Rabu, 26 Oktober 2011

CrREATIVE DEVOTION


We need a plan to build intimacy with God. Don't be trapped by traditional method & paradigm about daily devotion. Be creative in your devotion. Daily devotion is not just about read 1 or 2 verses from the Bible or read article from Daily Devotion Book. It's all about intimacy with a Person: GOD Himself.

"Search the scriptures; for in them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of me. And ye will not come to me, that ye might have life." -John 5:39-40 KJV

Be creative in your devotion... Choose the best time to enjoying God in your daily life.

P.S: Please read "Take Jesus Out For Coffee" from http://vaniafelani.blogspot.com/2011/10/take-jesus-out-for-coffee.html

LOVE BRINGS CREATIVITY

Cinta membuat kita kreatif! Saya mengalaminya menjelang hari pernikahan saya. Ketika harus mendesign beberapa hasil foto pre-wedding untuk website weebly kami, saya ternyata bisa melakukan sesuatu yang membanggakan calon isteri saya.

Dengan berbekal kemampuan yang apa adanya & Adobe Photoshop 7.0. saya membuat design foto-foto pre-wedding kami. Ini dia hasilnya... (",)v

Here is the link:
http://ferryvania.weebly.com/our-values.html


PAGA: PERJUMPAAN!

Badai itu sudah berlalu. Awal tahun 2011 hingga menjelang hari pernikahan saya (14 Mei 2011), merupakan hari-hari yang sangat sulit untuk dilalui. Iman saya berada ditepian jurang. Apakah mungkin tanggal 14 Mei 2011 saya bisa menikah? Kami (saya & Vania) telah membayar DP untuk semua persiapan pernikahan kami.

14 Mei 2011 adalah tanggal pernikahan yang saya dapatkan dari Roh Kudus ketika sedang makan malam di hari ulang tahun Vania. Buzz Restaurant di Alila Hotel adalah tempat kami menikmati makan malam tepat tanggal 13 Januari 2010. Saya hampir tidak percaya bahwa Allah sungguh memberikan tanggal tersebut di hati saya pada saat saya sedang berada di toilet. Vania pun sulit untuk mempercayai tanggal yang saya sebut. 14 Mei 2011? Saya tidak ragu lagi setelah mendapati bahwa 14 Mei 2011 adalah hari Sabtu. Seandainya 14 Mei 2011 adalah hari Senin atau Rabu, mungkin saya akan meragukannya... 


"Now unto him that is able to do exceeding abundantly above all that we ask or think, according to the power that worketh in us, ..." -Ephesians 3:20 KJV

Ayat di atas menjadi dasar pernikahan kami. We believe ini miracle... sampai saat di mana ujian datang & menguji iman kami...

Setiap hari saya berseru kepada Tuhan memohon mujizat... mujizat tidak datang. Waktu terus berjalan. Keputusan harus dibuat. Banyak hal harus dibayar. Takut. Dipermalukan. Bingung. Kecewa. Marah.

Tiba-tiba saja saya menjadi akrab dengan perasaan-perasaan negatif yang ada.

Saya mempertanyakan keterlambatan Tuhan...
Saya menanyakan status Tuhan sebagai Bapa & saya sebagai anak...
Saya seperti Ayub yang kecewa & mempertanyakan di mana letak kesalahan saya...

Tuhan diam, sampai Ia mulai berbicara melalui banyak hal. Di antaranya ialah 2 buku di bawah ini: It's Your Time by Joel Osteen & Destined to Reign by Joseph Prince...


Saya membeli kedua buku tersebut dengan uang hasil pelayanan saya hari itu. Desakan Roh Kudus yang begitu kuat di sebuah toko buku rohani, membuat saya berani membeli kedua buku yang harganya cukup mahal, berhubung waktu itu saya sedang berhemat habis-habisan (mohon jangan salah sangka, starbucks di sebelahnya saya peroleh gratis dengan voucher...).

Melalui lembar-lembar buku tersebut, Tuhan menjawab banyak pertanyaan saya saat itu. Hati saya dikuatkan. Waktunya kembali melangkah. Namun saya terkejut. Setelah Tuhan berbicara melalui buku-buku tersebut, mujizat tetap tidak terjadi.

"Belajar percaya" bukan hal mudah. Jika ada orang yang berkata bahwa mereka ingin mengalami pernikahan yang penuh mujizat seperti yang pernah saya alami, saya akan mengatakan bahwa prosesnya sungguh tidak enak. Daging saya berteriak kesakitan. 

Saat-saat yang penuh badai ini menjadikan saya seorang pendoa. Saya tidak pernah lebih sungguh-sungguh dari waktu-waktu ini. Bukan hanya setiap hari, melainkan setiap saat... saya berdoa dengan sungguh-sungguh. Di kamar, di motor, di stasiun kereta api, di WC umum... saya merasakan Tuhan. Saya sangat membutuhkan Dia. Tanpa Tuhan saya pasti tenggelam. Begitu kuatnya saya berdoa sehingga dari saat-saat tersebut, lahirlah buku perdana saya yang berjudul "The Tremendous Power That Available." Buku ini menjadi salah satu gift yang kami berikan di Holy Matrimony pernikahan kami.




Dan hari itu pun datang juga...


Pdt. Jonathan Pattiasina memberkati pernikahan kami di Alila Hotel, Pecenongan pada tanggal 14 Mei 2011. Saya tidak dapat melupakan hari yang luar biasa tersebut. Allah mencukupkan segala sesuatunya. Pernikahan kami berlangsung dengan sangat luar biasa. Hari-hari yang penuh air mata ketakutan & kekecewaan berganti dengan air mata sukacita & ucapan syukur.

Tuhan Yesus memang sangat baik!

Sudah 5 bulan berlalu... Badai itu benar-benar telah berlalu... Tuhan memberkati pernikahan & pelayanan saya. Saya sedang menikmati hari-hari terbaik saya... hingga saya menyadari satu hal: saya tidak lagi berdoa seperti waktu-waktu di mana badai itu menghantam kehidupan saya. Saya sudah terlalu nyaman sehingga hampir-hampir saya tidak bisa berseru seperti ketika saya hampir tenggelam.

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui." -Yeremia 33:3

Saya tahu bahwa saat ini Roh Kudus sedang mengingatkan kembali untuk saya kembali berseru kepada Tuhan. Doa merupakan sebuah anugerah. Anugerah yang hanya dapat kita gunakan & nikmati di bumi. Kita tidak dapat berdoa di Sorga. Kita tidak membutuhkan kesembuhan, pemulihan & terobosan keuangan di Sorga. Di sana segala sesuatunya telah tersedia. Tidak ada lagi maslaah & air mata. Kita membutuhkannya di bumi. Melalui doa kita memerintah bersama-sama dengan Allah.

Saya masih harus berseru meskipun saya tidak sedang tenggalam... namun ada orang-orang yang sedang tenggelam. Kota Jakarta sedang tenggelam dengan dosa-dosanya. Orang-orang yang saya pimpin sedang tenggelam dengan kesibukannya. Kita tidak hanya dipanggil untuk berseru kepada Tuhan hanya untuk urusan pribadi. Kita dipanggil juga untuk berseru kepada Tuhan untuk orang-orang yang kita pimpin, keluarga kita, kota & bangsa kita. Itulah "syafaat"... Kata "syafaat" berasal dari kata Ibrani "paga" yang artinya: perjumpaan. Allah berjumpa dengan partner-Nya, Iblis berjumpa dengan musuh-Nya. Peperangan kembali berlanjut... namun kemenangan pasti di pihak Allah kita.

STAND UP!




Tidak banyak yang orang ketahui tentang kehidupan pribadi seorang "pemimpin rohani." Perasaannya sebagai seorang banyak dituntut, serta pergumulan batinnya terhadap kehidupan pribadinya. Setiap pemimpin memiliki pengharapan (hope). Pengharapan terhadap orang-orang yang ia pimpin. Pemimpin adalah orang yang rentan dengan kekecewaan. Bukan hanya pemimpin... melainkan semua orang yang punya pengharapan.

Kekecewaan terjadi ketika harapan kita tidak terwujud. Harapan terhadap orang-orang yang kita pimpin.

Tahun 2011 ini, menjadi tahun yang cukup sulit dalam penggembalaan. Saya mendapat diri saya kecewa. Kecewa terhadap orang-orang yang saya pimpin. Saya kecewa karena saya memiliki pengharapan yang besar terhadap mereka. Saya mengenal mereka cukup lama. Saya menemukan potensi mereka. Saya mengagumi & bangga dengan mereka.

Namun tahun ini terasa berbeda...

Ada banyak hal yang sepertinya mengalihkan fokus mereka. Prioritas yang salah menjadi jebakan yang menghambat kerohanian mereka. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti disalahartikan. Mereka seperti sedang mengejar "sesuatu" yang cukup masuk akal untuk dibilang "penting."

Berbagai alasan yang saya dengar hanya menambahkan kesedihan. Alasan-alasan yang dirohanikan hanya akan membuat proses pembentukan Tuhan memakan waktu lebih panjang.

Dalam suatu kesempatan Roh Kudus meletakkan pesan: STAND UP! Berdiri bagi anak-anak rohanimu! Berdiri bagi kotamu! Berdiri bagi bangsamu!

Tuhan hendak memanggil bangkit mereka yang tidur & mati. Ia sedang memanggil keluar mereka yang sedang terintimidasi & sembunyi di dalam gua. Ini waktunya berdiri & melakukan peperangan rohani. Mengenakan selengkap senjata Allah, supaya kita dapat melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kegelapan.

Pesan "peperangan rohani" (spiritual warfare) terus Roh Kudus gaungkan di hati saya. Pengurapan apostolic prophetic Tuhan berikan. Buku Moving In Apostolic yang ditulis John Eckhardt berada di tangan saya di waktu yang tepat. Dalam bukunya ia menulis: "Pioneers have a breakthrough anointing. The word "breakthrough" is defined as an act or instance of breaking through an obstruction; an offensive thrust that penetrates and carries beyond a devensive line in warfare... Apostles and apostolic people will be a people of warfare, wheter they use the term or not.

This is the time to STAND UP! Take a position for spiritual warfare! Stand up for my community, my spiritual children, my city & my nation... just one word from God: STAND UP!






Senin, 24 Oktober 2011

KEKEUH

Nggak tahu sudah berapa kali? Seingat saya paling sedikit seminggu sekali. Namun akhir-akhir ini, hampir setiap hari. Sebuah perusahaan telekomunikasi berulang-ulang menghubungi telepon rumah kami untuk menawarkan pemasangan internet dengan harga promo. Jawaban saya tetap sama. Saya tidak tertarik, karena saya sudah punya.

Jujur saja, kadang hal ini menjengkelkan. Tidak banyak orang yang menghubungi telepon rumah kami. Rata-rata teman-teman maupun keluarga kami menghubungi handphone. Hampir setiap kali telepon rumah berdering, hampir dapat dipastikan bahwa itu dari para telemarketing perusahaan telekomunikasi tersebut. Orang berbeda mewakili perusahaan & produk yang sama. Dalam 5 bulan ini saya mendapatkan kurang lebih 20 telepon. Huff... yang terakhir, baru saja beberapa menit yang lalu.

Meskipun sedikit kesal, namun jujur saja saya memiliki kekaguman juga. Mereka tidak menyerah. Tidak menyerah meyakinkan saya bahwa produk mereka bagus. Jawaban yang masuk akal & penolakan saya tidak langsung menghentikan mereka. Sebelum saya mendapat penawaran internet yang bagus dari seorang teman melalui provider lain, jujur saja saya hampir saja menerima penawaran pemasangan internet promo tersebut.

Jika seandainya sikap tidak mudah menyerah ini ada pada setiap orang percaya dalam memberitakan Injil, mungkin ada jauh lebih banyak orang yang telah diselamatkan. Tidak mudah menyerah terhadap penolakan. Memiliki keyakinan yang besar bahwa "produk kita bagus!"

Orang berani menganggu waktu orang lain hanya untuk masalah fana, seperti pemasangan internet (gue yakin di Sorga kita nggak perlu internet lagi...); mengapa kita tidak berani mengganggu orang lain untuk urusan kekekalan. Bukan supaya kita mendapatkan poin atau bonus, melainkan agar kita menyelamatkan orang-orang dari kebinasaan.

Saya teringat salah satu judul buku Ed Silvoso yang berjudul "Supaya Tidak Seorang Pun Binasa" yang diambil dari 2 Petrus 3:9. Yup, bener banget! Tuhan nggak ingin seorang manusia pun binasa. Ia ingin kita melakukan amanat agung. Ia ingin kita "pergi." Tapi ada banyak orang percaya yang tidak pergi, karena mereka sendiri tidak bisa "bangkit."

Ada 2 alasan yang menyebabkan kita nggak bisa bangkit:
1. Karena kita terlalu terluka
2. Karena kita terlalu nyaman dengan posisi kita

Jika kita tidak "bangkit," maka kita tidak akan "pergi." Bangkit dari rasa bersalah, hidup di dalam dosa, kemarahan, trauma, ketakutan maupun kekecewaan. Jika kita tidak bangkit, kita akan terlambat. Jika kita tidak bangkit, kita tidak dapat meraih janji Allah. Jika kita tidak bangkit, Allah tidak dapat memakai kita.

Kerajaan Allah membutuhkan orang-orang yang radikal dalam mengasihi, taat, memberi serta memenangkan jiwa bagi Yesus. Kita perlu mempertajam perspektif kita mengenai kekekalan agar pewahyuan Roh Kudus menyadarkan kita untuk kembali memberitakan Injil kasih karunia. Gereja yang tidak menginjil adalah gereja yang mati. Injil adalah kabar baik. Dunia membutuhkannya. Berikan kepada dunia apa yang mereka butuhkan. Karena mereka perlu kasih Tuhan. Kiranya ketekunan kita akan membuahkan hasil yang signifikan bagi kerajaan-Nya.

Selasa, 18 Oktober 2011

RECORDING! My Arrangement.



Akhirnya saya kembali ke studio music. Playing accoustic guitar for my friend, William Liem. Old song, with new arrangement. Hope you like it!

THE CHURCH LIKE THIS!

"Gereja seperti apa yang ingin kamu bangun?"

GEREJA SEPERTI INI:


Gereja yang berisi orang-orang yang diubahkan oleh kasih (love), kebenaran (truth) & kuasa (power) Tuhan Yesus! Orang berdosa, para pecundang, para penakut, maupun orang-orang bodoh yang diubahkan oleh Allah menjadi para pahlawan (heroes) sehingga dapat menolong & membebaskan orang lain.

Pelayanan penggembalaan menantang saya untuk berkorban & memberi yang terbaik, demi dapat membantu setiap orang yang saya layani menjadi pribadi-pribadi yang hidup maksimal sesuai dengan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka.

Masih banyak yang harus saya pelajari. Ada banyak PR yang harus saya kerjakan. Pelayanan adalah perkara serius. Penggembalaan merupakan masalah hidup & mati. Kerajaan kegelapan tidak akan diam saja melihat kehidupan-kehidupan diubahkan. Mereka akan berusaha menghentikan gereja-Nya. Jika Iblis tidak dapat menghentikan kita dengan "problem", maka ia akan berusaha menghentikan kita dengan "pleasure." Berhati-hatilah terhadap keduanya. Bangunlah kekuatan rohani untuk menang atas "problem & pleasure."

Saya berdoa suatu kali saya akan melihat anak-anak rohani saya akan dipakai oleh Tuhan dalam kasih, kebenaran & kuasa Roh Kudus, oleh karena mereka menemukan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka & mengetahui siapa mereka sesungguhnya di dalam Kristus. Let Your kingdom come & your will be done!

WHEN GOD DEAL WITH ME




Ini hari ke-23. Tepatnya sejak 26 September 2011 saya memulai perjalanan 40 hari doa puasa. Di dalam perjalanan 40 doa puasa hari ini, saya banyak mengalami detox rohani. Racun-racun rohani yang mengendap di dalam roh saya dikeluarkan oleh Tuhan.

Beberapa kali saya merasakan "nyeri" di hati saya, ketika saya tahu bahwa Allah sedang melakukan operasi rohani. Kebanggaan diri berulang kali diruntuhkan. Kekecewaan & kemarahan dimunculkan seperti sebuah peluru yang telah lama sembunyi di dalam tubuh saya. Mata saya dibukakan akan keadaan saya yang sesungguhnya, bahwa sebenarnya saya "tidak baik-baik saja."

Kekecewaan terjadi karena kita berharap sesuatu. Berharap kepada orang-orang yang terdekat dengan kita. Wajah-wajah tertentu dimunculkan dengan lebih jelas dipikiran saya, hanya supaya saya tidak dapat menyangkal bahwa racun-racun rohani tersebut masih ada di hati saya.

Orang-orang tertentu terkesan bersikap & berbicara dengan nada agak "merendahkan" hanya supaya menguji hati saya di hadapan Allah.

Allah ingin saya menjadi "kota tanpa tembok" (city without walls). Membuka diri terhadap setiap HANTAMAN di hati saya, sehingga saya menyerahkan semua yang sedang IA minta dari hati saya. PRIDE! Ketika pride diangkat dari hati kita, sakitnya sungguh terasa.

Saya tidak menyalahkan siapa pun untuk perasaan nyeri di hati saya. Ini merupakan bagian dari agenda Allah. Saya berterima kasih buat semua orang yang telah dipakai Allah untuk memurnikan motivasi hati saya. Saya tidak membenci satu pun dari mereka. Jika saya membenci, itu berarti saya gagal. Jika saya menambah kekecewaan, itu artinya tujuan doa puasa ini tidak tercapai.

Saya ingin mengejar kerendahan hati lebih dari apapun. Karena saya tahu bahwa saya tidak memilikinya. Kerendahan hati yang dapat menghindarkan saya dari kejatuhan. Yang membuat saya bisa ditegur, sehingga tidak perlu tersesat terlalu jauh.

Terkadang kita harus ditempatkan di antara orang-orang yang sombong, untuk membuat kita merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang muncul sebenarnya adalah ekspresi kesombongan yang selama ini tersembunyi.

Tuhan tidak selalu "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyenangkan. IA akan "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyehatkan & membawa pertumbuhan bagi hidup kita. Ketika IA sedang mengoperasi & mengeluarkan racun dari hati kita, sebenarnya IA sedang memberkati kita. IA sedang mempersiapkan kita untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih besar & menerima lebih banyak lagi dari DIA.


Selesaikan apa yang telah Engkau mulai di dalamku Tuhan Yesus! I'm yours!

Senin, 17 Oktober 2011

BLUE LIKE JAZZ: BEFORE YOU CAN LOVE IT YOURSELF



I love books! Pada saat mendapat kesempatan pertama kali ke luar negeri, hal pertama yang saya ingin beli adalah: buku. Tahun 2008, saya mendapat kasih karunia bisa melayani Tuhan selama hampir sebulan di Sydney, Australia. That was unforgettable moment for me!

Di kota tersebut ada sebuah toko buku rohani Kristen bernama Koorong. Mata saya melotot melihat buku-buku di sana. Sepertinya ingin saya membeli sebanyak mungkin buku & membawanya pulang ke Indonesia. Sayangnya, budget terbatas... begitu pula dengan kapasitas koper.

But anyway, saya berhasil membeli 35 buku. Sebagian besar dengan harga discount! Hahaha... i love it!!! Di antara buku-buku tersebut, saya membeli sebuah buku berjudul "Blue Like Jazz" yang ditulis oleh seorang yang bernama Donald Miller. Saya membeli buku ini karena sebelum saya berangkat ke Australia, saya sempat mendapati bahwa buku tersebut direkomendasikan di sebuah buletin gereja yang sangat terpercaya. Karena saya tahu bahwa buku tersebut tidak (belum) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka saya mencarinya di toko buku Koorong.

Tidak sulit untuk menemukan buku tersebut. Ternyata buku "Blue Like Jazz," masuk ke dalam kategori New York Times Best Seller. Saya menemukan buku Blue Like Jazz dengan beberapa pilihan bentuk. Pilihan saya jatuh pada jenis paperback, karena bentuknya lebih imut & praktis, serta harganya yang relatif murah.

Dari sekian banyak buku yang saya ingin bawa pulang, buku "Blue Like Jazz" adalah salah satu buku yang membuat saya penasaran. Setibanya di Jakarta, saya merasakan desakan Roh Kudus untuk menyerahkan 5 buah buku, dari antara buku yang telah saya beli di Australia, sebagai oleh-oleh untuk beberapa orang teman. Dan salah satunya ialah buku "Blue Like Jazz."

Setelah beberapa tahun, rasa penasaran saya pun belum terobati. Puji Tuhan, tepat satu minggu yang lalu, seorang sahabat membawakan saya buku "Blue Like Jazz." Ukurannya lebih besar dari yang saya beli. Harganya juga lebih mahal sekitar 7 dollar. Ketika beberapa minggu yang lalu dia berada di toko buku Koorong, dia menanyakan apakah ada buku yang ingin saya titip belikan di sana. Saya kembali teringat dengan buku "Blue Like Jazz."


Praise God, sejak minggu lalu buku ini sudah ada di tangan saya.

Pada bagian Author's Note, kalimat inilah yang ditulis oleh Donald Miller, and I'm so excited with this:

"I never liked jazz music because jazz music doesn't resolve. But I was outside the Bagdad Theatre in Portland one night whenI saw a man playing the saxophone. I stood there for fifteen minutes, and he never opened his eyes.

After that I liked jazz music.

Sometimes you have to watch somebody love something before you can love it yourself. It is as if they are showing you the way.

I used to not like God because God didn't resolve. But that was before any of this happened."

Rabu, 26 Oktober 2011


We need a plan to build intimacy with God. Don't be trapped by traditional method & paradigm about daily devotion. Be creative in your devotion. Daily devotion is not just about read 1 or 2 verses from the Bible or read article from Daily Devotion Book. It's all about intimacy with a Person: GOD Himself.

"Search the scriptures; for in them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of me. And ye will not come to me, that ye might have life." -John 5:39-40 KJV

Be creative in your devotion... Choose the best time to enjoying God in your daily life.

P.S: Please read "Take Jesus Out For Coffee" from http://vaniafelani.blogspot.com/2011/10/take-jesus-out-for-coffee.html

Cinta membuat kita kreatif! Saya mengalaminya menjelang hari pernikahan saya. Ketika harus mendesign beberapa hasil foto pre-wedding untuk website weebly kami, saya ternyata bisa melakukan sesuatu yang membanggakan calon isteri saya.

Dengan berbekal kemampuan yang apa adanya & Adobe Photoshop 7.0. saya membuat design foto-foto pre-wedding kami. Ini dia hasilnya... (",)v

Here is the link:
http://ferryvania.weebly.com/our-values.html


Badai itu sudah berlalu. Awal tahun 2011 hingga menjelang hari pernikahan saya (14 Mei 2011), merupakan hari-hari yang sangat sulit untuk dilalui. Iman saya berada ditepian jurang. Apakah mungkin tanggal 14 Mei 2011 saya bisa menikah? Kami (saya & Vania) telah membayar DP untuk semua persiapan pernikahan kami.

14 Mei 2011 adalah tanggal pernikahan yang saya dapatkan dari Roh Kudus ketika sedang makan malam di hari ulang tahun Vania. Buzz Restaurant di Alila Hotel adalah tempat kami menikmati makan malam tepat tanggal 13 Januari 2010. Saya hampir tidak percaya bahwa Allah sungguh memberikan tanggal tersebut di hati saya pada saat saya sedang berada di toilet. Vania pun sulit untuk mempercayai tanggal yang saya sebut. 14 Mei 2011? Saya tidak ragu lagi setelah mendapati bahwa 14 Mei 2011 adalah hari Sabtu. Seandainya 14 Mei 2011 adalah hari Senin atau Rabu, mungkin saya akan meragukannya... 


"Now unto him that is able to do exceeding abundantly above all that we ask or think, according to the power that worketh in us, ..." -Ephesians 3:20 KJV

Ayat di atas menjadi dasar pernikahan kami. We believe ini miracle... sampai saat di mana ujian datang & menguji iman kami...

Setiap hari saya berseru kepada Tuhan memohon mujizat... mujizat tidak datang. Waktu terus berjalan. Keputusan harus dibuat. Banyak hal harus dibayar. Takut. Dipermalukan. Bingung. Kecewa. Marah.

Tiba-tiba saja saya menjadi akrab dengan perasaan-perasaan negatif yang ada.

Saya mempertanyakan keterlambatan Tuhan...
Saya menanyakan status Tuhan sebagai Bapa & saya sebagai anak...
Saya seperti Ayub yang kecewa & mempertanyakan di mana letak kesalahan saya...

Tuhan diam, sampai Ia mulai berbicara melalui banyak hal. Di antaranya ialah 2 buku di bawah ini: It's Your Time by Joel Osteen & Destined to Reign by Joseph Prince...


Saya membeli kedua buku tersebut dengan uang hasil pelayanan saya hari itu. Desakan Roh Kudus yang begitu kuat di sebuah toko buku rohani, membuat saya berani membeli kedua buku yang harganya cukup mahal, berhubung waktu itu saya sedang berhemat habis-habisan (mohon jangan salah sangka, starbucks di sebelahnya saya peroleh gratis dengan voucher...).

Melalui lembar-lembar buku tersebut, Tuhan menjawab banyak pertanyaan saya saat itu. Hati saya dikuatkan. Waktunya kembali melangkah. Namun saya terkejut. Setelah Tuhan berbicara melalui buku-buku tersebut, mujizat tetap tidak terjadi.

"Belajar percaya" bukan hal mudah. Jika ada orang yang berkata bahwa mereka ingin mengalami pernikahan yang penuh mujizat seperti yang pernah saya alami, saya akan mengatakan bahwa prosesnya sungguh tidak enak. Daging saya berteriak kesakitan. 

Saat-saat yang penuh badai ini menjadikan saya seorang pendoa. Saya tidak pernah lebih sungguh-sungguh dari waktu-waktu ini. Bukan hanya setiap hari, melainkan setiap saat... saya berdoa dengan sungguh-sungguh. Di kamar, di motor, di stasiun kereta api, di WC umum... saya merasakan Tuhan. Saya sangat membutuhkan Dia. Tanpa Tuhan saya pasti tenggelam. Begitu kuatnya saya berdoa sehingga dari saat-saat tersebut, lahirlah buku perdana saya yang berjudul "The Tremendous Power That Available." Buku ini menjadi salah satu gift yang kami berikan di Holy Matrimony pernikahan kami.




Dan hari itu pun datang juga...


Pdt. Jonathan Pattiasina memberkati pernikahan kami di Alila Hotel, Pecenongan pada tanggal 14 Mei 2011. Saya tidak dapat melupakan hari yang luar biasa tersebut. Allah mencukupkan segala sesuatunya. Pernikahan kami berlangsung dengan sangat luar biasa. Hari-hari yang penuh air mata ketakutan & kekecewaan berganti dengan air mata sukacita & ucapan syukur.

Tuhan Yesus memang sangat baik!

Sudah 5 bulan berlalu... Badai itu benar-benar telah berlalu... Tuhan memberkati pernikahan & pelayanan saya. Saya sedang menikmati hari-hari terbaik saya... hingga saya menyadari satu hal: saya tidak lagi berdoa seperti waktu-waktu di mana badai itu menghantam kehidupan saya. Saya sudah terlalu nyaman sehingga hampir-hampir saya tidak bisa berseru seperti ketika saya hampir tenggelam.

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui." -Yeremia 33:3

Saya tahu bahwa saat ini Roh Kudus sedang mengingatkan kembali untuk saya kembali berseru kepada Tuhan. Doa merupakan sebuah anugerah. Anugerah yang hanya dapat kita gunakan & nikmati di bumi. Kita tidak dapat berdoa di Sorga. Kita tidak membutuhkan kesembuhan, pemulihan & terobosan keuangan di Sorga. Di sana segala sesuatunya telah tersedia. Tidak ada lagi maslaah & air mata. Kita membutuhkannya di bumi. Melalui doa kita memerintah bersama-sama dengan Allah.

Saya masih harus berseru meskipun saya tidak sedang tenggalam... namun ada orang-orang yang sedang tenggelam. Kota Jakarta sedang tenggelam dengan dosa-dosanya. Orang-orang yang saya pimpin sedang tenggelam dengan kesibukannya. Kita tidak hanya dipanggil untuk berseru kepada Tuhan hanya untuk urusan pribadi. Kita dipanggil juga untuk berseru kepada Tuhan untuk orang-orang yang kita pimpin, keluarga kita, kota & bangsa kita. Itulah "syafaat"... Kata "syafaat" berasal dari kata Ibrani "paga" yang artinya: perjumpaan. Allah berjumpa dengan partner-Nya, Iblis berjumpa dengan musuh-Nya. Peperangan kembali berlanjut... namun kemenangan pasti di pihak Allah kita.




Tidak banyak yang orang ketahui tentang kehidupan pribadi seorang "pemimpin rohani." Perasaannya sebagai seorang banyak dituntut, serta pergumulan batinnya terhadap kehidupan pribadinya. Setiap pemimpin memiliki pengharapan (hope). Pengharapan terhadap orang-orang yang ia pimpin. Pemimpin adalah orang yang rentan dengan kekecewaan. Bukan hanya pemimpin... melainkan semua orang yang punya pengharapan.

Kekecewaan terjadi ketika harapan kita tidak terwujud. Harapan terhadap orang-orang yang kita pimpin.

Tahun 2011 ini, menjadi tahun yang cukup sulit dalam penggembalaan. Saya mendapat diri saya kecewa. Kecewa terhadap orang-orang yang saya pimpin. Saya kecewa karena saya memiliki pengharapan yang besar terhadap mereka. Saya mengenal mereka cukup lama. Saya menemukan potensi mereka. Saya mengagumi & bangga dengan mereka.

Namun tahun ini terasa berbeda...

Ada banyak hal yang sepertinya mengalihkan fokus mereka. Prioritas yang salah menjadi jebakan yang menghambat kerohanian mereka. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti disalahartikan. Mereka seperti sedang mengejar "sesuatu" yang cukup masuk akal untuk dibilang "penting."

Berbagai alasan yang saya dengar hanya menambahkan kesedihan. Alasan-alasan yang dirohanikan hanya akan membuat proses pembentukan Tuhan memakan waktu lebih panjang.

Dalam suatu kesempatan Roh Kudus meletakkan pesan: STAND UP! Berdiri bagi anak-anak rohanimu! Berdiri bagi kotamu! Berdiri bagi bangsamu!

Tuhan hendak memanggil bangkit mereka yang tidur & mati. Ia sedang memanggil keluar mereka yang sedang terintimidasi & sembunyi di dalam gua. Ini waktunya berdiri & melakukan peperangan rohani. Mengenakan selengkap senjata Allah, supaya kita dapat melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kegelapan.

Pesan "peperangan rohani" (spiritual warfare) terus Roh Kudus gaungkan di hati saya. Pengurapan apostolic prophetic Tuhan berikan. Buku Moving In Apostolic yang ditulis John Eckhardt berada di tangan saya di waktu yang tepat. Dalam bukunya ia menulis: "Pioneers have a breakthrough anointing. The word "breakthrough" is defined as an act or instance of breaking through an obstruction; an offensive thrust that penetrates and carries beyond a devensive line in warfare... Apostles and apostolic people will be a people of warfare, wheter they use the term or not.

This is the time to STAND UP! Take a position for spiritual warfare! Stand up for my community, my spiritual children, my city & my nation... just one word from God: STAND UP!






Senin, 24 Oktober 2011

Nggak tahu sudah berapa kali? Seingat saya paling sedikit seminggu sekali. Namun akhir-akhir ini, hampir setiap hari. Sebuah perusahaan telekomunikasi berulang-ulang menghubungi telepon rumah kami untuk menawarkan pemasangan internet dengan harga promo. Jawaban saya tetap sama. Saya tidak tertarik, karena saya sudah punya.

Jujur saja, kadang hal ini menjengkelkan. Tidak banyak orang yang menghubungi telepon rumah kami. Rata-rata teman-teman maupun keluarga kami menghubungi handphone. Hampir setiap kali telepon rumah berdering, hampir dapat dipastikan bahwa itu dari para telemarketing perusahaan telekomunikasi tersebut. Orang berbeda mewakili perusahaan & produk yang sama. Dalam 5 bulan ini saya mendapatkan kurang lebih 20 telepon. Huff... yang terakhir, baru saja beberapa menit yang lalu.

Meskipun sedikit kesal, namun jujur saja saya memiliki kekaguman juga. Mereka tidak menyerah. Tidak menyerah meyakinkan saya bahwa produk mereka bagus. Jawaban yang masuk akal & penolakan saya tidak langsung menghentikan mereka. Sebelum saya mendapat penawaran internet yang bagus dari seorang teman melalui provider lain, jujur saja saya hampir saja menerima penawaran pemasangan internet promo tersebut.

Jika seandainya sikap tidak mudah menyerah ini ada pada setiap orang percaya dalam memberitakan Injil, mungkin ada jauh lebih banyak orang yang telah diselamatkan. Tidak mudah menyerah terhadap penolakan. Memiliki keyakinan yang besar bahwa "produk kita bagus!"

Orang berani menganggu waktu orang lain hanya untuk masalah fana, seperti pemasangan internet (gue yakin di Sorga kita nggak perlu internet lagi...); mengapa kita tidak berani mengganggu orang lain untuk urusan kekekalan. Bukan supaya kita mendapatkan poin atau bonus, melainkan agar kita menyelamatkan orang-orang dari kebinasaan.

Saya teringat salah satu judul buku Ed Silvoso yang berjudul "Supaya Tidak Seorang Pun Binasa" yang diambil dari 2 Petrus 3:9. Yup, bener banget! Tuhan nggak ingin seorang manusia pun binasa. Ia ingin kita melakukan amanat agung. Ia ingin kita "pergi." Tapi ada banyak orang percaya yang tidak pergi, karena mereka sendiri tidak bisa "bangkit."

Ada 2 alasan yang menyebabkan kita nggak bisa bangkit:
1. Karena kita terlalu terluka
2. Karena kita terlalu nyaman dengan posisi kita

Jika kita tidak "bangkit," maka kita tidak akan "pergi." Bangkit dari rasa bersalah, hidup di dalam dosa, kemarahan, trauma, ketakutan maupun kekecewaan. Jika kita tidak bangkit, kita akan terlambat. Jika kita tidak bangkit, kita tidak dapat meraih janji Allah. Jika kita tidak bangkit, Allah tidak dapat memakai kita.

Kerajaan Allah membutuhkan orang-orang yang radikal dalam mengasihi, taat, memberi serta memenangkan jiwa bagi Yesus. Kita perlu mempertajam perspektif kita mengenai kekekalan agar pewahyuan Roh Kudus menyadarkan kita untuk kembali memberitakan Injil kasih karunia. Gereja yang tidak menginjil adalah gereja yang mati. Injil adalah kabar baik. Dunia membutuhkannya. Berikan kepada dunia apa yang mereka butuhkan. Karena mereka perlu kasih Tuhan. Kiranya ketekunan kita akan membuahkan hasil yang signifikan bagi kerajaan-Nya.

Selasa, 18 Oktober 2011



Akhirnya saya kembali ke studio music. Playing accoustic guitar for my friend, William Liem. Old song, with new arrangement. Hope you like it!

"Gereja seperti apa yang ingin kamu bangun?"

GEREJA SEPERTI INI:


Gereja yang berisi orang-orang yang diubahkan oleh kasih (love), kebenaran (truth) & kuasa (power) Tuhan Yesus! Orang berdosa, para pecundang, para penakut, maupun orang-orang bodoh yang diubahkan oleh Allah menjadi para pahlawan (heroes) sehingga dapat menolong & membebaskan orang lain.

Pelayanan penggembalaan menantang saya untuk berkorban & memberi yang terbaik, demi dapat membantu setiap orang yang saya layani menjadi pribadi-pribadi yang hidup maksimal sesuai dengan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka.

Masih banyak yang harus saya pelajari. Ada banyak PR yang harus saya kerjakan. Pelayanan adalah perkara serius. Penggembalaan merupakan masalah hidup & mati. Kerajaan kegelapan tidak akan diam saja melihat kehidupan-kehidupan diubahkan. Mereka akan berusaha menghentikan gereja-Nya. Jika Iblis tidak dapat menghentikan kita dengan "problem", maka ia akan berusaha menghentikan kita dengan "pleasure." Berhati-hatilah terhadap keduanya. Bangunlah kekuatan rohani untuk menang atas "problem & pleasure."

Saya berdoa suatu kali saya akan melihat anak-anak rohani saya akan dipakai oleh Tuhan dalam kasih, kebenaran & kuasa Roh Kudus, oleh karena mereka menemukan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka & mengetahui siapa mereka sesungguhnya di dalam Kristus. Let Your kingdom come & your will be done!




Ini hari ke-23. Tepatnya sejak 26 September 2011 saya memulai perjalanan 40 hari doa puasa. Di dalam perjalanan 40 doa puasa hari ini, saya banyak mengalami detox rohani. Racun-racun rohani yang mengendap di dalam roh saya dikeluarkan oleh Tuhan.

Beberapa kali saya merasakan "nyeri" di hati saya, ketika saya tahu bahwa Allah sedang melakukan operasi rohani. Kebanggaan diri berulang kali diruntuhkan. Kekecewaan & kemarahan dimunculkan seperti sebuah peluru yang telah lama sembunyi di dalam tubuh saya. Mata saya dibukakan akan keadaan saya yang sesungguhnya, bahwa sebenarnya saya "tidak baik-baik saja."

Kekecewaan terjadi karena kita berharap sesuatu. Berharap kepada orang-orang yang terdekat dengan kita. Wajah-wajah tertentu dimunculkan dengan lebih jelas dipikiran saya, hanya supaya saya tidak dapat menyangkal bahwa racun-racun rohani tersebut masih ada di hati saya.

Orang-orang tertentu terkesan bersikap & berbicara dengan nada agak "merendahkan" hanya supaya menguji hati saya di hadapan Allah.

Allah ingin saya menjadi "kota tanpa tembok" (city without walls). Membuka diri terhadap setiap HANTAMAN di hati saya, sehingga saya menyerahkan semua yang sedang IA minta dari hati saya. PRIDE! Ketika pride diangkat dari hati kita, sakitnya sungguh terasa.

Saya tidak menyalahkan siapa pun untuk perasaan nyeri di hati saya. Ini merupakan bagian dari agenda Allah. Saya berterima kasih buat semua orang yang telah dipakai Allah untuk memurnikan motivasi hati saya. Saya tidak membenci satu pun dari mereka. Jika saya membenci, itu berarti saya gagal. Jika saya menambah kekecewaan, itu artinya tujuan doa puasa ini tidak tercapai.

Saya ingin mengejar kerendahan hati lebih dari apapun. Karena saya tahu bahwa saya tidak memilikinya. Kerendahan hati yang dapat menghindarkan saya dari kejatuhan. Yang membuat saya bisa ditegur, sehingga tidak perlu tersesat terlalu jauh.

Terkadang kita harus ditempatkan di antara orang-orang yang sombong, untuk membuat kita merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang muncul sebenarnya adalah ekspresi kesombongan yang selama ini tersembunyi.

Tuhan tidak selalu "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyenangkan. IA akan "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyehatkan & membawa pertumbuhan bagi hidup kita. Ketika IA sedang mengoperasi & mengeluarkan racun dari hati kita, sebenarnya IA sedang memberkati kita. IA sedang mempersiapkan kita untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih besar & menerima lebih banyak lagi dari DIA.


Selesaikan apa yang telah Engkau mulai di dalamku Tuhan Yesus! I'm yours!

Senin, 17 Oktober 2011



I love books! Pada saat mendapat kesempatan pertama kali ke luar negeri, hal pertama yang saya ingin beli adalah: buku. Tahun 2008, saya mendapat kasih karunia bisa melayani Tuhan selama hampir sebulan di Sydney, Australia. That was unforgettable moment for me!

Di kota tersebut ada sebuah toko buku rohani Kristen bernama Koorong. Mata saya melotot melihat buku-buku di sana. Sepertinya ingin saya membeli sebanyak mungkin buku & membawanya pulang ke Indonesia. Sayangnya, budget terbatas... begitu pula dengan kapasitas koper.

But anyway, saya berhasil membeli 35 buku. Sebagian besar dengan harga discount! Hahaha... i love it!!! Di antara buku-buku tersebut, saya membeli sebuah buku berjudul "Blue Like Jazz" yang ditulis oleh seorang yang bernama Donald Miller. Saya membeli buku ini karena sebelum saya berangkat ke Australia, saya sempat mendapati bahwa buku tersebut direkomendasikan di sebuah buletin gereja yang sangat terpercaya. Karena saya tahu bahwa buku tersebut tidak (belum) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka saya mencarinya di toko buku Koorong.

Tidak sulit untuk menemukan buku tersebut. Ternyata buku "Blue Like Jazz," masuk ke dalam kategori New York Times Best Seller. Saya menemukan buku Blue Like Jazz dengan beberapa pilihan bentuk. Pilihan saya jatuh pada jenis paperback, karena bentuknya lebih imut & praktis, serta harganya yang relatif murah.

Dari sekian banyak buku yang saya ingin bawa pulang, buku "Blue Like Jazz" adalah salah satu buku yang membuat saya penasaran. Setibanya di Jakarta, saya merasakan desakan Roh Kudus untuk menyerahkan 5 buah buku, dari antara buku yang telah saya beli di Australia, sebagai oleh-oleh untuk beberapa orang teman. Dan salah satunya ialah buku "Blue Like Jazz."

Setelah beberapa tahun, rasa penasaran saya pun belum terobati. Puji Tuhan, tepat satu minggu yang lalu, seorang sahabat membawakan saya buku "Blue Like Jazz." Ukurannya lebih besar dari yang saya beli. Harganya juga lebih mahal sekitar 7 dollar. Ketika beberapa minggu yang lalu dia berada di toko buku Koorong, dia menanyakan apakah ada buku yang ingin saya titip belikan di sana. Saya kembali teringat dengan buku "Blue Like Jazz."


Praise God, sejak minggu lalu buku ini sudah ada di tangan saya.

Pada bagian Author's Note, kalimat inilah yang ditulis oleh Donald Miller, and I'm so excited with this:

"I never liked jazz music because jazz music doesn't resolve. But I was outside the Bagdad Theatre in Portland one night whenI saw a man playing the saxophone. I stood there for fifteen minutes, and he never opened his eyes.

After that I liked jazz music.

Sometimes you have to watch somebody love something before you can love it yourself. It is as if they are showing you the way.

I used to not like God because God didn't resolve. But that was before any of this happened."