baik.

Itu sebabnya mungkin banyak orang lebih memilih setengah-setengah. Bahkan kita mungkin pernah mendengar orang mengatakan: "orang baik umurnya pendek." Kebaikan harus disyukuri, bukan dihindari. Meskipun dirugikan karena melakukan kebaikan, hal itu tetap baik.

Kita hidup di tengah-tengah generasi yang tidak bisa membedakan tangan kiri dengan tangan kanan. Tidak bisa membedakan mana orang baik mana bukan. Semua dinilai hanya dari penampilan semata.

Firman Tuhan ditulis untuk mempersiapkan kita akan banyak hal yang tidak ideal yang akan terjadi di dalam perjalanan kita di bumi. Kita tidak dapat lolos dari orang-orang yang membenci kita. Sebaik-baiknya kita hidup, selalu ada saja orang yang tidak menyukai kita. itulah uniknya manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.

Kristen bukan jaminan. Banyak orang Kristen yang melayani tetapi bersikap lebih jahat daripada orang yang tidak mengenal Allah. Mereka dibentuk oleh masa lalu mereka. Mereka belum selesai dengan masa lalu mereka. Mereka hanyalah anak-anak yang terkurung dalam tubuh dewasa. Anak-anak yang ketakutan, marah, bingung, dan tidak dapat mengekspresikan diri.

Menjadi orang Kristen yang berani itu tidak mudah, namun perlu. Berani bertindak benar, mengambil sikap, menyatakan apa yang benar bahkan berani untuk merendahkan hati demi prinsip. Kadang Bapa yang penuh kasih mengizinkan kita belajar kerendahan hati sampai titik terendah. Bukan sekedar kerendahan hati yang membuat kita "tiarap", melainkan kerendahan hati yang membuat kita "tenggelam."

Tidak ada yang lebih buruk dari perasaan tenggelam. Seakan-akan kita mendapat kepastian yang negatif. Kepastian untuk turun lebih dalam tempat yang gelap dan sunyi. Kita merasa sendirian, tertolak, perih, takut, marah, kecewa, bingung... ketidakpastian dan keputusasaan menyergap kita. Akankah kita bisa melihat hari esok? Apakah masih ada harapan untuk hidup yang lebih pasti? Bukan pasti turun ke bawah, melainkan pasti menemukan Allah dan janji-janji-Nya.

Kadang kita lelah menerima janji. Kita menginginkan penggenapan janji. Sampai kapan harus menunggu, kita tidak tahu. Jika hidup ini seperti film "Life is Waiting" (Tom Hanks), sampai kapankah kita bersedia menunggu? Mari kita hapus kata "menyerah" dari kamus kehidupan. Dan belajar menjadi keras kepala untuk hal-hal yang benar. Bukankah hidup itu lebih penting daripada sekedar memusingkan pendapat orang lain? Ketakutan akan hilang jika dihadapi. Keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut di hati kita, melainkan tetap melangkah meskipun takut.

Selamat berjuang kawan! Ada hidup yang lebih dari biasa. Kamu hanya harus terus berusaha dan tidak menyerah hanya karena semua hal berbalik menyerangmu.

Terima Kasih Untuk 5 Roti & 2 Ikan

Saya masih bisa hidup sampai hari ini karena ada orang lain yang telah menyerahkan "5 roti & 2 ikan" yang ia miliki kepada Yesus. Sehingga Yesus dapat melipatgandakannya & mengadakan mujizat untuk "mengenyangkan" yang lain. Saya hanyalah satu di antaranya. Siapa pun yang telah menyerahkan "5 roti & 2 ikan" yang dimilikinya, malam ini saya ucapkan terima kasih untuk hati yang tidak mementingkan diri sendiri sehingga kami semua dapat makan.

Rabu, 23 Maret 2011

Relationship 101: Pengendalian Diri, Konflik & Janji Tuhan

Menjalani suatu hubungan sangat sulit jika kita tidak memiliki penguasaan diri. Konflik mudah di atasi jika kita melatih pengendalian diri. Hidup dipimpin oleh Roh Kudus merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membangun dan menjalani sebuah hubungan. Jika kita tidak belajar mendengarkan Allah ketika konflik terjadi di hidup kita, maka hasilnya kita akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Firman Allah.

Untuk menjalani sebuah hubungan yang berkemenangan, setiap pribadi yang terlibat harus mau terus-menerus diubahkan dan mengalami pemulihan. Kematian terhadap diri sendiri merupakan kunci menjadi pribadi seperti Kristus. Sejak manusia ada di bumi dan jatuh ke dalam dosa, keegoisan dan sikap mementingkan diri sendiri telah menjadi musuh besar dari hubungan. Jika kita penuh dengan diri sendiri (agenda-agenda, keinginan-keinginan, apa yang kita rasakan...), kita tidak akan bisa menjadi seorang "partner" yang membangun hidup pasangan kita.

Prioritas yang salah selalu mewarnai hubungan yang bermasalah. Alkitab memberitahu kita bahwa "mengasihi Allah dengan segenap hati", merupakan prioritas yang benar dalam hidup. Yang paling buruk di dalam sebuah hubungan ialah ketika setiap pribadi berebut untuk merasa dirinya penting. Hubungan bukan alat pemuas kebutuhan kita. Hubungan tidak boleh menjadi alat untuk memuaskan kebutuhan emosional, kebutuhan jasmani apalagi kebutuhan seksual. Sebuah hubungan akan bekerja dengan baik jika kita berfokus pada memberi, bukan menerima.

Dulu saya pernah merasa bahwa saya adalah orang yang sabar. Namun di dalam hubungan, saya menemukan banyak ketidaksabaran di dalam diri saya. Banyak ketidak dewasaan yang harus dibenahi. Banyak cara berpikir yang harus dikoreksi. Saya harus belajar meminta maaf dengan penuh kerendahan hati. Belajar memaafkan dengan tidak mengingat, apalagi mengungkit-ungkit kesalahan. Yang terpenting dari semua ini ialah menentukan dari sumber mana kita akan belajar mengenai hubungan.

Roh Kudus pernah mengingatkan bahwa kehidupan saya seperti Musa. Si pemimpin besar yang dijuluki "orang yang paling lemah lembut di muka bumi" ini, tidak selalu bersikap selembut julukannya. Ia pernah menjadi pembunuh. Dan yang paling buruk ialah, ia tidak bisa memasuki Tanah Perjanjian karena dia emosi dengan orang-orang yang ia pimpin.

Seringkali kesalahpahaman dan sikap pasangan kita yang salah di dalam hubungan dapat membuat kita begitu emosi. Kita mungkin tidak terima karena menganggap tidak perlu membesar-besarkan masalah atau meributkan hal yang sepele. Dalam beberapa kesempatan kita mungkin berhasil menguasai diri. Tapi dalam banyak kesempatan lainnya kita kehilangan kendali dan menjadi sangat marah.

Saya menulis tulisan ini untuk mengingatkan diri saya. Saya seorang yang melayani Tuhan sepenuh waktu, tapi saya bukan Tuhan. Berulangkali saya marah dan membenci diri saya sendiri oleh karena menyesal dengan sikap-sikap saya ketika saya sedang marah. Saya berusaha membenarkan alasan-alasan mengapa saya marah. Namun, firman Tuhan berkata: "... sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (Yakobus 1:20). Saya ingin dipakai oleh Tuhan sama seperti Tuhan memakai Musa. Namun saya tidak ingin mengalami apa yang Musa alami: menerima janji Tuhan, tetapi tidak menerima penggenapan janji Tuhan. Saya tidak ingin kehilangan janji Tuhan hanya karena saya tidak bisa menguasai diri (emosi).


Mazmur 106:32-33
"Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka;
sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata-katanya."

Kiranya firman ini selalu mengingatkan saya, bahwa saya bisa kehilangan apa yang telah Allah sediakan bagi saya, jika saya tidak belajar mengendalikan diri. Saya tidak hanya ingin menerima janji, saya ingin menerima penggenapan janji.

"... let Your will be done!"

Senin, 21 Maret 2011

MENUNGGU ALLAH DI DALAM PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Pernahkah anda mengalami kebingungan dalam pergumulan anda? Sepertinya semua yang Allah inginkan sudah anda lakukan. Mengapa apa yang IA janjikan tidak kunjung datang? Padahal janji Tuhan berulang kali datang ke dalam hidup anda melalui banyak peristiwa ganjil.

Itulah yang saya alami saat ini. Saya bingung, tidak tahu harus melakukan apa lagi. "Menunggu" bukan terdengar ide yang baik bagi saya. Waktu terus berjalan, sedangkan ada begitu banyak tanggungjawab finansial yang harus dilakukan menjelang pesta pernikahan saya.

Tuhan menuntun saya untuk membaca kembali buku Norvel Hayes yang berjudul Worship: Unleashing the Supranatural Power of God in Your Life. Setelah membaca buku itu saya mulai mengerti, bahwa pada saat-saat penantian kita harus menantikan Tuhan dalam pujian & penyembahan. Ketika kita bingung, menantikan instruksi berikutnya atau kita merasa waktu penggenapan telah sangat dekat dan kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan, inilah waktunya menantikan Tuhan dalam pujian dan penyembahan.

Jika kita membiarkan hati dan pikiran kita kosong di dalam penantian kita akan Allah, Iblis akan dengan mudah menembakkan panah api pikiran negatif yang akan menggerogoti iman kita sehingga kita menjadi frustasi dan tawar hati di dalam penantian kita akan Allah.


"Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." -Hosea 6:3-

Pada saat yang penuh kebingungan, kita seringkali sulit untuk mengucapsyukur. Namun sesungguhnya, mengucapsyukur merupakan bagian dari iman (mempercayai Allah). Ketika kita berdoa kepada Allah, kita menaikkan permohonan kita dengan ucapan syukur. Ucapan syukur kita tidak berfokus pada hasil, melainkan pada karakter Allah yang bisa dipercaya.

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." -Filipi 4:6-

Hari ini saya belajar menantikan Allah di dalam pujian & penyembahan. Pujian & penyembahan bukan sekedar bagian dari liturgi ibadah gereja, melainkan juga gaya hidup menantikan-nantikan Tuhan. Daud Si Penyembah pasti telah belajar begitu banyak bagaimana pujian dan penyembahan kepada Allah telah menggiring dia kepada begitu banyak kemenangan. Jika ribuan tahun yang lalu ia mengalaminya, sekarang giliran saya. Saya rindu mengalami hal-hal yang paling dahsyat yang bisa terjadi di dalam hidup saya. Saya tidak akan berhenti berseru sampai saya dapat menyentuh jubah Yesus dan mengalami hidup yang diubahkan.

Jika anda berada di dalam penantian yang sama dengan saya, ini bukan waktunya menyerah, melainkan waktunya berserah. Puji & sembah Allah di tahta-Nya yang kudus, maka kita akan melihat IA bertindak pada waktu yang terbaik. My life is Yours.

Rabu, 30 Maret 2011

Memang tidak mudah untuk bertindak tegas. Dalam banyak hal, bersikap tegas mengandung lebih banyak resiko. Hal-hal sulit yang saya alami mengajarkan saya untuk bertindak tegas. Jika dilakukan dengan benar, ketegasan merupakan salah satu ekspresi kasih yang paling mujarab.

Saya menyesali saat-saat di mana saya menjadi kurang tegas. Bukan saja kurang tegas terhadap orang lain, tetapi juga kurang tegas dengan diri sendiri. Banyak orang bilang bahwa "saya terlalu baik." Kebaikan saya mudah disalahartikan dan disalahgunakan oleh orang lain.

Ketika saya belajar bersikap tegas, konflik pun tak terhindarkan. Dengan sengaja, sikap tegas saya menggiring berbagai permasalahan ketepian jurang. Namun hal itu perlu untuk menyadarkan kita akan banyak hal. Membuat kita lebih menghargai segala sesuatu yang selama ini luput dari perhatian kita.

Saya harus terus belajar, sampai saya terbiasa dengan ketegasan dan menjadikannya sebagai bagian dari diri saya. Di depan sana ada begitu banyak masalah yang membutuhkan sikap tegas. Jika kita tidak bersikap tegas di saat yang tepat, kita dapat kehilangan hal-hal terbaik yang telah Allah sediakan bagi kita.

Lembut tapi tegas merupakan hal yang penting. Tegas bukan kasar. Tegas artinya berani tetap berdiri di atas prinsip yang benar meskipun membuat keadaan menjadi semakin sulit.

Ketegasan menyebabkan orang berubah. Tanpa adanya ketegasan, hidup kita tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan. Jangan takut dibilang "tidak punya kasih" saat kita perlu bersikap tegas. Jangan terintimidasi dengan kata-kata orang lain. Ketegasan merupakan salah satu cara mengalahkan intimidasi. Intimidasi mudah menyerang orang yang tidak bersikap tegas. Ketika kita bersikap tegas dengan cara yang benar, hidup kita akan semakin diperhitungkan oleh orang lain.

Jangan berhenti belajar hanya karena kita gagal bersikap tegas. Teruslah berusaha sampai bisa.

Dalam beberapa kesempatan saya menjadi sangat marah terhadap orang-orang yang menurut saya tidak jelas sikapnya. Ketidakjelasan mendatangkan banyak kebingungan. Ketidakjelasan merupakan musuh dari kemajuan. Karena di dalam ketidakjelasan kita tidak dapat membuat keputusan dan menentukan langkah.

Meskipun malu mengakuinya, namun saya ingin dengan jujur mengatakan bahwa saya sempat mengalami kecewa dengan Tuhan. Berjalan bersama-Nya sepertinya banyak ketidakjelasan. Tak jarang saya menjadi bulan-bulanan orang yang mencibir, menghina & meragukan iman saya. Rasanya saya ingin protes sama Tuhan. Saya harus menjalani hidup yang tidak selalu dapat saya jelaskan.

Iman merupakan hal yang personal. Jika kita tidak memahami cara Allah bekerja di dalam hidup seseorang, kita akan cenderung mudah untuk menghakiminya. Penghakiman selalu menimbulkan luka, karena manusia bukan robot.

Hari ini saya berjanji, jika suatu kali saya melihat orang lain bergumul dengan iman yang nampaknya konyol, saya berjanji untuk tidak mencibir mereka. Saya mengerti betul artinya: disalahpahami orang lain. Apalagi jika iman kita dihina & diragukan oleh orang-orang yang menyebut dirinya Kristen. Orang-orang yang kita harapkan menopang kita, menjadi orang-orang yang menjatuhkan kita.

Kita bukan hanya membutuhkan iman untuk bangkit, tetapi juga iman untuk bertahan. bertahan melalui keadaan sukar yang penuh badai. Saat di mana kita menanti-nantikan Tuhan & seakan-akan Tuhan tidak akan muncul untuk menolong kita. Kita menjadi ketakutan setengah mati terhadap "deadline-deadline" yang ada di hadapan kita.

Kisah ini masih berlanjut. Perjalanan belum usai. Setiap ketakutan perlu disyukuri. Karena di sanalah Allah mendapat tempat untuk menunjukkan kemampuan-Nya. Angkatlah kepalamu, sebab waktu penggenapan telah tiba. God bless you...

Jumat, 25 Maret 2011

Kadang kita tidak mengerti mengapa tiba-tiba keadaan berbalik menyerang kita. Kita merasa perlakuan orang-orang tertentu begitu buruk kepada kita. Kita bingung karena merasa perlakuan mereka tidak sebanding dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kita menjadi terluka sekaligus bingung.

Hidup memang tidak adil. Kadang kita diminta untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang diperbuat orang lain. Orang jahat lolos, orang baik masuk penjara. Seperti seakan-akan tidak ada untungnya menjadi orang baik.

Itu sebabnya mungkin banyak orang lebih memilih setengah-setengah. Bahkan kita mungkin pernah mendengar orang mengatakan: "orang baik umurnya pendek." Kebaikan harus disyukuri, bukan dihindari. Meskipun dirugikan karena melakukan kebaikan, hal itu tetap baik.

Kita hidup di tengah-tengah generasi yang tidak bisa membedakan tangan kiri dengan tangan kanan. Tidak bisa membedakan mana orang baik mana bukan. Semua dinilai hanya dari penampilan semata.

Firman Tuhan ditulis untuk mempersiapkan kita akan banyak hal yang tidak ideal yang akan terjadi di dalam perjalanan kita di bumi. Kita tidak dapat lolos dari orang-orang yang membenci kita. Sebaik-baiknya kita hidup, selalu ada saja orang yang tidak menyukai kita. itulah uniknya manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.

Kristen bukan jaminan. Banyak orang Kristen yang melayani tetapi bersikap lebih jahat daripada orang yang tidak mengenal Allah. Mereka dibentuk oleh masa lalu mereka. Mereka belum selesai dengan masa lalu mereka. Mereka hanyalah anak-anak yang terkurung dalam tubuh dewasa. Anak-anak yang ketakutan, marah, bingung, dan tidak dapat mengekspresikan diri.

Menjadi orang Kristen yang berani itu tidak mudah, namun perlu. Berani bertindak benar, mengambil sikap, menyatakan apa yang benar bahkan berani untuk merendahkan hati demi prinsip. Kadang Bapa yang penuh kasih mengizinkan kita belajar kerendahan hati sampai titik terendah. Bukan sekedar kerendahan hati yang membuat kita "tiarap", melainkan kerendahan hati yang membuat kita "tenggelam."

Tidak ada yang lebih buruk dari perasaan tenggelam. Seakan-akan kita mendapat kepastian yang negatif. Kepastian untuk turun lebih dalam tempat yang gelap dan sunyi. Kita merasa sendirian, tertolak, perih, takut, marah, kecewa, bingung... ketidakpastian dan keputusasaan menyergap kita. Akankah kita bisa melihat hari esok? Apakah masih ada harapan untuk hidup yang lebih pasti? Bukan pasti turun ke bawah, melainkan pasti menemukan Allah dan janji-janji-Nya.

Kadang kita lelah menerima janji. Kita menginginkan penggenapan janji. Sampai kapan harus menunggu, kita tidak tahu. Jika hidup ini seperti film "Life is Waiting" (Tom Hanks), sampai kapankah kita bersedia menunggu? Mari kita hapus kata "menyerah" dari kamus kehidupan. Dan belajar menjadi keras kepala untuk hal-hal yang benar. Bukankah hidup itu lebih penting daripada sekedar memusingkan pendapat orang lain? Ketakutan akan hilang jika dihadapi. Keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut di hati kita, melainkan tetap melangkah meskipun takut.

Selamat berjuang kawan! Ada hidup yang lebih dari biasa. Kamu hanya harus terus berusaha dan tidak menyerah hanya karena semua hal berbalik menyerangmu.

Saya masih bisa hidup sampai hari ini karena ada orang lain yang telah menyerahkan "5 roti & 2 ikan" yang ia miliki kepada Yesus. Sehingga Yesus dapat melipatgandakannya & mengadakan mujizat untuk "mengenyangkan" yang lain. Saya hanyalah satu di antaranya. Siapa pun yang telah menyerahkan "5 roti & 2 ikan" yang dimilikinya, malam ini saya ucapkan terima kasih untuk hati yang tidak mementingkan diri sendiri sehingga kami semua dapat makan.

Rabu, 23 Maret 2011

Menjalani suatu hubungan sangat sulit jika kita tidak memiliki penguasaan diri. Konflik mudah di atasi jika kita melatih pengendalian diri. Hidup dipimpin oleh Roh Kudus merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membangun dan menjalani sebuah hubungan. Jika kita tidak belajar mendengarkan Allah ketika konflik terjadi di hidup kita, maka hasilnya kita akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Firman Allah.

Untuk menjalani sebuah hubungan yang berkemenangan, setiap pribadi yang terlibat harus mau terus-menerus diubahkan dan mengalami pemulihan. Kematian terhadap diri sendiri merupakan kunci menjadi pribadi seperti Kristus. Sejak manusia ada di bumi dan jatuh ke dalam dosa, keegoisan dan sikap mementingkan diri sendiri telah menjadi musuh besar dari hubungan. Jika kita penuh dengan diri sendiri (agenda-agenda, keinginan-keinginan, apa yang kita rasakan...), kita tidak akan bisa menjadi seorang "partner" yang membangun hidup pasangan kita.

Prioritas yang salah selalu mewarnai hubungan yang bermasalah. Alkitab memberitahu kita bahwa "mengasihi Allah dengan segenap hati", merupakan prioritas yang benar dalam hidup. Yang paling buruk di dalam sebuah hubungan ialah ketika setiap pribadi berebut untuk merasa dirinya penting. Hubungan bukan alat pemuas kebutuhan kita. Hubungan tidak boleh menjadi alat untuk memuaskan kebutuhan emosional, kebutuhan jasmani apalagi kebutuhan seksual. Sebuah hubungan akan bekerja dengan baik jika kita berfokus pada memberi, bukan menerima.

Dulu saya pernah merasa bahwa saya adalah orang yang sabar. Namun di dalam hubungan, saya menemukan banyak ketidaksabaran di dalam diri saya. Banyak ketidak dewasaan yang harus dibenahi. Banyak cara berpikir yang harus dikoreksi. Saya harus belajar meminta maaf dengan penuh kerendahan hati. Belajar memaafkan dengan tidak mengingat, apalagi mengungkit-ungkit kesalahan. Yang terpenting dari semua ini ialah menentukan dari sumber mana kita akan belajar mengenai hubungan.

Roh Kudus pernah mengingatkan bahwa kehidupan saya seperti Musa. Si pemimpin besar yang dijuluki "orang yang paling lemah lembut di muka bumi" ini, tidak selalu bersikap selembut julukannya. Ia pernah menjadi pembunuh. Dan yang paling buruk ialah, ia tidak bisa memasuki Tanah Perjanjian karena dia emosi dengan orang-orang yang ia pimpin.

Seringkali kesalahpahaman dan sikap pasangan kita yang salah di dalam hubungan dapat membuat kita begitu emosi. Kita mungkin tidak terima karena menganggap tidak perlu membesar-besarkan masalah atau meributkan hal yang sepele. Dalam beberapa kesempatan kita mungkin berhasil menguasai diri. Tapi dalam banyak kesempatan lainnya kita kehilangan kendali dan menjadi sangat marah.

Saya menulis tulisan ini untuk mengingatkan diri saya. Saya seorang yang melayani Tuhan sepenuh waktu, tapi saya bukan Tuhan. Berulangkali saya marah dan membenci diri saya sendiri oleh karena menyesal dengan sikap-sikap saya ketika saya sedang marah. Saya berusaha membenarkan alasan-alasan mengapa saya marah. Namun, firman Tuhan berkata: "... sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (Yakobus 1:20). Saya ingin dipakai oleh Tuhan sama seperti Tuhan memakai Musa. Namun saya tidak ingin mengalami apa yang Musa alami: menerima janji Tuhan, tetapi tidak menerima penggenapan janji Tuhan. Saya tidak ingin kehilangan janji Tuhan hanya karena saya tidak bisa menguasai diri (emosi).


Mazmur 106:32-33
"Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka;
sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata-katanya."

Kiranya firman ini selalu mengingatkan saya, bahwa saya bisa kehilangan apa yang telah Allah sediakan bagi saya, jika saya tidak belajar mengendalikan diri. Saya tidak hanya ingin menerima janji, saya ingin menerima penggenapan janji.

"... let Your will be done!"

Senin, 21 Maret 2011

Pernahkah anda mengalami kebingungan dalam pergumulan anda? Sepertinya semua yang Allah inginkan sudah anda lakukan. Mengapa apa yang IA janjikan tidak kunjung datang? Padahal janji Tuhan berulang kali datang ke dalam hidup anda melalui banyak peristiwa ganjil.

Itulah yang saya alami saat ini. Saya bingung, tidak tahu harus melakukan apa lagi. "Menunggu" bukan terdengar ide yang baik bagi saya. Waktu terus berjalan, sedangkan ada begitu banyak tanggungjawab finansial yang harus dilakukan menjelang pesta pernikahan saya.

Tuhan menuntun saya untuk membaca kembali buku Norvel Hayes yang berjudul Worship: Unleashing the Supranatural Power of God in Your Life. Setelah membaca buku itu saya mulai mengerti, bahwa pada saat-saat penantian kita harus menantikan Tuhan dalam pujian & penyembahan. Ketika kita bingung, menantikan instruksi berikutnya atau kita merasa waktu penggenapan telah sangat dekat dan kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan, inilah waktunya menantikan Tuhan dalam pujian dan penyembahan.

Jika kita membiarkan hati dan pikiran kita kosong di dalam penantian kita akan Allah, Iblis akan dengan mudah menembakkan panah api pikiran negatif yang akan menggerogoti iman kita sehingga kita menjadi frustasi dan tawar hati di dalam penantian kita akan Allah.


"Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." -Hosea 6:3-

Pada saat yang penuh kebingungan, kita seringkali sulit untuk mengucapsyukur. Namun sesungguhnya, mengucapsyukur merupakan bagian dari iman (mempercayai Allah). Ketika kita berdoa kepada Allah, kita menaikkan permohonan kita dengan ucapan syukur. Ucapan syukur kita tidak berfokus pada hasil, melainkan pada karakter Allah yang bisa dipercaya.

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." -Filipi 4:6-

Hari ini saya belajar menantikan Allah di dalam pujian & penyembahan. Pujian & penyembahan bukan sekedar bagian dari liturgi ibadah gereja, melainkan juga gaya hidup menantikan-nantikan Tuhan. Daud Si Penyembah pasti telah belajar begitu banyak bagaimana pujian dan penyembahan kepada Allah telah menggiring dia kepada begitu banyak kemenangan. Jika ribuan tahun yang lalu ia mengalaminya, sekarang giliran saya. Saya rindu mengalami hal-hal yang paling dahsyat yang bisa terjadi di dalam hidup saya. Saya tidak akan berhenti berseru sampai saya dapat menyentuh jubah Yesus dan mengalami hidup yang diubahkan.

Jika anda berada di dalam penantian yang sama dengan saya, ini bukan waktunya menyerah, melainkan waktunya berserah. Puji & sembah Allah di tahta-Nya yang kudus, maka kita akan melihat IA bertindak pada waktu yang terbaik. My life is Yours.