Gereja dibuat lelah dengan penghakiman. Orang yang pernah mengalami kasih karunia & penerimaan pun bisa berubah menjadi seorang pendakwa yang menggunakan firman Allah untuk menjatuhkan orang lain, bukan untuk menolong orang lain. Kita dipanggil untuk jujur dalam mengenali kondisi hati kita. Kadang kita menemukan atmosfer yang salah di dalam keluarga rohani yang adalah Tubuh Kristus. "Like or Dislike Factor" mewarnai cara membangun hubungan, berkomunikasi, keterlibatan dan pemberin label kepada seseorang. Sebagai pemimpin, anda harus berhati-hati ketika mendapati diri anda tidak menyukai salah seorang di gereja anda. Hati anda harus tetap netral, sikap anda harus tetap objektif. Anda harus tetap memiliki pikiran & perasaan Tuhan dalam menilai semua orang.

Untuk orang yang anda sukai, 2 + 2 harus sama dengan 4. Bukan 5. Unttuk orang yang tidak anda sukai, 2 + 2 harus sama dengan 4. Bukan 3. Bisakah kita memandang semua orang di gereja dengan 2 + 2 sama dengan 4?

Hal ini bukan berarti kita menutup mata terhadap kelemahan atau kelebihan orang lain. Sebagai manusia baru, kita harus memiliki cara menilai yang baru terhadap setiap orang. Kita tidak hanya melihat mereka sebagaimana adanya mereka hari ini, melainkan apa yang menjadi rencana Allah atas orang tersebut.

Yesus tidak pernah menyerah dengan kegagalan Petrus. Allah memberikan kesempatan kedua kepada Yunus untuk pergi ke Niniwe setelah ia mencoba untuk kabur ke Tarsis. Yesus berkata kepada wanita yang berbuat zinah: "pergilah & jangan berbuat dosa lagi." Semua hal ini tidak sedang menunjukkan bahwa Allah mengizinkan atau membiarkan dosa & kesalahan. Allah yang kita percayai adalah Allah yang percaya kepada kita. Ken Blanchard pernah mengatakan, jika sebagai pemimpin kita ingin memberdayakan orang lain, maka kita hars berani mempercayai mereka. Meskipun mereka berulang kali gagal atau menunjukkan sikap tidak bisa dipercaya karena berulang kali mereka mengulangi kebodohan yang sama, jika kita ingin memberdayakan mereka maka kita harus mempercayai mereka. Putuskan untuk percaya mereka melampaui semua fakta & kenyataan yang anda lihat tentang seseorang. Kepemimpinan memerlukan iman. Kita harus mempercayai & melibatkan Allah dalam setiap proses kepemimpinan ketika kita sedang memperlengkapi & memberdayakan orang lain.

Seorang pemimpin harus mendengarkan Allaah, sebelum ia ingin didengarkan orang lain.

Menghakimi berarti memberikan penilaian secara salah. Menghakimi juga bisa berarti memiliki sikap yang salah terhadap penilaian yang benar. Sikap menghakimi selalu diawali dari sikap hati yang salah tentang orang lain.

Di satu pihak, kita dipanggil untuk tidak menghakimi orang lain. Namun di sisi lain, kita tidak perlu takut dihakimi oleh orang lain. Just do your best! Hiduplah begitu luar biasa, sehingga penghakiman & penilaian yang salah dari orang lain terbukti salah. Ingatlah, bahwa jika kita hidup tidak benar & orang lain menilai kita tidak benar karena mereka mengetahui ketidakbenaran yang kita lakukan, anggaplah hal tersebut sebagai koreksi bukan penghakiman. Sepanjang saya belajar menjadi seorang pemimpin, saya belajar untuk tidak takut terhadap penghakiman orang sepanjang kita memiliki kehidupan yang benar & selalu memberi yang terbaik.

Hari-hari ini, gereja sangat perlu memiliki atmosfer komunitas yang benar. Jika kita tidak mengusahakan atmosfer komunitas yang benar, maka Iblis akan mudah bekerja di dalam gereja kita. Atmosfer gereja yang benar bukan berarti tidak ada konflik atau gesekan, tidak ada masalah. Atmosfer gereja yang benar membuat setiap pribadi (di mulai dari para pemimpinnya), untuk membuat keputusan untuk merespon sesuai dengan firman & mentalitas Kerajaan Allah.

Komunitas kita harus menjadi komunitas Kerajaan Allah di mana budaya & nilai-nilai Kerajaan Allah menjadi penentu atmosfer komunitas kita. Komunitas Kerajaan Allah adalah komunitas yang hidup di bawah pemerintahan Allah, bukan dikendalikan oleh emosi, pikiran negatif atau sentimen pribadi.

Gereja sebagai komunitas harus menjadi model bagi seluruh hubungan yang ada di dunia. "Gaya hidup saling" yang kita miliki lahir sebagai ekspresi penghormatan kita kepada Allah serta komitmen kita terhadap nilai-nilai & tujuan Kerajaan-Nya untuk mengembalikan setiap orang pada rencana Allah semula.