Selasa, 27 Desember 2011

RELEVANT & PROPHETIC MESSAGE OF CHRISTMAS 2011



Pertengahan bulan Desember saya menerima BBM dari seorang teman. Dia menanyakan no handphone saya untuk diberitahukan kepada adiknya. Adiknya adalah penyiar radio di Surabaya. Konon katanya, ia ingin menghubungi saya untuk menyampaikan pesan natal singkat untuk para pendengar radio. Tanpa bertanya lebih detail, saya menyetujui permintaannya. Saya hanya meminta untuk memberitahu lebih dahulu sebelum menelepon saya, takut saya sedang tidak "available" untuk dihubungi.

Saya tidak jadi di telepon untuk siaran radio tersebut. Tapi tak mengapa. Saya justru menemukan maksud Tuhan ketika saya mempersiapkan diri untuk siaran tersebut. Setelah tahu bahwa saya akan dihubungi oleh sebuah siaran radio untuk diminta menyampaikan pesan singkat seputar "makna natal," saya meluangkan waktu untuk merenung. Entah mengapa saya merasa bosan dengan banyak pesan natal yang terdengar "klise: dari tahun ke tahun. Saya tidak ingin merekayasa pesan. Saya ingin pewahyuan dari Roh Kudus. Saya ingin pesan yang "fresh" yang berhubungan dengan kehidupan saat ini & masa depan. Bukan sekedar mengucapsyukur kepada Allah karena Yesus telah lahir 2000 tahun yang lalu (walaupun hal tersebut tetap harus kita lakukan). Saya percaya, pasti ada pesan natal yang lebih relevant & prophetic untuk generasi ini, daripada sekedar sebuah pesan sentimentil yang sama dari tahun ke tahun.

"Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." - II Korintus 4:10

"Natal" berarti "kelahiran." Kelahiran menandakan awal dari kehidupan. Firman Allah memiliki prinsip yang kekal mengenai "kehidupan": kematian selalu mendahului kehidupan (kebangkitan). Sebelum Yesus mengalami kematian di bumi (di atas kayu salib), Ia telah mengalami kematian di Sorga. Yesus telah mati terhadap Diri-Nya sendiri. 

"... yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia... " -Filipi 2:6-7

Kelahiran Yesus di bumi diawali dengan kematian-Nya di Sorga. Kematian terhadap diri sendiri, kesenangan, kepentingan diri, kedagingan, akan membawa kita pada kehidupan Yesus. Kekristenan dimaksudkan menjadi sebuah "ekspresi." Kita ditebus, dimuridkan, diurapi & diutus oleh Allah, agar kita mengekspresikan kehidupan Yesus di dalam kehidupan kita. Apa itu kehidupan Yesus? Ia menyembuhkan orang sakit, melepaskan orang terikat/terbelenggu, mengasihi/mengampuni orang berdosa, memulihkan orang terluka, berkorban bagi orang lain, memuridkan & memperlengkapi orang lain, dan masih banyak lagi.

Jika kita tidak menjadi satu dengan apa yang menjadi kematian-Nya, kita tidak akan dapat menjadi satu dengan apa yang menjadi kehidupan-Nya (kebangkitan-Nya).

Kita harus melepaskan diri dari pola pikir tradisi & mentalitas agamawi. Natal bukan soal makanan, liburan, belanja, kado, pohon natal, santa claus atau acara-acara keluarga. Berkat & mujizat natal seharusnya tidak menjadikan kita orang-orang yang rakus, boros, serakah, & tidak memiliki penguasaan diri. Natal adalah tentang bagaimana Yesus lahir & memerintah di hidup kita. Kehidupan-Nya harus semakin nyata di dalam hidup & pelayanan kita. Jangan mengumbar kedagingan dengan berkat-berkat yang kita terima pada momen natal.

Yesus yang telah datang ke dunia 2000 tahun yang lalu, juga akan datang kembali sebagai Raja. Sudahkah kita mempersiapkan diri sebagai mempelai yang layak di hadapan-Nya?

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat."-Lukas 21:34

Natal tahun ini, saya membiasakan diri untuk tidak berfokus pada "pohon natal" & "santa claus"... Karena natal adalah tentang Yesus, bukan yang lain. Kiranya kehidupan Yesus menjadi semakin nyata di dalam hidup kita, melalui kedagingan & keduniawian yang kita matikan setiap hari dengan pertolongan Roh Kudus & Firman Allah. Selamat Natal 2011.



Sabtu, 10 Desember 2011

GENGSI DONK: SEBUAH PELAJARAN ROHANI BAGI MEREKA YANG INGIN KELUAR DARI SIKLUS KEGAGALAN



Saya jarang memikirkan kata tersebut. Namun, sekarang kata tersebut terdengar sangat menakutkan. Gengsi. Sebuah kata penting yang membuat jurang besar antara orang-orang yang berhasil dengan orang-orang yang gagal.


Hikmat berarti belajar dari kesalahan yang orang lain lakukan. Tuhan mengizinkan saya melihat kegagalan orang-orang terdekat untuk menemukan sebuah pelajaran berharga tentang gengsi.


Gengsi adalah: sikap tidak mau merasa direndahkan, dipermalukan, terlihat jelek, lemah & gagal, yang menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan atau mengatakan apa yang seharusnya, sehingga ia tidak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.

Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan benar yang seharusnya ia lakukan. 
Mengapa harus "meminta tolong" & "terlihat bodoh," kalo kita bisa membuat pancingan melakui sikap & perkataan kita yang dapat membuat orang lain "menawarkan pertolongan." Bukankah itu terlihat "lebih pintar"? Tentu tidak. Ini merupakan ketidaktulusan, kemunafikan & kesombongan. 

Gengsi ternyata telah menyelinap dibalik kedok & jubah rohani. Mengatasnamakan Tuhan & firman Allah, seseorang dapat berusaha memperoleh apa yang ia inginkan secara "indirect" (tidak langsung). Suruh orang lain yang bilang! Lempengin muka aja! Pura-pura bego! (maaf, maksudnya pura-pura nggak tahu)... Pura-pura nggak tahu merupakan salah satu ekspresi dari DOSA KEBOHONGAN. Memang tidak terlalu kelihatan, tapi tetap saja dosa.

Pura-pura nggak tahu, pura-pura lupa & pura-pura baik merupakan ekspresi dari dosa kesombongan. Di dalam kebenaran sejati tidak ada kepura-puraan, karena kasih memberi tempat terhadap ketidaksempurnaan kita.

Kerendahan hati terekspresi di dalam 3 kata penting ini:
- terima kasih
- tolong
- maaf

Orang yang tidak pernah belajar mengucapkan 3 kata ini menjadi bagian dari pola hubungannya, adalah orang yang sedang dikuasai kesombongan. Memang, kita bisa saja menggunakan ketiga kata tersebut untuk membentuk kerendahan hati palsu. Tapi ingat, sesuatu yang palsu tidak tahan lama.

Beberapa hari ini Tuhan membukakan pikiran saya tentang bahaya gengsi. Beberapa orang yang saya kenal mengalami masalah yang semakin memburuk: pernikahan yang hampir hancur, kemiskinan, keterikatan hutang, pengangguran, dll. Dan saya menemukan "akar" yang sama dari beberapa kasus yang berbeda: gengsi. Kesombongan terselubung telah menciptakan kegagalan yang berulang dalam hidup seseorang. Bukan berarti siklus kegagalan ini tidak bisa diputuskan. Asalkan saja kita bersedia untuk memperagakan kerendahan hati, maka kita dapat membutuskan rantai kegagalan tersebut.
Pelajaran ini saya tulis bukan untuk menghakimi siapa pun. Cerita-cerita yang pernah saya dengar tentang kegagalan orang-orang saya kenal & kehidupan-kehidupan yang Tuhan izinkan untuk saya saksikan, telah memberikan saya "rambu" untuk saya pasang. Untuk mengingatkan diri saya sendiri, agar tidak terperosok ke dalam lubang yang sama. Terima kasih buat kalian yang telah berbagi cerita dengan saya. Saya percaya bahwa Tuhan memakai cerita-cerita tersebut untuk menyelamatkan hidup saya dari kehancuran. Let's fight for humility!

Minggu, 04 Desember 2011

OBROLAN YANG MENCURI SUKACITA



Apakah membicarakan tentang uang, kesukesan, tabungan, pencapaian, karir... mencuri sukacita kita? Apakah obrolan santai dengan sahabat-sahabat kita berujung pada kemurungan? Percakapan seru menuntun kita pada penyingkapan diri bahwa "aku belum seperti mereka" atau "aku belum memiliki apa yang mereka miliki."

Hal ini umumnya dialami oleh mereka yang sudah terjun ke dunia pekerjaan atau baru menikah. Momen saling bertukar informasi tiba-tiba menjadi waktu yang tepat untuk Iblis mencobai kita. Fokus akan Allah dialihkan pada harta, karir & pencapaian.

Ingin terlihat hebat. Ingin mendapat pengakuan. Ingin dipuji. Bukankah semua orang menginginkannya? Tentu saja. Bahkan ada banyak orang yang rela menyiksa diri demi mendapatkan ini semua. Jiwa yang haus mencari jawaban pada sumber yang salah. Allah menciptakan jiwa agar dapat dipuaskan oleh Diri-Nya.

Penghalang utama perubahan hidup ialah: penyangkalan. Kita menyangkal bahwa kita iri dengan orang lain. Kita menyangkal bahwa sebenarnya kita marah. Kita menyangkal bahwa sebenarnya kita sangat menginginkan sesuatu. Mengapa tidak mengakuinya saja?

Mengakui bukan berarti membenarkan! Kita mengakui apa yang salah, agar kita bisa mengambil langkah perbaikan.


"Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (I Tim 6:9-10)

"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,..." (II Tim 3:1-2)

Hari-hari ini saya sedang melihat aplikasi nyata dari 2 kebenaran di atas. Mereka yang dulu melayani Tuhan dengan tulus & mengasihi kebenaran, sekarang sedang menjauh dari Tuhan & sedang menyembah Mamon. Tuhan hanya alat untuk mencapai tujuan, bukan Raja yang memerintah di hati kita.

Tidak ada jaminan bahwa saya tidak akan terporosok di dalamnya. Saya harus waspada! Menjaga hati saya dari "cinta akan uang"... melayani Tuhan dengan segala ketulusan & kejujuran.

"Bapa, tolong jaga hatiku... untuk tetap mengasihi & melayani-Mu dengan penuh kemurnian."

BOLEH BERMIMPI


Memiliki impian bukan hanya memberikan kita sebuah harapan, tetapi juga resiko & tantangan untuk menguji impian tersebut. Sungguh menyakitkan jika kita mengalami impian yang ditertawakan. Tak jarang justru orang-orang terdekat kita yang seringkali melemahkan iman kita dalam perjalanan meraih impian. Menghidupi semua rangkaian kehidupan yang natural adalah jauh lebih mudah dibandingkan harus melangkah di dalam berjalan di dalam dimensi supranaturalnya Allah. Terutama jika kita pernah memiliki kegagalan untuk meraih mujizat yang diharapkan di masa lalu.

Tuhan Yesus mentoleransi kegagalan kita sebagai sebuah proses belajar. Dia mengampuni kesalahan kita karena Ia sangat memahami keterbatasan kita. Tapi masalahnya orang lain belum tentu memahami kegagalan & kesalahan yang kita lakukan. Bahkan terkadang apa yang menurut manusia merupakan kegagalan, dapat merupakan kesuksesan di mata Allah. Ukuran sukses Allah tentu tidak sama dengan ukuran manusia. Allah melihat penampilan, Allah melihat hati. Manusia melihat hasil, sedangkan Allah melihat proses bagaimana kita diubahkan menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Kita tidak selalu dapat menghindari rasa sakit akibat ejekan terhadap mimpi-mimpi kita. Coba saja perhatikan Yusuf yang diejek bahkan dibenci oleh kakak-kakaknya hanya karena ia menceritakan mimpi yang ia terima dari Tuhan. Yusuf disalahpahami. Lebih daripada itu, Yusuf dibenci karena mempunyai mimpi. Namun, siapakah yang dapat membatalkan mimpi yang telah diberikan Allah. Manusia mereka-rekakan yang jahat, namun Allah mengubah semuanya guna mendatangkan kebaikan.

Yusuf memilki pilihan untuk kecewa & sakit hati. Sindiran orang terdekat kita lebih menyakitkan daripada irisan pisau yang melukai jari kita. Bahkan bertahun-tahun pun bekasnya bisa tidak hilang jika kita tidak mengampuni. Seandainya Yusuf tidak hidup di dalam kuasa pengampunan Allah, ia pasti telah hilang kepekaan. Kepekaan rohani yang membuatnya Allah dapat bekerja dengan memberikan arti mimpi bagi Firaun. Dengan kepekaan rohaninya, Yusuf menangkap peluang yang ada di hadapannya. Menjadi orang nomor 2 di negeri Mesir setelah Firaun. Dipakai Allah untuk memelihara bangsanya & keluarga ayahnya dari bencana kelaparan yang melanda seluruh bumi.

Kegagalan & kesalahan seharusnya tidak membuat kita berhenti untuk berharap. Jangan hanya main aman! Putuskan untuk mengambil resiko, mempercayai Allah! Melangkah di dalam iman... keluar dari perahu... berjalan di atas air... walaupun sesekali tenggelam karena kurang percaya... Paling tidak kita telah membuat keputusan, untuk mempercayai & mengalami Dia... sambil mencari kesempatan lain untuk kembali melangkah ke luar dari perahu & mencoba kembali untuk berjalan di atas air.

Apa yang paling buruk dari kegagalan? Dipermalukan!
Apa yang paling baik dari mimpi yang tergenapi? Sukacita menyaksikan perbuatan Tuhan di hidupku!

- A dream gives you passion -

Jumat, 02 Desember 2011

DUA PELAJARAN HATI

Secara tidak sengaja, siang ini saya bertemu dengan seorang teman lama di sebuah mall. Saya mengenal dia sebagai pribadi yang rendah hati, kalem, bersahaja, nggak neko-neko. Lama kami tidak bertemu. Beberapa tahun ini kami pertama bertemu sesekali dalam beberapa acara rohani. Tampangnya masih sama persis! Hampir tidak ada yang berubah sama sekali. Itu sebabnya saya sangat mudah mengenalinya.

Sebenarnya saya tidak terlalu dekat dengan teman saya ini. Kami pernah berjemaat & berkomunitas di gereja yang sama. Sampai akhirnya dia memiliki pelayanan sendiri, begitu juga saya. Saat ini dia telah bergabung dalam sebuah pelayanan yang dipimpin oleh seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Saya pernah mengikuti ibadah yang diadakan oleh hamba Tuhan tersebut, & sangat diberkati oleh khotbah-khotbahnya.

Tapi mengapa dalam beberapa perjumpaan terakhir dengan teman saya ini, saya merasakan ada yang berbeda. Bukan tampangnya. Bukan pula penampilannya. Tetapi sikapnya. Saya yakin dia pasti mengalami banyak hal yang dahsyat bersama dengan Allah di bawah kepemimpinan hamba Tuhan yang luar biasa ini. Dan sepertinya dia juga memiliki pelayanan yang lebih "ber-impact." Tapi ada sesuatu yang saya rasakan hilang dari dirinya. Sesuatu yang dulu saya pikir hal tersebut merupakan keunggulan dalam dirinya, yaitu: kerendahan hati. Mati-matian saya berusaha, sepertinya sulit untuk saya dapat mecapai kerendahan hati seperti teman saya ini. Pertemuan kami siang ini benar-benar mengejutkan saya. Sikap & perkataan yang keluar dari dirinya sama sekali tidak menggambarkannya sebagai pribadi yang saya kenal dengan kerendahan hatinya.

Kami tidak sempat ngobrol panjang. Hanya saling menyapa & saling menanyakan kabar tidak lebih dari 5 menit. Namun, tatapan matanya, cara bicaranya, bahasa tubuhnya... semoga saja saya salah... Tapi bagaimana jika benar?

Malam ini saya memutuskan untuk berdoa bagi teman saya ini. Saya percaya bahwa Allah telah mempercayakan dia pelayanan yang luar biasa. Dan juga memiliki bapa rohani yang dipakai Tuhan luar biasa. Jika hari ini Tuhan mengizinkan saya mengenali hilangnya kerendahan hati dalam dirinya, saya tetap tidak dipanggil untuk menghakiminya. Saya tahu, bahwa saya pun perlu banyak bergumul di dalam zona kerendahan hati. Ketika saya menyadari bahwa hati saya terganggu dengan pertemuan singkat dengannya siang ini, bagi saya ini merupakan sebuah panggilan untuk mendoakannya.

Berapa sering kita menjumpai kesalahan orang lain & menghakiminya? Menjadikannya buah bibir untuk diperbincangkan tanpa ada solusi yang berarti. Saya percaya ketika Allah mengizinkan kesalahan atau kelemahan orang lain tersingkap di hadapan kita, hal itu merupakan sebuah panggilan untuk mendoakannya. Itulah fungsi tubuh. Kekuatan kita harus menutupi kelemahan orang lain, begitu juga sebaliknya.

Di satu sisi saya mendapat pelajaran rohani lain yang tak kalah penting!

Perkenalan kita dengan orang-orang tertentu (entah itu hamba Tuhan yang dipakai Tuhan luar biasa ataukah artis), dapat mengubah sikap hati kita. Dapatkah kita mempertahankan kerendahan hati kita? Ketika Allah memberkati kita dengan pelayanan yang lebih luar biasa, apakah dengan mudah kita kehilangan kerendahan hati. 

Kita harus bertumbuh di dalam kerendahan hati, seiring dengan promosi yang kita terima dari Tuhan.

"Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:17-18)

Tuhan mau agar kita tetap menjaga hati ketika 2 hal terjadi:
1. Kelemahan orang lain tersingkap di hadapan kita:berdoalah bagi orang tersebut.
2. Kita diberkati dengan hubungan (kenal dengan orang-orang hebat) & mengalami promosi dalam pelayanan atau pekerjaan: terus bertumbuh di dalam kerendahan hati.


Selasa, 22 November 2011

DUKUNGAN UNTUK MUSIM YANG BARU



Ini hari ke-3 Vania bekerja di kantor barunya. Meski sebenarnya tidak terlalu jauh dari kantor sebelumnya, tapi kami harus melewati jalan yang luar biasa macetnya. Saya harus berpikir keras untuk menemukan jalan pulang tercepat. Sudah 2 hari ini saya mencari beberapa alternatif & masih belum menemukan jalan terbaik (please help me God!).

Di kantor sebelumnya Vania masuk kantor jam 7 pagi & pulang jam 4 sore. Kami berdua suka dengan jam kerja seperti ini. Walaupun berangkat lebih pagi, namun bisa pulang di waktu yang cukup ideal. Sekarang Vania masuk kantor jam 8 pagi & pulang jam 5 sore. Jam masuk & pulang kantornya merupakan jam-jam macet.

Sudah 2 hari ini Vania terlihat sangat lelah. Pagi ini dia bahkan sempat tidur di motor. Setiap kali dia tidur di motor, saya harus menyetir dengan sedikit kepayahan karena helm yang dipakainya berulangkali membentur helm saya. Begitu juga dengan posisi duduknya menjadi tidak seimbang. Membawa motor dengan kondisi seperti ini dalam keadaan macet sungguh tidak mudah.

Kemarin saya harus menunggu Vania selama 2,5 jam di Mangga Dua Mall. Saya tidak diberitahu bahwa sore itu ada training, sehingga dia tidak dapat pulang sesuai dengan waktu yang ditentukan. Saya kelelahan berjalan berkeliling mall. Hanya melihat-lihat & tidak membeli apa-apa, kecuali 1 kue cucur, 1 martabak goreng & 1 gelas cincau hitam... dan diakhir penantian saya, saya membeli McChicken & 1 gelas Sprite supaya bisa duduk di McDonald. Rencana ingin membaca buku di McDonald, yang ada saya malah ketiduran di meja. Bukan hanya Vania, saya juga sangat kelelahan.

Berkat yang baru menuntut adanya penyesuaian. Posisi Vania naik jauh lebih tinggi dari posisi terakhir di kantor sebelumnya. Hal ini menuntut adanya banyak perubahan. Belum lagi perubahan "culture" di perusahaan yang sekarang. Saya yakin dia dapat dengan mudah menyesuaikan diri.

Buat saya, mengantar & menjemput Vania setiap hari adalah sebuah hak istimewa (previllege). Sebagai suami, Allah memerintahkan saya untuk mengasihi isteri saya seperti Kristus mengasihi jemaat.

2,5 jam menunggu Vania pulang kantor bukan hal yang mudah. Namun saya senang. Saya tidak marah karena ia lupa memberitahu saya soal training hari itu. Lagi pula saya tidak memiliki janji apa-apa sore itu. Saya memiliki waktu untuk menunggu dia pulang.

Banyak orang suka marah untuk hal-hal sepele di dalam hubungan. Saya memilih untuk tidak marah, sekalipun menunggu Vania 2,5 jam karena ia lupa memberitahu. Saya mendukung Vania sepenuhnya. Saya ingin melihat isteri saya menjadi pribadi yang maksimal.

Salah satu ekspresi kasih yang nyata & dibutuhkan oleh banyak orang ialah dukungan. Semua manusia, pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin... mengharapkan dukungan dari orang-orang yang dikasihinya.

Waktu kecil, saya tumbuh sebagai pribadi yang kurang banyak menerima dukungan. Saya sering berusaha mencari-cari perhatian, demi merasa didukung oleh orang lain. Kini saya telah dewasa. Kasih & kebenaran Allah telah mengubahkan hati saya. Salah satu pemberian yang saya ingin berikan kepada banyak orang ialah: dukungan. Tentunya saya tidak ingin memberikan dukungan untuk hal-hal yang salah. Namun saya ingin sebisa mungkin memberikan dukungan kepada orang-orang yang saya kasihi untuk hal-hal yang benar.

Memberikan dukungan membutuhkan pengorbanan. Kita tidak dapat menjadi orang yang memberikan dukungan pada orang lain jika kita "egois." Sikap mementingkan diri sendiri (egois), merupakan musuh utama dalam setiap bentuk hubungan. Kalau pun dalam keegoisan seseorang berhasil menunjukkan dukungan, maka yang terjadi ialah kepura-puraan (kemunafikan).

Sikap yang benar perlu dimulai dengan pengertian yang benar.

Saya membayangkan, suatu kali saya akan banyak meluangkan waktu bersama dengan anak-anak saya. Memberikan dukungan kepada mereka. Saya ingin menjadi orang pertama yang berdiri, tersenyum & memberikan dukungan bagi mereka. Hari ini saya memutuskan untuk siap berkorban lebih lagi untuk memberikan dukungan kepada orang lain... hanya untuk menolong orang lain untuk sukses.

Kita dapat dikatakan sukses, jika kita membantu orang lain untuk mencapai sukses. Bukan sekedar sukses di mata manusia, melainkan sukses di mata Allah. Mungkin itu sebabnya Allah memanggil saya menjadi seorang... pastor.

MENANG ATAS KEBUTUHAN MEMBUKTIKAN DIRI



Tekanan dapat mendorong kita pada salah satu area kesombongan, yaitu membuktikan diri. Saya masih ingat, awal tahun 2000. Ketika itu saya baru saja memenuhi panggilan hidup saya dengan masuk ke sebuah seminary (sekolah teologia). Ada dukungan. Tapi banyak juga pertentangan. Saya harus menerima hujaman kata-kata pedas yang menyakitkan hati. Maka godaan untuk "membuktikan diri" mulai tumbuh. Hingga suatu hari, Roh Kudus menuntun saya membaca kisah pemanggilan Daud. Daud yang tidak masuk hitungan ayahnya. Sebagai anak terakhir ia tidak diikutsertakan dalam barisan anak-anak Isai di hadapan nabi Samuel. Orang yang dipilih Allah tidak dapat disembunyikan. Allah punya berbagai cara agar orang-orang pilihan-Nya dapat ditemukan... dan diurapi sehingga dapat berfungsi.

Kita seringkali tidak tahan ketika direndahkan. Saat di mana kita tidak dianggap oleh orang lain karena apa yang kita miliki & apa yang tidak kita miliki. Kita menjadi marah. Kemarahan tersebut menjadi sebuah "kebutuhan." Kebutuhan untuk membuktikan diri.

Kebutuhan yang sama bertumbuh di dalam diri saya. Saya marah. Kebutuhan tersebut muncul. Saya ingin membuktikan diri. Sampai saya mendengar Tuhan berbicara: "Kamu tidak perlu membuktikan diri. Suatu saat, Aku yang akan membuktikan kepada orang-orang yang merendahkanmu. Setialah dalam apa yang Kuperintahkan padamu. Jalani panggilanmu." Seketika itu juga saya merasakan kelegaan. Benar, saya tidak perlu membuktikan diri saya pada siapa pun. Saya tidak perlu mengejar perkenanan manusia lebih daripada perkenanan Tuhan.

Godaan untuk membuktikan diri terus muncul di sepanjang perjalanan hidup. Kadang kita ingin membuktikan diri kepada pasangan, teman, pimpinan, orang tua atau anak. Kita menyiksa diri oleh karena kebutuhan ini. Kehilangan sukacita menjadi konsekuensi yang harus kita terima, karena tekanan "keharusan" yang terus muncul di dalam diri kita.

Arahkan pandangan kita pada Allah. Jangan kehilangan fokus yang benar. Kita memerlukan penyerahan diri. Menyerahkan kemarahan kita, beserta kebutuhan untuk membuktikan diri agar kita kembali mengutamakan yang utama, yaitu kehendak-Nya. Jangan sampai "kebutuhan untuk membuktikan diri" membuat kita tidak lagi hidup di dalam kasih.

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8)

Promosi datang dari Tuhan. Berhenti menggunakan cara-cara kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Hiduplah di dalam pengaturan Allah. Itulah Kerajaan Allah. Ketika kita tidak memerintah atas hidup kita sendiri, melainkan Allah.

Hari-hari ini saya kembali membutuhkan pesan ini. Pesan yang membawa kasih karunia Allah kembali menerobosi hati saya & memberikan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Saya hanya harus mempercayai Dia. Mengizinkan Bapa mengusahakan yang terbaik buat anak kesayangannya (it's me!). Saya tidak harus mengetahui kapan waktu Allah & bagaimana caranya... Saya hanya perlu percaya pada pengaturan-Nya.

Hari ini saya memutuskan untuk menyerahkan setiap kemandirian saya... menyerahkan semua sikap mengandalkan diri sendiri & menggantinya dengan kebergantungan sepenuhnya kepada Allah. Yes, you are my FATHER! Aku mau hidup di dalam rencana-Mu saja & berjalan di dalam jalan-jalan-Mu... kiranya hidupku selalu mempermuliakan nama-Mu.

Kamis, 03 November 2011

The Journey of 40 Days Fasting Prayer



Hari ke-40, akhirnya tiba juga. Hari ini, tanggal 4 November 2011 merupakan tepat hari ke-40 saya melakukan The Journey of 40 Days Fasting Prayer.

Saya belum pernah memulai doa puasa 40 hari sebelumnya. 26 September 2011 adalah hari pertama saya dalam the journey of 40 days fasting prayer.

Beberapa minggu sebelumnya, saya sedang berada di toko buku rohani Haleluya di Mall Kelapa Gading. Ketika itu saya sedang menghabiskan waktu melihat-lihat buku sebelum berangkat ke Rumah Sakit untuk menjenguk jemaat yang melahirkan. Banyak buku yang kelihatan menarik isinya. Saya menarik satu & membolak-balik halamannya. Saya berhenti di sebuah halaman & di sana terdapat tulisan "doa puasa 40 hari." Tulisan tersebut terus terbayang dipikiran saya sepanjang hari itu. Ketika itu saya sedang menjalani doa puasa selama 3 hari.

Jujur saja, sebenarnya doa puasa bukanlah hal yang menarik buat saya. Tahun 2011 ini saya sering melakukannya oleh karena 2 hal. Setengah tahun pertama dari tahun 2011 saya bergumul dengan persiapan pernikahan saya. Doa puasa merupakan langkah yang saya ambil berulang kali untuk menemukan isi hati Tuhan di saat-saat paling sulit dalam kehidupan saya. Hal berikutnya yang memacu saya untuk melakukan doa puasa seminggu sekali ialah: Mike Bickle. Beliau ialah pendiri International House of Prayer yang ada di Kansas City. Pertemuan saya dengan tulisan & buku-bukunya, membawa saya pada pemahaman yang mendalam mengenai doa puasa. Saya telah membaca habis bukunya yang berjudul "The Rewards of Fasting." Saya sangat diberkati.

Desakan untuk melakukan doa puasa 40 hari saya abaikan. Saya tidak ingin melakukannya. Tidak yakin sanggup. Berhubung saya sering masuk angin & punya sakit maag. Saya tahu beberapa teman saya pernah melakukannya. Bapa rohani saya pun sudah melakukannya sejak ia masih kuliah. Tapi sepertinya... doa puasa 40 hari bukan buat saya.

Ketika desakan itu muncul lagi, saya masih memiliki alasan. Pada waktu itu, saya kedatangan tamu. Luis Fernando Machado, misionaris YWAM asal Brazil yang telah 3 tahun tinggal di Bali. Luis adalah calon suami anak rohani saya yang bekerja sebagai staff di YWAM Bali. Kedatangannya ke Jakarta karena ia ada urusan di kedutaan besar Jepang. Ia telah mencoba meng-apply visa dari Bali & Singapore untuk dapat memenuhi undangan pelayanannya di Jepang. Namun semua ditolak. Ia hendak mencoba keberuntungannya dengan meng-apply melalui Jakarta. Namun hasilnya sama, tetap ditolak. Ia harus mengurus visa di negara asalnya, Brazil.

Kehadiran Luis memberikan saya alasan untuk tidak memulai doa puasa 40 hari. Saya harus menemani dia makan & jalan-jalan. Khan tidak enak kalo dia makan & saya puasa. Belum lagi, nanti badan saya lemas kalo harus mengantar dia keliling Jakarta.



Luis hanya stay di Jakarta 3 hari. Kepulangannya membuat saya tidak memiliki alasan lagi. Hari minggu malam, tanggal 25 September 2011 saya merasa kurang sehat. Antara sakit maag atau masuk angin. Saya bilang sama Tuhan: "Saya sedang kurang sehat Tuhan. Kalo doa puasa malah bikin sakit, khan itu malah nggak bijak." Namun saya merasakan desakan yang sangat kuat di roh saya untuk tetap melakukan doa puasa keesokan harinya. Ketika meminta pendapat dari isteri saya, ia pun menganjurkan saya untuk melakukan doa puasa 40 hari tersebut. Saya belum pernah melakukannya. Sepertinya akan menjadi hari-hari yang sangat berat & sulit. Saya memberanikan diri berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, jika malam ini Engkau sembuhkan sakitku, besok aku akan mulai doa puasa 40 hari." Ajaib! Tuhan memang tidak main-main! Malam itu juga saya sembuh & sehat. Maka dimulailah perjalanan doa puasa 40 hari.

Tiga hari pertama badan saya sangat lemas. Saya agak mengalami susah tidur. Saya kesulitan mengendari motor dengan seimbang. Tapi setelah hari ke-3, saya menjalani kehidupan yang normal.

Hari ke-9, saya merasakan "demonic attack" yang dahsyat. Saya merasakan ancaman kecelakaan di sepanjang perjalanan. Saya berdoa berbahasa roh & menghubungi seorang anak rohani saya untuk men-cover saya dalam doa sepanjang hari itu.

Doa puasa bukan sekedar masalah "nggak makan." Kita memerlukan tujuan yang tepat untuk melakukannya.

Salah satu tujuan doa puasa 40 hari yang saya jalani ialah: spiritual detox. Saya ingin Tuhan mengeluarkan racun-racun rohani yang ada di dalam diri saya selama ini. Betul saja, Tuhan bekerja begitu luar biasa. Hal-hal menyebalkan terus terjadi. Daging saya menjerit. Saya harus menyangkal diri. Tuhan sedang mengoperasi saya. Kemarahan saya yang terpendam naik ke permukaan. Gambar diri saya digoncang habis. Perasaan "tidak aman" (insecure) tiba-tiba saya menyergap saya. Saya benar-benar merasa tidak nyaman. Namun saya tahu, Allah sedang mengoperasi saya. Saya sedang ditikam Allah. Sakit sekali. Tapi itu baik buat saya. Untuk mengeluarkan racun & penyakit rohani yang bercokol di hati saya.

Pada tanggal 16 Oktober 2011, saya membuat acara City Gate Equipping Day di Alila Hotel. Dua sahabat saya: Ps. Andry Sugandi & Ps. Wigand Sugandi datang dari Sydney ke Jakarta. Acara yang bertemakan "For This Cause" tersebut merupakan acara yang spesial sepanjang tahun ini. Kami menghabiskan dana yang sangat besar untuk menyelenggarakan 4 sesi impartasi. Namun hari itu, saya tidak dapat menikmati makanan & coffee break yang disiapkan seperti para peserta lainnya. Saya masih dalam masa doa puasa. Tapi syukurlah saya masih kebagian makanan untuk buka puasa. Praise the Lord!




Malam itu saya menginap di Alila Hotel bersama dengan isteri saya. Kami telah menyewa sebuah kamar yang berfungsi untuk tempat istirahat bayi-bayi atau anak-anak kecil dari sahabat-sahabat kami. Malamnya kami yang menggunakan kamar tersebut untuk menginap. Saya terkenang beberapa bulan sebelumnya, ketika saya menikah di hotel tersebut. Breakfast yang luar biasa sangat saya nantikan. Sampai saya tersadar bahwa besok pagi saya doa puasa... Oh my God! Sayang banget free breakfast untuk 2 orang hanya dipakai oleh isteri saya seorang yang makannya sangat sedikit...



Keesokan harinya saya menemani isteri saya breakfast. Kami duduk persis di tempat kami pertama kali datang ke Buzz Restaurant. 13 Januari 2010 saya mengajak Vania Valencia makan malam di sana & memberitahukan rencana pernikahan kami waktu itu. Pagi itu kami duduk di meja yang sama. Hanya menatapi semua orang menikmati makanan & minuman pagi itu, sedangkan saya... puasa.

Sempat terpikir oleh saya: "Bagaimana seandainya hari ini saya tidak doa puasa. Saya biarkan bolong 1 hari, besok saya lanjutkan lagi." Tapi saya merasa sayang. Tahu begitu, sekalian saja dari kemarin ketika City Gate Eqquipping Day berlangsung. Hmm... pagi itu saya memutuskan untuk tetap menjalani doa puasa. Saya melepaskan kesempatan untuk menikmati sarapan pagi di Buzz Restaurant, demi menghormati Tuhan Yesus. Saya melepaskan yang baik, untuk mendapatkan yang terbaik.

Tidak terasa, hari ini sudah hari terakhir. 45 menit lagi waktu doa puasa saya akan berakhir. Saya akan kembali ke kehidupan yang normal. Memakan makanan yang saya suka kapan pun saya mau. Tapi jika saya doa puasa 40 hari hanya untuk mendapati diri saya menjadi lebih rakus dari 40 hari yang lalu, maka itu adalah sebuah kebodohan.

Fasting is a lifestyle. Gaya hidup yang penuh penyangkalan diri. menyangkal diri dari inferior pleasure of sin supaya dapat menikmati superior pleasure of Gospel.

Puji Tuhan, selama menjalani doa puasa 40 hari ini badan saya tidak pernah sakit... padahal saya tidur menggunakan AC, berulang kali kehujanan di jalan, sempat melayani di Puncak & mandi air dingin. Ini merupakan bukti penyertaan-Nya yang luar biasa. Bukan karena kuat & gagahku aku menyelesaikan the journey of 40 days fasting prayer. Semua karena anugerah-Nya.

Rabu, 26 Oktober 2011

CrREATIVE DEVOTION


We need a plan to build intimacy with God. Don't be trapped by traditional method & paradigm about daily devotion. Be creative in your devotion. Daily devotion is not just about read 1 or 2 verses from the Bible or read article from Daily Devotion Book. It's all about intimacy with a Person: GOD Himself.

"Search the scriptures; for in them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of me. And ye will not come to me, that ye might have life." -John 5:39-40 KJV

Be creative in your devotion... Choose the best time to enjoying God in your daily life.

P.S: Please read "Take Jesus Out For Coffee" from http://vaniafelani.blogspot.com/2011/10/take-jesus-out-for-coffee.html

LOVE BRINGS CREATIVITY

Cinta membuat kita kreatif! Saya mengalaminya menjelang hari pernikahan saya. Ketika harus mendesign beberapa hasil foto pre-wedding untuk website weebly kami, saya ternyata bisa melakukan sesuatu yang membanggakan calon isteri saya.

Dengan berbekal kemampuan yang apa adanya & Adobe Photoshop 7.0. saya membuat design foto-foto pre-wedding kami. Ini dia hasilnya... (",)v

Here is the link:
http://ferryvania.weebly.com/our-values.html


PAGA: PERJUMPAAN!

Badai itu sudah berlalu. Awal tahun 2011 hingga menjelang hari pernikahan saya (14 Mei 2011), merupakan hari-hari yang sangat sulit untuk dilalui. Iman saya berada ditepian jurang. Apakah mungkin tanggal 14 Mei 2011 saya bisa menikah? Kami (saya & Vania) telah membayar DP untuk semua persiapan pernikahan kami.

14 Mei 2011 adalah tanggal pernikahan yang saya dapatkan dari Roh Kudus ketika sedang makan malam di hari ulang tahun Vania. Buzz Restaurant di Alila Hotel adalah tempat kami menikmati makan malam tepat tanggal 13 Januari 2010. Saya hampir tidak percaya bahwa Allah sungguh memberikan tanggal tersebut di hati saya pada saat saya sedang berada di toilet. Vania pun sulit untuk mempercayai tanggal yang saya sebut. 14 Mei 2011? Saya tidak ragu lagi setelah mendapati bahwa 14 Mei 2011 adalah hari Sabtu. Seandainya 14 Mei 2011 adalah hari Senin atau Rabu, mungkin saya akan meragukannya... 


"Now unto him that is able to do exceeding abundantly above all that we ask or think, according to the power that worketh in us, ..." -Ephesians 3:20 KJV

Ayat di atas menjadi dasar pernikahan kami. We believe ini miracle... sampai saat di mana ujian datang & menguji iman kami...

Setiap hari saya berseru kepada Tuhan memohon mujizat... mujizat tidak datang. Waktu terus berjalan. Keputusan harus dibuat. Banyak hal harus dibayar. Takut. Dipermalukan. Bingung. Kecewa. Marah.

Tiba-tiba saja saya menjadi akrab dengan perasaan-perasaan negatif yang ada.

Saya mempertanyakan keterlambatan Tuhan...
Saya menanyakan status Tuhan sebagai Bapa & saya sebagai anak...
Saya seperti Ayub yang kecewa & mempertanyakan di mana letak kesalahan saya...

Tuhan diam, sampai Ia mulai berbicara melalui banyak hal. Di antaranya ialah 2 buku di bawah ini: It's Your Time by Joel Osteen & Destined to Reign by Joseph Prince...


Saya membeli kedua buku tersebut dengan uang hasil pelayanan saya hari itu. Desakan Roh Kudus yang begitu kuat di sebuah toko buku rohani, membuat saya berani membeli kedua buku yang harganya cukup mahal, berhubung waktu itu saya sedang berhemat habis-habisan (mohon jangan salah sangka, starbucks di sebelahnya saya peroleh gratis dengan voucher...).

Melalui lembar-lembar buku tersebut, Tuhan menjawab banyak pertanyaan saya saat itu. Hati saya dikuatkan. Waktunya kembali melangkah. Namun saya terkejut. Setelah Tuhan berbicara melalui buku-buku tersebut, mujizat tetap tidak terjadi.

"Belajar percaya" bukan hal mudah. Jika ada orang yang berkata bahwa mereka ingin mengalami pernikahan yang penuh mujizat seperti yang pernah saya alami, saya akan mengatakan bahwa prosesnya sungguh tidak enak. Daging saya berteriak kesakitan. 

Saat-saat yang penuh badai ini menjadikan saya seorang pendoa. Saya tidak pernah lebih sungguh-sungguh dari waktu-waktu ini. Bukan hanya setiap hari, melainkan setiap saat... saya berdoa dengan sungguh-sungguh. Di kamar, di motor, di stasiun kereta api, di WC umum... saya merasakan Tuhan. Saya sangat membutuhkan Dia. Tanpa Tuhan saya pasti tenggelam. Begitu kuatnya saya berdoa sehingga dari saat-saat tersebut, lahirlah buku perdana saya yang berjudul "The Tremendous Power That Available." Buku ini menjadi salah satu gift yang kami berikan di Holy Matrimony pernikahan kami.




Dan hari itu pun datang juga...


Pdt. Jonathan Pattiasina memberkati pernikahan kami di Alila Hotel, Pecenongan pada tanggal 14 Mei 2011. Saya tidak dapat melupakan hari yang luar biasa tersebut. Allah mencukupkan segala sesuatunya. Pernikahan kami berlangsung dengan sangat luar biasa. Hari-hari yang penuh air mata ketakutan & kekecewaan berganti dengan air mata sukacita & ucapan syukur.

Tuhan Yesus memang sangat baik!

Sudah 5 bulan berlalu... Badai itu benar-benar telah berlalu... Tuhan memberkati pernikahan & pelayanan saya. Saya sedang menikmati hari-hari terbaik saya... hingga saya menyadari satu hal: saya tidak lagi berdoa seperti waktu-waktu di mana badai itu menghantam kehidupan saya. Saya sudah terlalu nyaman sehingga hampir-hampir saya tidak bisa berseru seperti ketika saya hampir tenggelam.

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui." -Yeremia 33:3

Saya tahu bahwa saat ini Roh Kudus sedang mengingatkan kembali untuk saya kembali berseru kepada Tuhan. Doa merupakan sebuah anugerah. Anugerah yang hanya dapat kita gunakan & nikmati di bumi. Kita tidak dapat berdoa di Sorga. Kita tidak membutuhkan kesembuhan, pemulihan & terobosan keuangan di Sorga. Di sana segala sesuatunya telah tersedia. Tidak ada lagi maslaah & air mata. Kita membutuhkannya di bumi. Melalui doa kita memerintah bersama-sama dengan Allah.

Saya masih harus berseru meskipun saya tidak sedang tenggalam... namun ada orang-orang yang sedang tenggelam. Kota Jakarta sedang tenggelam dengan dosa-dosanya. Orang-orang yang saya pimpin sedang tenggelam dengan kesibukannya. Kita tidak hanya dipanggil untuk berseru kepada Tuhan hanya untuk urusan pribadi. Kita dipanggil juga untuk berseru kepada Tuhan untuk orang-orang yang kita pimpin, keluarga kita, kota & bangsa kita. Itulah "syafaat"... Kata "syafaat" berasal dari kata Ibrani "paga" yang artinya: perjumpaan. Allah berjumpa dengan partner-Nya, Iblis berjumpa dengan musuh-Nya. Peperangan kembali berlanjut... namun kemenangan pasti di pihak Allah kita.

STAND UP!




Tidak banyak yang orang ketahui tentang kehidupan pribadi seorang "pemimpin rohani." Perasaannya sebagai seorang banyak dituntut, serta pergumulan batinnya terhadap kehidupan pribadinya. Setiap pemimpin memiliki pengharapan (hope). Pengharapan terhadap orang-orang yang ia pimpin. Pemimpin adalah orang yang rentan dengan kekecewaan. Bukan hanya pemimpin... melainkan semua orang yang punya pengharapan.

Kekecewaan terjadi ketika harapan kita tidak terwujud. Harapan terhadap orang-orang yang kita pimpin.

Tahun 2011 ini, menjadi tahun yang cukup sulit dalam penggembalaan. Saya mendapat diri saya kecewa. Kecewa terhadap orang-orang yang saya pimpin. Saya kecewa karena saya memiliki pengharapan yang besar terhadap mereka. Saya mengenal mereka cukup lama. Saya menemukan potensi mereka. Saya mengagumi & bangga dengan mereka.

Namun tahun ini terasa berbeda...

Ada banyak hal yang sepertinya mengalihkan fokus mereka. Prioritas yang salah menjadi jebakan yang menghambat kerohanian mereka. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti disalahartikan. Mereka seperti sedang mengejar "sesuatu" yang cukup masuk akal untuk dibilang "penting."

Berbagai alasan yang saya dengar hanya menambahkan kesedihan. Alasan-alasan yang dirohanikan hanya akan membuat proses pembentukan Tuhan memakan waktu lebih panjang.

Dalam suatu kesempatan Roh Kudus meletakkan pesan: STAND UP! Berdiri bagi anak-anak rohanimu! Berdiri bagi kotamu! Berdiri bagi bangsamu!

Tuhan hendak memanggil bangkit mereka yang tidur & mati. Ia sedang memanggil keluar mereka yang sedang terintimidasi & sembunyi di dalam gua. Ini waktunya berdiri & melakukan peperangan rohani. Mengenakan selengkap senjata Allah, supaya kita dapat melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kegelapan.

Pesan "peperangan rohani" (spiritual warfare) terus Roh Kudus gaungkan di hati saya. Pengurapan apostolic prophetic Tuhan berikan. Buku Moving In Apostolic yang ditulis John Eckhardt berada di tangan saya di waktu yang tepat. Dalam bukunya ia menulis: "Pioneers have a breakthrough anointing. The word "breakthrough" is defined as an act or instance of breaking through an obstruction; an offensive thrust that penetrates and carries beyond a devensive line in warfare... Apostles and apostolic people will be a people of warfare, wheter they use the term or not.

This is the time to STAND UP! Take a position for spiritual warfare! Stand up for my community, my spiritual children, my city & my nation... just one word from God: STAND UP!






Senin, 24 Oktober 2011

KEKEUH

Nggak tahu sudah berapa kali? Seingat saya paling sedikit seminggu sekali. Namun akhir-akhir ini, hampir setiap hari. Sebuah perusahaan telekomunikasi berulang-ulang menghubungi telepon rumah kami untuk menawarkan pemasangan internet dengan harga promo. Jawaban saya tetap sama. Saya tidak tertarik, karena saya sudah punya.

Jujur saja, kadang hal ini menjengkelkan. Tidak banyak orang yang menghubungi telepon rumah kami. Rata-rata teman-teman maupun keluarga kami menghubungi handphone. Hampir setiap kali telepon rumah berdering, hampir dapat dipastikan bahwa itu dari para telemarketing perusahaan telekomunikasi tersebut. Orang berbeda mewakili perusahaan & produk yang sama. Dalam 5 bulan ini saya mendapatkan kurang lebih 20 telepon. Huff... yang terakhir, baru saja beberapa menit yang lalu.

Meskipun sedikit kesal, namun jujur saja saya memiliki kekaguman juga. Mereka tidak menyerah. Tidak menyerah meyakinkan saya bahwa produk mereka bagus. Jawaban yang masuk akal & penolakan saya tidak langsung menghentikan mereka. Sebelum saya mendapat penawaran internet yang bagus dari seorang teman melalui provider lain, jujur saja saya hampir saja menerima penawaran pemasangan internet promo tersebut.

Jika seandainya sikap tidak mudah menyerah ini ada pada setiap orang percaya dalam memberitakan Injil, mungkin ada jauh lebih banyak orang yang telah diselamatkan. Tidak mudah menyerah terhadap penolakan. Memiliki keyakinan yang besar bahwa "produk kita bagus!"

Orang berani menganggu waktu orang lain hanya untuk masalah fana, seperti pemasangan internet (gue yakin di Sorga kita nggak perlu internet lagi...); mengapa kita tidak berani mengganggu orang lain untuk urusan kekekalan. Bukan supaya kita mendapatkan poin atau bonus, melainkan agar kita menyelamatkan orang-orang dari kebinasaan.

Saya teringat salah satu judul buku Ed Silvoso yang berjudul "Supaya Tidak Seorang Pun Binasa" yang diambil dari 2 Petrus 3:9. Yup, bener banget! Tuhan nggak ingin seorang manusia pun binasa. Ia ingin kita melakukan amanat agung. Ia ingin kita "pergi." Tapi ada banyak orang percaya yang tidak pergi, karena mereka sendiri tidak bisa "bangkit."

Ada 2 alasan yang menyebabkan kita nggak bisa bangkit:
1. Karena kita terlalu terluka
2. Karena kita terlalu nyaman dengan posisi kita

Jika kita tidak "bangkit," maka kita tidak akan "pergi." Bangkit dari rasa bersalah, hidup di dalam dosa, kemarahan, trauma, ketakutan maupun kekecewaan. Jika kita tidak bangkit, kita akan terlambat. Jika kita tidak bangkit, kita tidak dapat meraih janji Allah. Jika kita tidak bangkit, Allah tidak dapat memakai kita.

Kerajaan Allah membutuhkan orang-orang yang radikal dalam mengasihi, taat, memberi serta memenangkan jiwa bagi Yesus. Kita perlu mempertajam perspektif kita mengenai kekekalan agar pewahyuan Roh Kudus menyadarkan kita untuk kembali memberitakan Injil kasih karunia. Gereja yang tidak menginjil adalah gereja yang mati. Injil adalah kabar baik. Dunia membutuhkannya. Berikan kepada dunia apa yang mereka butuhkan. Karena mereka perlu kasih Tuhan. Kiranya ketekunan kita akan membuahkan hasil yang signifikan bagi kerajaan-Nya.

Selasa, 18 Oktober 2011

RECORDING! My Arrangement.



Akhirnya saya kembali ke studio music. Playing accoustic guitar for my friend, William Liem. Old song, with new arrangement. Hope you like it!

THE CHURCH LIKE THIS!

"Gereja seperti apa yang ingin kamu bangun?"

GEREJA SEPERTI INI:


Gereja yang berisi orang-orang yang diubahkan oleh kasih (love), kebenaran (truth) & kuasa (power) Tuhan Yesus! Orang berdosa, para pecundang, para penakut, maupun orang-orang bodoh yang diubahkan oleh Allah menjadi para pahlawan (heroes) sehingga dapat menolong & membebaskan orang lain.

Pelayanan penggembalaan menantang saya untuk berkorban & memberi yang terbaik, demi dapat membantu setiap orang yang saya layani menjadi pribadi-pribadi yang hidup maksimal sesuai dengan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka.

Masih banyak yang harus saya pelajari. Ada banyak PR yang harus saya kerjakan. Pelayanan adalah perkara serius. Penggembalaan merupakan masalah hidup & mati. Kerajaan kegelapan tidak akan diam saja melihat kehidupan-kehidupan diubahkan. Mereka akan berusaha menghentikan gereja-Nya. Jika Iblis tidak dapat menghentikan kita dengan "problem", maka ia akan berusaha menghentikan kita dengan "pleasure." Berhati-hatilah terhadap keduanya. Bangunlah kekuatan rohani untuk menang atas "problem & pleasure."

Saya berdoa suatu kali saya akan melihat anak-anak rohani saya akan dipakai oleh Tuhan dalam kasih, kebenaran & kuasa Roh Kudus, oleh karena mereka menemukan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka & mengetahui siapa mereka sesungguhnya di dalam Kristus. Let Your kingdom come & your will be done!

WHEN GOD DEAL WITH ME




Ini hari ke-23. Tepatnya sejak 26 September 2011 saya memulai perjalanan 40 hari doa puasa. Di dalam perjalanan 40 doa puasa hari ini, saya banyak mengalami detox rohani. Racun-racun rohani yang mengendap di dalam roh saya dikeluarkan oleh Tuhan.

Beberapa kali saya merasakan "nyeri" di hati saya, ketika saya tahu bahwa Allah sedang melakukan operasi rohani. Kebanggaan diri berulang kali diruntuhkan. Kekecewaan & kemarahan dimunculkan seperti sebuah peluru yang telah lama sembunyi di dalam tubuh saya. Mata saya dibukakan akan keadaan saya yang sesungguhnya, bahwa sebenarnya saya "tidak baik-baik saja."

Kekecewaan terjadi karena kita berharap sesuatu. Berharap kepada orang-orang yang terdekat dengan kita. Wajah-wajah tertentu dimunculkan dengan lebih jelas dipikiran saya, hanya supaya saya tidak dapat menyangkal bahwa racun-racun rohani tersebut masih ada di hati saya.

Orang-orang tertentu terkesan bersikap & berbicara dengan nada agak "merendahkan" hanya supaya menguji hati saya di hadapan Allah.

Allah ingin saya menjadi "kota tanpa tembok" (city without walls). Membuka diri terhadap setiap HANTAMAN di hati saya, sehingga saya menyerahkan semua yang sedang IA minta dari hati saya. PRIDE! Ketika pride diangkat dari hati kita, sakitnya sungguh terasa.

Saya tidak menyalahkan siapa pun untuk perasaan nyeri di hati saya. Ini merupakan bagian dari agenda Allah. Saya berterima kasih buat semua orang yang telah dipakai Allah untuk memurnikan motivasi hati saya. Saya tidak membenci satu pun dari mereka. Jika saya membenci, itu berarti saya gagal. Jika saya menambah kekecewaan, itu artinya tujuan doa puasa ini tidak tercapai.

Saya ingin mengejar kerendahan hati lebih dari apapun. Karena saya tahu bahwa saya tidak memilikinya. Kerendahan hati yang dapat menghindarkan saya dari kejatuhan. Yang membuat saya bisa ditegur, sehingga tidak perlu tersesat terlalu jauh.

Terkadang kita harus ditempatkan di antara orang-orang yang sombong, untuk membuat kita merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang muncul sebenarnya adalah ekspresi kesombongan yang selama ini tersembunyi.

Tuhan tidak selalu "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyenangkan. IA akan "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyehatkan & membawa pertumbuhan bagi hidup kita. Ketika IA sedang mengoperasi & mengeluarkan racun dari hati kita, sebenarnya IA sedang memberkati kita. IA sedang mempersiapkan kita untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih besar & menerima lebih banyak lagi dari DIA.


Selesaikan apa yang telah Engkau mulai di dalamku Tuhan Yesus! I'm yours!

Senin, 17 Oktober 2011

BLUE LIKE JAZZ: BEFORE YOU CAN LOVE IT YOURSELF



I love books! Pada saat mendapat kesempatan pertama kali ke luar negeri, hal pertama yang saya ingin beli adalah: buku. Tahun 2008, saya mendapat kasih karunia bisa melayani Tuhan selama hampir sebulan di Sydney, Australia. That was unforgettable moment for me!

Di kota tersebut ada sebuah toko buku rohani Kristen bernama Koorong. Mata saya melotot melihat buku-buku di sana. Sepertinya ingin saya membeli sebanyak mungkin buku & membawanya pulang ke Indonesia. Sayangnya, budget terbatas... begitu pula dengan kapasitas koper.

But anyway, saya berhasil membeli 35 buku. Sebagian besar dengan harga discount! Hahaha... i love it!!! Di antara buku-buku tersebut, saya membeli sebuah buku berjudul "Blue Like Jazz" yang ditulis oleh seorang yang bernama Donald Miller. Saya membeli buku ini karena sebelum saya berangkat ke Australia, saya sempat mendapati bahwa buku tersebut direkomendasikan di sebuah buletin gereja yang sangat terpercaya. Karena saya tahu bahwa buku tersebut tidak (belum) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka saya mencarinya di toko buku Koorong.

Tidak sulit untuk menemukan buku tersebut. Ternyata buku "Blue Like Jazz," masuk ke dalam kategori New York Times Best Seller. Saya menemukan buku Blue Like Jazz dengan beberapa pilihan bentuk. Pilihan saya jatuh pada jenis paperback, karena bentuknya lebih imut & praktis, serta harganya yang relatif murah.

Dari sekian banyak buku yang saya ingin bawa pulang, buku "Blue Like Jazz" adalah salah satu buku yang membuat saya penasaran. Setibanya di Jakarta, saya merasakan desakan Roh Kudus untuk menyerahkan 5 buah buku, dari antara buku yang telah saya beli di Australia, sebagai oleh-oleh untuk beberapa orang teman. Dan salah satunya ialah buku "Blue Like Jazz."

Setelah beberapa tahun, rasa penasaran saya pun belum terobati. Puji Tuhan, tepat satu minggu yang lalu, seorang sahabat membawakan saya buku "Blue Like Jazz." Ukurannya lebih besar dari yang saya beli. Harganya juga lebih mahal sekitar 7 dollar. Ketika beberapa minggu yang lalu dia berada di toko buku Koorong, dia menanyakan apakah ada buku yang ingin saya titip belikan di sana. Saya kembali teringat dengan buku "Blue Like Jazz."


Praise God, sejak minggu lalu buku ini sudah ada di tangan saya.

Pada bagian Author's Note, kalimat inilah yang ditulis oleh Donald Miller, and I'm so excited with this:

"I never liked jazz music because jazz music doesn't resolve. But I was outside the Bagdad Theatre in Portland one night whenI saw a man playing the saxophone. I stood there for fifteen minutes, and he never opened his eyes.

After that I liked jazz music.

Sometimes you have to watch somebody love something before you can love it yourself. It is as if they are showing you the way.

I used to not like God because God didn't resolve. But that was before any of this happened."

Kamis, 07 April 2011

The Wind of Change

Tuhan tidak selalu bicara secara gamblang kepada kita. Terkadang IA menggunakan sinyal-sinyal tertentu untuk memberitahukan sesuatu kepada kita. Suatu ketika kata “wind of change” muncul di hati saya. Pada hari yang sama, dua kali saya menemukan tulisan “wind of change” di depan mata saya. Apakah itu suatu kesengajaan? Saya percaya tidak! Allah sedang memberikan sebuah sinyal akan adanya angin perubahan yang sedang IA hembuskan di hidup saya & di tengah-tengah komunitas kita.

Kita tidak akan bisa menangkap “the wind of change” ini, jika kita sedang berada pada kondisi kehidupan yang salah. PRIORITAS HIDUP YANG SALAH AKAN MENGHALANGI KITA MENGENALI TUHAN YANG SEDANG BEKERJA DI TENGAH-TENGAH KITA. Fokus hidup yang berpusat pada kehidupan lahiriah dan duniawi sedang mencuri waktu kita. Ketika Alkitab berbicara mengenai “waktu”, Alkitab paling sering menghubungkannya dengan “kehendak Tuhan.” Kita harus mengisi waktu-waktu kita dengan kehendak Bapa.

Iblis sering menggunakan hubungan untuk mengubah dan mengalihkan fokus hidup kita. Konflik-konflik yang tidak ditangani dengan kedewasaan dan penyelesaian yang sesuai dengan prinsip Firman Tuhan dapat menyebabkan kita terfokus pada diri sendiri. MENIKMATI LUKA MENJADI SEBUAH TANTANGAN BAGI SETIAP ORANG KRISTEN YANG SEDANG BERADA DI DALAM TEKANAN. KETIKA HIDUP KITA TERLALU BERFOKUS PADA DIRI SENDIRI, MAKA KITA AKAN KEHILANGAN KEKUATAN UNTUK HIDUP BAGI ALLAH.

Dibutuhkan “perubahan” untuk mengalami kemajuan. Tanpa adanya perubahan kita tidak mungkin bisa menjadi berkat bagi orang lain. Istilah “wind of change” bukan sekedar memberikan isyarat kepada untuk berubah. Tetapi juga hendak memberitahukan kita bahwa Tuhan hendak memberikan arah yang baru.

Setiap perubahan memerlukan pengorbanan. KITA HARUS MEMUTUSKAN KELUAR DARI KESENANGAN UNTUK MELANGKAH KE DALAM KEDEWASAAN. Masuk ke dalam perubahan tidak sama dengan kehilangan kesenangan sama sekali. Kita harus bersedia kehilangan kesenangan kita saat ini untuk mendapatkan kesenangan yang lebih besar di dalam kehendak Bapa di level berikutnya.

KEPUTUSAN KITA UNTUK KELUAR DARI KONDISI KEHIDUPAN YANG SALAH DAN MENANGKAP ANGIN PERUBAHAN ALLAH, AKAN MENDATANGKAN KEMAJUAN BESAR DALAM HIDUP KITA. Harapkan dan usahakan kemajuan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi untuk kepentingan orang-orang yang ada bersama-sama dengan kita.

Untuk masuk ke dalam angin perubahan Allah, kita memiliki kemampuan beradaptasi. Melalu penyerahan diri dan kerelaan untuk mengosongkan diri (melepaskan segala milik), kita sedang mengembangkan kemampuan beradaptasi. TANPA KEMAMPUAN BERADAPTASI, PERUBAHAN YANG TERJADI DAPAT MENGHANCURKAN KITA. Kita perlu menjadi fleksibel tanpa bersikap kompromi terhadap ketidakbenaran.

Mari kita menangkap “the wind of change” yang sedang Allah hembuskan di tengah-tengah kita, untuk menjadikan kita maksimal di masa-masa sukar dan berbuah di tengah musim yang Allah telah Allah tentukan bagi kita.

Ketegasan Mendatangkan Percepatan

Saya terlambat menyadari bahwa ketegasan merupakan salah satu prinsip rohani yang luar biasa. Ketegasan merupakan salah satu ekspresi kasih yang sangat penting, terutama untuk jangka panjang. Masa depan kita tidak akan gilang-gemilang tanpa adanya ketegasan.

Kita sering menyamakan bertindak tegas dengan bertindak kasar. Tegas dan kasar merupakan 2 hal yang berbeda. Akibat terlambat bersikap tegas, saya menuai banyak masalah. Namun lebih baik terlambat daripada tidak pernah memulai.

Hari ini saya memutuskan untuk bersikap tegas terhadap sebuah permasalahan. sebuah masalah yang telah berlarut-larut sejak akhir tahun lalu. Ketegasan merupakan bagian yang penting dari percepatan. Perlambatan biasanya datang karena kita tidak tegas. Tegas terhadap diri sendiri dan tegas terhadap orang lain.

Sikap tegas harus dibarengi dengan sikap menghargai orang lain. Jika kita bersikap tegas sekaligus menghargai orang lain, maka orang akan "rspect' dengan sikap kita.

Seorang pemimpin harus belajar untuk bersikap tegas sebelum menyesal. Sikap tegas akan mendatangkan kemajuan dalam hidup kita. Mari belajar!

Rabu, 06 April 2011

It's Time To Look Back

Sudah lama sekali saya melepaskan mimpi untuk memiliki sebuah rumah. Saya pernah mendoakannya. Proses yang panjang membuat saya berhenti mendoakannya. Tapi hari ini, ada sesuatu yang ganjil. Di sebuah mall saya menemukan stand promosi perumahan yang pernah saya doakan. Saya mengambil brosurnya dan menemukan kalimat "it's time to look back..." Tanpa bermaksud merohani segala sesuatu, saya merasa kalimat tersebut berbicara kuat di hati saya. Seakan iman timbul mengalahkan logika. Saya mengambil brosur itu dan membawanya pulang.

"It's time to look back..." seperti sebuah panggilan Tuhan bagi saya untuk kembali mendoakan rumah yang pernah saya inginkan. Beberapa waktu yang lalu, saya menginginkan rumah ini karena ikut-ikutan. Tapi hari ini, saya benar-benar menginginkannya oleh karena saya merasakan ada suatu iman di hati saya. Saya tidak mengerti mengapa saya percaya. Tapi saya bisa merasakan apa yang saya percayai. Semuanya bertentangan dengan akal sehat. Darimana saya memilik banyak uang untuk membeli rumah tersebut, sedangkan kebutuhan menjelang persiapan pernikahan begitu banyak. Setiap vendor yang sudah di DP harus segera dilunasi.

Tapi bagaimana pun juga, saya memiliki Bapa di Sorga. Bapa yang kebaikan-Nya melebihi kebaikan bapa di dunia. Saya tidak tahu mengapa saya menginginkannya. Saya juga tidak tahu bagaimana bisa mendapatkannya. Saya hanya merasa ganjil dengan apa yang saya baca dan saya lakukan. Tidak biasanya saya melakukan hal ini.

Jika tahun ini benar saya akan memiliki rumah yang saya doakan, saya hanya ingin mengetahui bahwa saya telah menulis keganjilan yang berusaha saya percayai. Saya belajar untuk memberikan respon yang tepat terhadap setiap keganjilan yang muncul di hidup saya. Walaupun responnya tidak selalu sama, namun tidak memberi respon biasanya menyebabkan saya berulang kali menyesal.

Tahun yang lalu, saya pernah mendatangi perumahan itu dan berdiri di atas salah satu tanahnya dan berdoa. Waktu itu saya mendapatkan impresi Yosua 1:3. Setelah melewati masa-masa sukar yang memaksa saya untuk melihat fakta dan menggunakan logika, saya melupakan semuanya.

"It's tima to look back" bukan sekedar slogan. Buat saya, ini merupakan panggilan untuk kembali berdoa. Mendoakan sesuatu yang hendak Tuhan berikan dalam hidup saya. Tidak lama lagi seluruh kehidupan saya akan berubah secara total. Saya akan segera menikah dan membangun rumah tangga. Saya membutuhkan rumah untuk memberikan rasa aman kepada keluarga saya.

Saya ingat suatu ketika ada seorang teman yang mengatakan bahwa suatu kali saya akan menerima upah dari Tuhan atas jerih payah yang saya lakukan dalam pelayanan selama ini. Saya masih ingat bagaimana beberapa orng bercerita mengenai betapa baiknya atasannya di kantor yang memberinya handphone, mobil, rumah, dll. Bukankah Bapa di sorga melebihi semua atasan yang ada di bumi. Tuhan akan membayar upah kira dengan tepat. Jangan lepaskan kepercayaan kita, karena besar upah yang menantinya.

Yesaya 61:8
"Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu."

Ibrani 10:35
"Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."

Malam ini saya memutuskan untuk kembali berdoa untuk memiliki rumah. Melalui doa, saya ingin meraih apa yang telah Allah janjikan! Ketika semua orang memilih untuk hidup oleh fakta dan logika, saya memilih untuk hidup oleh iman. Iman yang timbul dari "rhema" firman Tuhan. Saya percaya suatu kali iman saya akan menghasilkan buah yang bisa dilihat & dinikmati banyak orang.


Yohanes 15:7
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."

Selasa, 27 Desember 2011



Pertengahan bulan Desember saya menerima BBM dari seorang teman. Dia menanyakan no handphone saya untuk diberitahukan kepada adiknya. Adiknya adalah penyiar radio di Surabaya. Konon katanya, ia ingin menghubungi saya untuk menyampaikan pesan natal singkat untuk para pendengar radio. Tanpa bertanya lebih detail, saya menyetujui permintaannya. Saya hanya meminta untuk memberitahu lebih dahulu sebelum menelepon saya, takut saya sedang tidak "available" untuk dihubungi.

Saya tidak jadi di telepon untuk siaran radio tersebut. Tapi tak mengapa. Saya justru menemukan maksud Tuhan ketika saya mempersiapkan diri untuk siaran tersebut. Setelah tahu bahwa saya akan dihubungi oleh sebuah siaran radio untuk diminta menyampaikan pesan singkat seputar "makna natal," saya meluangkan waktu untuk merenung. Entah mengapa saya merasa bosan dengan banyak pesan natal yang terdengar "klise: dari tahun ke tahun. Saya tidak ingin merekayasa pesan. Saya ingin pewahyuan dari Roh Kudus. Saya ingin pesan yang "fresh" yang berhubungan dengan kehidupan saat ini & masa depan. Bukan sekedar mengucapsyukur kepada Allah karena Yesus telah lahir 2000 tahun yang lalu (walaupun hal tersebut tetap harus kita lakukan). Saya percaya, pasti ada pesan natal yang lebih relevant & prophetic untuk generasi ini, daripada sekedar sebuah pesan sentimentil yang sama dari tahun ke tahun.

"Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." - II Korintus 4:10

"Natal" berarti "kelahiran." Kelahiran menandakan awal dari kehidupan. Firman Allah memiliki prinsip yang kekal mengenai "kehidupan": kematian selalu mendahului kehidupan (kebangkitan). Sebelum Yesus mengalami kematian di bumi (di atas kayu salib), Ia telah mengalami kematian di Sorga. Yesus telah mati terhadap Diri-Nya sendiri. 

"... yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia... " -Filipi 2:6-7

Kelahiran Yesus di bumi diawali dengan kematian-Nya di Sorga. Kematian terhadap diri sendiri, kesenangan, kepentingan diri, kedagingan, akan membawa kita pada kehidupan Yesus. Kekristenan dimaksudkan menjadi sebuah "ekspresi." Kita ditebus, dimuridkan, diurapi & diutus oleh Allah, agar kita mengekspresikan kehidupan Yesus di dalam kehidupan kita. Apa itu kehidupan Yesus? Ia menyembuhkan orang sakit, melepaskan orang terikat/terbelenggu, mengasihi/mengampuni orang berdosa, memulihkan orang terluka, berkorban bagi orang lain, memuridkan & memperlengkapi orang lain, dan masih banyak lagi.

Jika kita tidak menjadi satu dengan apa yang menjadi kematian-Nya, kita tidak akan dapat menjadi satu dengan apa yang menjadi kehidupan-Nya (kebangkitan-Nya).

Kita harus melepaskan diri dari pola pikir tradisi & mentalitas agamawi. Natal bukan soal makanan, liburan, belanja, kado, pohon natal, santa claus atau acara-acara keluarga. Berkat & mujizat natal seharusnya tidak menjadikan kita orang-orang yang rakus, boros, serakah, & tidak memiliki penguasaan diri. Natal adalah tentang bagaimana Yesus lahir & memerintah di hidup kita. Kehidupan-Nya harus semakin nyata di dalam hidup & pelayanan kita. Jangan mengumbar kedagingan dengan berkat-berkat yang kita terima pada momen natal.

Yesus yang telah datang ke dunia 2000 tahun yang lalu, juga akan datang kembali sebagai Raja. Sudahkah kita mempersiapkan diri sebagai mempelai yang layak di hadapan-Nya?

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat."-Lukas 21:34

Natal tahun ini, saya membiasakan diri untuk tidak berfokus pada "pohon natal" & "santa claus"... Karena natal adalah tentang Yesus, bukan yang lain. Kiranya kehidupan Yesus menjadi semakin nyata di dalam hidup kita, melalui kedagingan & keduniawian yang kita matikan setiap hari dengan pertolongan Roh Kudus & Firman Allah. Selamat Natal 2011.



Sabtu, 10 Desember 2011



Saya jarang memikirkan kata tersebut. Namun, sekarang kata tersebut terdengar sangat menakutkan. Gengsi. Sebuah kata penting yang membuat jurang besar antara orang-orang yang berhasil dengan orang-orang yang gagal.


Hikmat berarti belajar dari kesalahan yang orang lain lakukan. Tuhan mengizinkan saya melihat kegagalan orang-orang terdekat untuk menemukan sebuah pelajaran berharga tentang gengsi.


Gengsi adalah: sikap tidak mau merasa direndahkan, dipermalukan, terlihat jelek, lemah & gagal, yang menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan atau mengatakan apa yang seharusnya, sehingga ia tidak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.

Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan benar yang seharusnya ia lakukan. 
Mengapa harus "meminta tolong" & "terlihat bodoh," kalo kita bisa membuat pancingan melakui sikap & perkataan kita yang dapat membuat orang lain "menawarkan pertolongan." Bukankah itu terlihat "lebih pintar"? Tentu tidak. Ini merupakan ketidaktulusan, kemunafikan & kesombongan. 

Gengsi ternyata telah menyelinap dibalik kedok & jubah rohani. Mengatasnamakan Tuhan & firman Allah, seseorang dapat berusaha memperoleh apa yang ia inginkan secara "indirect" (tidak langsung). Suruh orang lain yang bilang! Lempengin muka aja! Pura-pura bego! (maaf, maksudnya pura-pura nggak tahu)... Pura-pura nggak tahu merupakan salah satu ekspresi dari DOSA KEBOHONGAN. Memang tidak terlalu kelihatan, tapi tetap saja dosa.

Pura-pura nggak tahu, pura-pura lupa & pura-pura baik merupakan ekspresi dari dosa kesombongan. Di dalam kebenaran sejati tidak ada kepura-puraan, karena kasih memberi tempat terhadap ketidaksempurnaan kita.

Kerendahan hati terekspresi di dalam 3 kata penting ini:
- terima kasih
- tolong
- maaf

Orang yang tidak pernah belajar mengucapkan 3 kata ini menjadi bagian dari pola hubungannya, adalah orang yang sedang dikuasai kesombongan. Memang, kita bisa saja menggunakan ketiga kata tersebut untuk membentuk kerendahan hati palsu. Tapi ingat, sesuatu yang palsu tidak tahan lama.

Beberapa hari ini Tuhan membukakan pikiran saya tentang bahaya gengsi. Beberapa orang yang saya kenal mengalami masalah yang semakin memburuk: pernikahan yang hampir hancur, kemiskinan, keterikatan hutang, pengangguran, dll. Dan saya menemukan "akar" yang sama dari beberapa kasus yang berbeda: gengsi. Kesombongan terselubung telah menciptakan kegagalan yang berulang dalam hidup seseorang. Bukan berarti siklus kegagalan ini tidak bisa diputuskan. Asalkan saja kita bersedia untuk memperagakan kerendahan hati, maka kita dapat membutuskan rantai kegagalan tersebut.
Pelajaran ini saya tulis bukan untuk menghakimi siapa pun. Cerita-cerita yang pernah saya dengar tentang kegagalan orang-orang saya kenal & kehidupan-kehidupan yang Tuhan izinkan untuk saya saksikan, telah memberikan saya "rambu" untuk saya pasang. Untuk mengingatkan diri saya sendiri, agar tidak terperosok ke dalam lubang yang sama. Terima kasih buat kalian yang telah berbagi cerita dengan saya. Saya percaya bahwa Tuhan memakai cerita-cerita tersebut untuk menyelamatkan hidup saya dari kehancuran. Let's fight for humility!

Minggu, 04 Desember 2011



Apakah membicarakan tentang uang, kesukesan, tabungan, pencapaian, karir... mencuri sukacita kita? Apakah obrolan santai dengan sahabat-sahabat kita berujung pada kemurungan? Percakapan seru menuntun kita pada penyingkapan diri bahwa "aku belum seperti mereka" atau "aku belum memiliki apa yang mereka miliki."

Hal ini umumnya dialami oleh mereka yang sudah terjun ke dunia pekerjaan atau baru menikah. Momen saling bertukar informasi tiba-tiba menjadi waktu yang tepat untuk Iblis mencobai kita. Fokus akan Allah dialihkan pada harta, karir & pencapaian.

Ingin terlihat hebat. Ingin mendapat pengakuan. Ingin dipuji. Bukankah semua orang menginginkannya? Tentu saja. Bahkan ada banyak orang yang rela menyiksa diri demi mendapatkan ini semua. Jiwa yang haus mencari jawaban pada sumber yang salah. Allah menciptakan jiwa agar dapat dipuaskan oleh Diri-Nya.

Penghalang utama perubahan hidup ialah: penyangkalan. Kita menyangkal bahwa kita iri dengan orang lain. Kita menyangkal bahwa sebenarnya kita marah. Kita menyangkal bahwa sebenarnya kita sangat menginginkan sesuatu. Mengapa tidak mengakuinya saja?

Mengakui bukan berarti membenarkan! Kita mengakui apa yang salah, agar kita bisa mengambil langkah perbaikan.


"Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (I Tim 6:9-10)

"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,..." (II Tim 3:1-2)

Hari-hari ini saya sedang melihat aplikasi nyata dari 2 kebenaran di atas. Mereka yang dulu melayani Tuhan dengan tulus & mengasihi kebenaran, sekarang sedang menjauh dari Tuhan & sedang menyembah Mamon. Tuhan hanya alat untuk mencapai tujuan, bukan Raja yang memerintah di hati kita.

Tidak ada jaminan bahwa saya tidak akan terporosok di dalamnya. Saya harus waspada! Menjaga hati saya dari "cinta akan uang"... melayani Tuhan dengan segala ketulusan & kejujuran.

"Bapa, tolong jaga hatiku... untuk tetap mengasihi & melayani-Mu dengan penuh kemurnian."


Memiliki impian bukan hanya memberikan kita sebuah harapan, tetapi juga resiko & tantangan untuk menguji impian tersebut. Sungguh menyakitkan jika kita mengalami impian yang ditertawakan. Tak jarang justru orang-orang terdekat kita yang seringkali melemahkan iman kita dalam perjalanan meraih impian. Menghidupi semua rangkaian kehidupan yang natural adalah jauh lebih mudah dibandingkan harus melangkah di dalam berjalan di dalam dimensi supranaturalnya Allah. Terutama jika kita pernah memiliki kegagalan untuk meraih mujizat yang diharapkan di masa lalu.

Tuhan Yesus mentoleransi kegagalan kita sebagai sebuah proses belajar. Dia mengampuni kesalahan kita karena Ia sangat memahami keterbatasan kita. Tapi masalahnya orang lain belum tentu memahami kegagalan & kesalahan yang kita lakukan. Bahkan terkadang apa yang menurut manusia merupakan kegagalan, dapat merupakan kesuksesan di mata Allah. Ukuran sukses Allah tentu tidak sama dengan ukuran manusia. Allah melihat penampilan, Allah melihat hati. Manusia melihat hasil, sedangkan Allah melihat proses bagaimana kita diubahkan menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Kita tidak selalu dapat menghindari rasa sakit akibat ejekan terhadap mimpi-mimpi kita. Coba saja perhatikan Yusuf yang diejek bahkan dibenci oleh kakak-kakaknya hanya karena ia menceritakan mimpi yang ia terima dari Tuhan. Yusuf disalahpahami. Lebih daripada itu, Yusuf dibenci karena mempunyai mimpi. Namun, siapakah yang dapat membatalkan mimpi yang telah diberikan Allah. Manusia mereka-rekakan yang jahat, namun Allah mengubah semuanya guna mendatangkan kebaikan.

Yusuf memilki pilihan untuk kecewa & sakit hati. Sindiran orang terdekat kita lebih menyakitkan daripada irisan pisau yang melukai jari kita. Bahkan bertahun-tahun pun bekasnya bisa tidak hilang jika kita tidak mengampuni. Seandainya Yusuf tidak hidup di dalam kuasa pengampunan Allah, ia pasti telah hilang kepekaan. Kepekaan rohani yang membuatnya Allah dapat bekerja dengan memberikan arti mimpi bagi Firaun. Dengan kepekaan rohaninya, Yusuf menangkap peluang yang ada di hadapannya. Menjadi orang nomor 2 di negeri Mesir setelah Firaun. Dipakai Allah untuk memelihara bangsanya & keluarga ayahnya dari bencana kelaparan yang melanda seluruh bumi.

Kegagalan & kesalahan seharusnya tidak membuat kita berhenti untuk berharap. Jangan hanya main aman! Putuskan untuk mengambil resiko, mempercayai Allah! Melangkah di dalam iman... keluar dari perahu... berjalan di atas air... walaupun sesekali tenggelam karena kurang percaya... Paling tidak kita telah membuat keputusan, untuk mempercayai & mengalami Dia... sambil mencari kesempatan lain untuk kembali melangkah ke luar dari perahu & mencoba kembali untuk berjalan di atas air.

Apa yang paling buruk dari kegagalan? Dipermalukan!
Apa yang paling baik dari mimpi yang tergenapi? Sukacita menyaksikan perbuatan Tuhan di hidupku!

- A dream gives you passion -

Jumat, 02 Desember 2011

Secara tidak sengaja, siang ini saya bertemu dengan seorang teman lama di sebuah mall. Saya mengenal dia sebagai pribadi yang rendah hati, kalem, bersahaja, nggak neko-neko. Lama kami tidak bertemu. Beberapa tahun ini kami pertama bertemu sesekali dalam beberapa acara rohani. Tampangnya masih sama persis! Hampir tidak ada yang berubah sama sekali. Itu sebabnya saya sangat mudah mengenalinya.

Sebenarnya saya tidak terlalu dekat dengan teman saya ini. Kami pernah berjemaat & berkomunitas di gereja yang sama. Sampai akhirnya dia memiliki pelayanan sendiri, begitu juga saya. Saat ini dia telah bergabung dalam sebuah pelayanan yang dipimpin oleh seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Saya pernah mengikuti ibadah yang diadakan oleh hamba Tuhan tersebut, & sangat diberkati oleh khotbah-khotbahnya.

Tapi mengapa dalam beberapa perjumpaan terakhir dengan teman saya ini, saya merasakan ada yang berbeda. Bukan tampangnya. Bukan pula penampilannya. Tetapi sikapnya. Saya yakin dia pasti mengalami banyak hal yang dahsyat bersama dengan Allah di bawah kepemimpinan hamba Tuhan yang luar biasa ini. Dan sepertinya dia juga memiliki pelayanan yang lebih "ber-impact." Tapi ada sesuatu yang saya rasakan hilang dari dirinya. Sesuatu yang dulu saya pikir hal tersebut merupakan keunggulan dalam dirinya, yaitu: kerendahan hati. Mati-matian saya berusaha, sepertinya sulit untuk saya dapat mecapai kerendahan hati seperti teman saya ini. Pertemuan kami siang ini benar-benar mengejutkan saya. Sikap & perkataan yang keluar dari dirinya sama sekali tidak menggambarkannya sebagai pribadi yang saya kenal dengan kerendahan hatinya.

Kami tidak sempat ngobrol panjang. Hanya saling menyapa & saling menanyakan kabar tidak lebih dari 5 menit. Namun, tatapan matanya, cara bicaranya, bahasa tubuhnya... semoga saja saya salah... Tapi bagaimana jika benar?

Malam ini saya memutuskan untuk berdoa bagi teman saya ini. Saya percaya bahwa Allah telah mempercayakan dia pelayanan yang luar biasa. Dan juga memiliki bapa rohani yang dipakai Tuhan luar biasa. Jika hari ini Tuhan mengizinkan saya mengenali hilangnya kerendahan hati dalam dirinya, saya tetap tidak dipanggil untuk menghakiminya. Saya tahu, bahwa saya pun perlu banyak bergumul di dalam zona kerendahan hati. Ketika saya menyadari bahwa hati saya terganggu dengan pertemuan singkat dengannya siang ini, bagi saya ini merupakan sebuah panggilan untuk mendoakannya.

Berapa sering kita menjumpai kesalahan orang lain & menghakiminya? Menjadikannya buah bibir untuk diperbincangkan tanpa ada solusi yang berarti. Saya percaya ketika Allah mengizinkan kesalahan atau kelemahan orang lain tersingkap di hadapan kita, hal itu merupakan sebuah panggilan untuk mendoakannya. Itulah fungsi tubuh. Kekuatan kita harus menutupi kelemahan orang lain, begitu juga sebaliknya.

Di satu sisi saya mendapat pelajaran rohani lain yang tak kalah penting!

Perkenalan kita dengan orang-orang tertentu (entah itu hamba Tuhan yang dipakai Tuhan luar biasa ataukah artis), dapat mengubah sikap hati kita. Dapatkah kita mempertahankan kerendahan hati kita? Ketika Allah memberkati kita dengan pelayanan yang lebih luar biasa, apakah dengan mudah kita kehilangan kerendahan hati. 

Kita harus bertumbuh di dalam kerendahan hati, seiring dengan promosi yang kita terima dari Tuhan.

"Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:17-18)

Tuhan mau agar kita tetap menjaga hati ketika 2 hal terjadi:
1. Kelemahan orang lain tersingkap di hadapan kita:berdoalah bagi orang tersebut.
2. Kita diberkati dengan hubungan (kenal dengan orang-orang hebat) & mengalami promosi dalam pelayanan atau pekerjaan: terus bertumbuh di dalam kerendahan hati.


Selasa, 22 November 2011



Ini hari ke-3 Vania bekerja di kantor barunya. Meski sebenarnya tidak terlalu jauh dari kantor sebelumnya, tapi kami harus melewati jalan yang luar biasa macetnya. Saya harus berpikir keras untuk menemukan jalan pulang tercepat. Sudah 2 hari ini saya mencari beberapa alternatif & masih belum menemukan jalan terbaik (please help me God!).

Di kantor sebelumnya Vania masuk kantor jam 7 pagi & pulang jam 4 sore. Kami berdua suka dengan jam kerja seperti ini. Walaupun berangkat lebih pagi, namun bisa pulang di waktu yang cukup ideal. Sekarang Vania masuk kantor jam 8 pagi & pulang jam 5 sore. Jam masuk & pulang kantornya merupakan jam-jam macet.

Sudah 2 hari ini Vania terlihat sangat lelah. Pagi ini dia bahkan sempat tidur di motor. Setiap kali dia tidur di motor, saya harus menyetir dengan sedikit kepayahan karena helm yang dipakainya berulangkali membentur helm saya. Begitu juga dengan posisi duduknya menjadi tidak seimbang. Membawa motor dengan kondisi seperti ini dalam keadaan macet sungguh tidak mudah.

Kemarin saya harus menunggu Vania selama 2,5 jam di Mangga Dua Mall. Saya tidak diberitahu bahwa sore itu ada training, sehingga dia tidak dapat pulang sesuai dengan waktu yang ditentukan. Saya kelelahan berjalan berkeliling mall. Hanya melihat-lihat & tidak membeli apa-apa, kecuali 1 kue cucur, 1 martabak goreng & 1 gelas cincau hitam... dan diakhir penantian saya, saya membeli McChicken & 1 gelas Sprite supaya bisa duduk di McDonald. Rencana ingin membaca buku di McDonald, yang ada saya malah ketiduran di meja. Bukan hanya Vania, saya juga sangat kelelahan.

Berkat yang baru menuntut adanya penyesuaian. Posisi Vania naik jauh lebih tinggi dari posisi terakhir di kantor sebelumnya. Hal ini menuntut adanya banyak perubahan. Belum lagi perubahan "culture" di perusahaan yang sekarang. Saya yakin dia dapat dengan mudah menyesuaikan diri.

Buat saya, mengantar & menjemput Vania setiap hari adalah sebuah hak istimewa (previllege). Sebagai suami, Allah memerintahkan saya untuk mengasihi isteri saya seperti Kristus mengasihi jemaat.

2,5 jam menunggu Vania pulang kantor bukan hal yang mudah. Namun saya senang. Saya tidak marah karena ia lupa memberitahu saya soal training hari itu. Lagi pula saya tidak memiliki janji apa-apa sore itu. Saya memiliki waktu untuk menunggu dia pulang.

Banyak orang suka marah untuk hal-hal sepele di dalam hubungan. Saya memilih untuk tidak marah, sekalipun menunggu Vania 2,5 jam karena ia lupa memberitahu. Saya mendukung Vania sepenuhnya. Saya ingin melihat isteri saya menjadi pribadi yang maksimal.

Salah satu ekspresi kasih yang nyata & dibutuhkan oleh banyak orang ialah dukungan. Semua manusia, pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin... mengharapkan dukungan dari orang-orang yang dikasihinya.

Waktu kecil, saya tumbuh sebagai pribadi yang kurang banyak menerima dukungan. Saya sering berusaha mencari-cari perhatian, demi merasa didukung oleh orang lain. Kini saya telah dewasa. Kasih & kebenaran Allah telah mengubahkan hati saya. Salah satu pemberian yang saya ingin berikan kepada banyak orang ialah: dukungan. Tentunya saya tidak ingin memberikan dukungan untuk hal-hal yang salah. Namun saya ingin sebisa mungkin memberikan dukungan kepada orang-orang yang saya kasihi untuk hal-hal yang benar.

Memberikan dukungan membutuhkan pengorbanan. Kita tidak dapat menjadi orang yang memberikan dukungan pada orang lain jika kita "egois." Sikap mementingkan diri sendiri (egois), merupakan musuh utama dalam setiap bentuk hubungan. Kalau pun dalam keegoisan seseorang berhasil menunjukkan dukungan, maka yang terjadi ialah kepura-puraan (kemunafikan).

Sikap yang benar perlu dimulai dengan pengertian yang benar.

Saya membayangkan, suatu kali saya akan banyak meluangkan waktu bersama dengan anak-anak saya. Memberikan dukungan kepada mereka. Saya ingin menjadi orang pertama yang berdiri, tersenyum & memberikan dukungan bagi mereka. Hari ini saya memutuskan untuk siap berkorban lebih lagi untuk memberikan dukungan kepada orang lain... hanya untuk menolong orang lain untuk sukses.

Kita dapat dikatakan sukses, jika kita membantu orang lain untuk mencapai sukses. Bukan sekedar sukses di mata manusia, melainkan sukses di mata Allah. Mungkin itu sebabnya Allah memanggil saya menjadi seorang... pastor.



Tekanan dapat mendorong kita pada salah satu area kesombongan, yaitu membuktikan diri. Saya masih ingat, awal tahun 2000. Ketika itu saya baru saja memenuhi panggilan hidup saya dengan masuk ke sebuah seminary (sekolah teologia). Ada dukungan. Tapi banyak juga pertentangan. Saya harus menerima hujaman kata-kata pedas yang menyakitkan hati. Maka godaan untuk "membuktikan diri" mulai tumbuh. Hingga suatu hari, Roh Kudus menuntun saya membaca kisah pemanggilan Daud. Daud yang tidak masuk hitungan ayahnya. Sebagai anak terakhir ia tidak diikutsertakan dalam barisan anak-anak Isai di hadapan nabi Samuel. Orang yang dipilih Allah tidak dapat disembunyikan. Allah punya berbagai cara agar orang-orang pilihan-Nya dapat ditemukan... dan diurapi sehingga dapat berfungsi.

Kita seringkali tidak tahan ketika direndahkan. Saat di mana kita tidak dianggap oleh orang lain karena apa yang kita miliki & apa yang tidak kita miliki. Kita menjadi marah. Kemarahan tersebut menjadi sebuah "kebutuhan." Kebutuhan untuk membuktikan diri.

Kebutuhan yang sama bertumbuh di dalam diri saya. Saya marah. Kebutuhan tersebut muncul. Saya ingin membuktikan diri. Sampai saya mendengar Tuhan berbicara: "Kamu tidak perlu membuktikan diri. Suatu saat, Aku yang akan membuktikan kepada orang-orang yang merendahkanmu. Setialah dalam apa yang Kuperintahkan padamu. Jalani panggilanmu." Seketika itu juga saya merasakan kelegaan. Benar, saya tidak perlu membuktikan diri saya pada siapa pun. Saya tidak perlu mengejar perkenanan manusia lebih daripada perkenanan Tuhan.

Godaan untuk membuktikan diri terus muncul di sepanjang perjalanan hidup. Kadang kita ingin membuktikan diri kepada pasangan, teman, pimpinan, orang tua atau anak. Kita menyiksa diri oleh karena kebutuhan ini. Kehilangan sukacita menjadi konsekuensi yang harus kita terima, karena tekanan "keharusan" yang terus muncul di dalam diri kita.

Arahkan pandangan kita pada Allah. Jangan kehilangan fokus yang benar. Kita memerlukan penyerahan diri. Menyerahkan kemarahan kita, beserta kebutuhan untuk membuktikan diri agar kita kembali mengutamakan yang utama, yaitu kehendak-Nya. Jangan sampai "kebutuhan untuk membuktikan diri" membuat kita tidak lagi hidup di dalam kasih.

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8)

Promosi datang dari Tuhan. Berhenti menggunakan cara-cara kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Hiduplah di dalam pengaturan Allah. Itulah Kerajaan Allah. Ketika kita tidak memerintah atas hidup kita sendiri, melainkan Allah.

Hari-hari ini saya kembali membutuhkan pesan ini. Pesan yang membawa kasih karunia Allah kembali menerobosi hati saya & memberikan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Saya hanya harus mempercayai Dia. Mengizinkan Bapa mengusahakan yang terbaik buat anak kesayangannya (it's me!). Saya tidak harus mengetahui kapan waktu Allah & bagaimana caranya... Saya hanya perlu percaya pada pengaturan-Nya.

Hari ini saya memutuskan untuk menyerahkan setiap kemandirian saya... menyerahkan semua sikap mengandalkan diri sendiri & menggantinya dengan kebergantungan sepenuhnya kepada Allah. Yes, you are my FATHER! Aku mau hidup di dalam rencana-Mu saja & berjalan di dalam jalan-jalan-Mu... kiranya hidupku selalu mempermuliakan nama-Mu.

Kamis, 03 November 2011



Hari ke-40, akhirnya tiba juga. Hari ini, tanggal 4 November 2011 merupakan tepat hari ke-40 saya melakukan The Journey of 40 Days Fasting Prayer.

Saya belum pernah memulai doa puasa 40 hari sebelumnya. 26 September 2011 adalah hari pertama saya dalam the journey of 40 days fasting prayer.

Beberapa minggu sebelumnya, saya sedang berada di toko buku rohani Haleluya di Mall Kelapa Gading. Ketika itu saya sedang menghabiskan waktu melihat-lihat buku sebelum berangkat ke Rumah Sakit untuk menjenguk jemaat yang melahirkan. Banyak buku yang kelihatan menarik isinya. Saya menarik satu & membolak-balik halamannya. Saya berhenti di sebuah halaman & di sana terdapat tulisan "doa puasa 40 hari." Tulisan tersebut terus terbayang dipikiran saya sepanjang hari itu. Ketika itu saya sedang menjalani doa puasa selama 3 hari.

Jujur saja, sebenarnya doa puasa bukanlah hal yang menarik buat saya. Tahun 2011 ini saya sering melakukannya oleh karena 2 hal. Setengah tahun pertama dari tahun 2011 saya bergumul dengan persiapan pernikahan saya. Doa puasa merupakan langkah yang saya ambil berulang kali untuk menemukan isi hati Tuhan di saat-saat paling sulit dalam kehidupan saya. Hal berikutnya yang memacu saya untuk melakukan doa puasa seminggu sekali ialah: Mike Bickle. Beliau ialah pendiri International House of Prayer yang ada di Kansas City. Pertemuan saya dengan tulisan & buku-bukunya, membawa saya pada pemahaman yang mendalam mengenai doa puasa. Saya telah membaca habis bukunya yang berjudul "The Rewards of Fasting." Saya sangat diberkati.

Desakan untuk melakukan doa puasa 40 hari saya abaikan. Saya tidak ingin melakukannya. Tidak yakin sanggup. Berhubung saya sering masuk angin & punya sakit maag. Saya tahu beberapa teman saya pernah melakukannya. Bapa rohani saya pun sudah melakukannya sejak ia masih kuliah. Tapi sepertinya... doa puasa 40 hari bukan buat saya.

Ketika desakan itu muncul lagi, saya masih memiliki alasan. Pada waktu itu, saya kedatangan tamu. Luis Fernando Machado, misionaris YWAM asal Brazil yang telah 3 tahun tinggal di Bali. Luis adalah calon suami anak rohani saya yang bekerja sebagai staff di YWAM Bali. Kedatangannya ke Jakarta karena ia ada urusan di kedutaan besar Jepang. Ia telah mencoba meng-apply visa dari Bali & Singapore untuk dapat memenuhi undangan pelayanannya di Jepang. Namun semua ditolak. Ia hendak mencoba keberuntungannya dengan meng-apply melalui Jakarta. Namun hasilnya sama, tetap ditolak. Ia harus mengurus visa di negara asalnya, Brazil.

Kehadiran Luis memberikan saya alasan untuk tidak memulai doa puasa 40 hari. Saya harus menemani dia makan & jalan-jalan. Khan tidak enak kalo dia makan & saya puasa. Belum lagi, nanti badan saya lemas kalo harus mengantar dia keliling Jakarta.



Luis hanya stay di Jakarta 3 hari. Kepulangannya membuat saya tidak memiliki alasan lagi. Hari minggu malam, tanggal 25 September 2011 saya merasa kurang sehat. Antara sakit maag atau masuk angin. Saya bilang sama Tuhan: "Saya sedang kurang sehat Tuhan. Kalo doa puasa malah bikin sakit, khan itu malah nggak bijak." Namun saya merasakan desakan yang sangat kuat di roh saya untuk tetap melakukan doa puasa keesokan harinya. Ketika meminta pendapat dari isteri saya, ia pun menganjurkan saya untuk melakukan doa puasa 40 hari tersebut. Saya belum pernah melakukannya. Sepertinya akan menjadi hari-hari yang sangat berat & sulit. Saya memberanikan diri berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, jika malam ini Engkau sembuhkan sakitku, besok aku akan mulai doa puasa 40 hari." Ajaib! Tuhan memang tidak main-main! Malam itu juga saya sembuh & sehat. Maka dimulailah perjalanan doa puasa 40 hari.

Tiga hari pertama badan saya sangat lemas. Saya agak mengalami susah tidur. Saya kesulitan mengendari motor dengan seimbang. Tapi setelah hari ke-3, saya menjalani kehidupan yang normal.

Hari ke-9, saya merasakan "demonic attack" yang dahsyat. Saya merasakan ancaman kecelakaan di sepanjang perjalanan. Saya berdoa berbahasa roh & menghubungi seorang anak rohani saya untuk men-cover saya dalam doa sepanjang hari itu.

Doa puasa bukan sekedar masalah "nggak makan." Kita memerlukan tujuan yang tepat untuk melakukannya.

Salah satu tujuan doa puasa 40 hari yang saya jalani ialah: spiritual detox. Saya ingin Tuhan mengeluarkan racun-racun rohani yang ada di dalam diri saya selama ini. Betul saja, Tuhan bekerja begitu luar biasa. Hal-hal menyebalkan terus terjadi. Daging saya menjerit. Saya harus menyangkal diri. Tuhan sedang mengoperasi saya. Kemarahan saya yang terpendam naik ke permukaan. Gambar diri saya digoncang habis. Perasaan "tidak aman" (insecure) tiba-tiba saya menyergap saya. Saya benar-benar merasa tidak nyaman. Namun saya tahu, Allah sedang mengoperasi saya. Saya sedang ditikam Allah. Sakit sekali. Tapi itu baik buat saya. Untuk mengeluarkan racun & penyakit rohani yang bercokol di hati saya.

Pada tanggal 16 Oktober 2011, saya membuat acara City Gate Equipping Day di Alila Hotel. Dua sahabat saya: Ps. Andry Sugandi & Ps. Wigand Sugandi datang dari Sydney ke Jakarta. Acara yang bertemakan "For This Cause" tersebut merupakan acara yang spesial sepanjang tahun ini. Kami menghabiskan dana yang sangat besar untuk menyelenggarakan 4 sesi impartasi. Namun hari itu, saya tidak dapat menikmati makanan & coffee break yang disiapkan seperti para peserta lainnya. Saya masih dalam masa doa puasa. Tapi syukurlah saya masih kebagian makanan untuk buka puasa. Praise the Lord!




Malam itu saya menginap di Alila Hotel bersama dengan isteri saya. Kami telah menyewa sebuah kamar yang berfungsi untuk tempat istirahat bayi-bayi atau anak-anak kecil dari sahabat-sahabat kami. Malamnya kami yang menggunakan kamar tersebut untuk menginap. Saya terkenang beberapa bulan sebelumnya, ketika saya menikah di hotel tersebut. Breakfast yang luar biasa sangat saya nantikan. Sampai saya tersadar bahwa besok pagi saya doa puasa... Oh my God! Sayang banget free breakfast untuk 2 orang hanya dipakai oleh isteri saya seorang yang makannya sangat sedikit...



Keesokan harinya saya menemani isteri saya breakfast. Kami duduk persis di tempat kami pertama kali datang ke Buzz Restaurant. 13 Januari 2010 saya mengajak Vania Valencia makan malam di sana & memberitahukan rencana pernikahan kami waktu itu. Pagi itu kami duduk di meja yang sama. Hanya menatapi semua orang menikmati makanan & minuman pagi itu, sedangkan saya... puasa.

Sempat terpikir oleh saya: "Bagaimana seandainya hari ini saya tidak doa puasa. Saya biarkan bolong 1 hari, besok saya lanjutkan lagi." Tapi saya merasa sayang. Tahu begitu, sekalian saja dari kemarin ketika City Gate Eqquipping Day berlangsung. Hmm... pagi itu saya memutuskan untuk tetap menjalani doa puasa. Saya melepaskan kesempatan untuk menikmati sarapan pagi di Buzz Restaurant, demi menghormati Tuhan Yesus. Saya melepaskan yang baik, untuk mendapatkan yang terbaik.

Tidak terasa, hari ini sudah hari terakhir. 45 menit lagi waktu doa puasa saya akan berakhir. Saya akan kembali ke kehidupan yang normal. Memakan makanan yang saya suka kapan pun saya mau. Tapi jika saya doa puasa 40 hari hanya untuk mendapati diri saya menjadi lebih rakus dari 40 hari yang lalu, maka itu adalah sebuah kebodohan.

Fasting is a lifestyle. Gaya hidup yang penuh penyangkalan diri. menyangkal diri dari inferior pleasure of sin supaya dapat menikmati superior pleasure of Gospel.

Puji Tuhan, selama menjalani doa puasa 40 hari ini badan saya tidak pernah sakit... padahal saya tidur menggunakan AC, berulang kali kehujanan di jalan, sempat melayani di Puncak & mandi air dingin. Ini merupakan bukti penyertaan-Nya yang luar biasa. Bukan karena kuat & gagahku aku menyelesaikan the journey of 40 days fasting prayer. Semua karena anugerah-Nya.

Rabu, 26 Oktober 2011


We need a plan to build intimacy with God. Don't be trapped by traditional method & paradigm about daily devotion. Be creative in your devotion. Daily devotion is not just about read 1 or 2 verses from the Bible or read article from Daily Devotion Book. It's all about intimacy with a Person: GOD Himself.

"Search the scriptures; for in them ye think ye have eternal life: and they are they which testify of me. And ye will not come to me, that ye might have life." -John 5:39-40 KJV

Be creative in your devotion... Choose the best time to enjoying God in your daily life.

P.S: Please read "Take Jesus Out For Coffee" from http://vaniafelani.blogspot.com/2011/10/take-jesus-out-for-coffee.html

Cinta membuat kita kreatif! Saya mengalaminya menjelang hari pernikahan saya. Ketika harus mendesign beberapa hasil foto pre-wedding untuk website weebly kami, saya ternyata bisa melakukan sesuatu yang membanggakan calon isteri saya.

Dengan berbekal kemampuan yang apa adanya & Adobe Photoshop 7.0. saya membuat design foto-foto pre-wedding kami. Ini dia hasilnya... (",)v

Here is the link:
http://ferryvania.weebly.com/our-values.html


Badai itu sudah berlalu. Awal tahun 2011 hingga menjelang hari pernikahan saya (14 Mei 2011), merupakan hari-hari yang sangat sulit untuk dilalui. Iman saya berada ditepian jurang. Apakah mungkin tanggal 14 Mei 2011 saya bisa menikah? Kami (saya & Vania) telah membayar DP untuk semua persiapan pernikahan kami.

14 Mei 2011 adalah tanggal pernikahan yang saya dapatkan dari Roh Kudus ketika sedang makan malam di hari ulang tahun Vania. Buzz Restaurant di Alila Hotel adalah tempat kami menikmati makan malam tepat tanggal 13 Januari 2010. Saya hampir tidak percaya bahwa Allah sungguh memberikan tanggal tersebut di hati saya pada saat saya sedang berada di toilet. Vania pun sulit untuk mempercayai tanggal yang saya sebut. 14 Mei 2011? Saya tidak ragu lagi setelah mendapati bahwa 14 Mei 2011 adalah hari Sabtu. Seandainya 14 Mei 2011 adalah hari Senin atau Rabu, mungkin saya akan meragukannya... 


"Now unto him that is able to do exceeding abundantly above all that we ask or think, according to the power that worketh in us, ..." -Ephesians 3:20 KJV

Ayat di atas menjadi dasar pernikahan kami. We believe ini miracle... sampai saat di mana ujian datang & menguji iman kami...

Setiap hari saya berseru kepada Tuhan memohon mujizat... mujizat tidak datang. Waktu terus berjalan. Keputusan harus dibuat. Banyak hal harus dibayar. Takut. Dipermalukan. Bingung. Kecewa. Marah.

Tiba-tiba saja saya menjadi akrab dengan perasaan-perasaan negatif yang ada.

Saya mempertanyakan keterlambatan Tuhan...
Saya menanyakan status Tuhan sebagai Bapa & saya sebagai anak...
Saya seperti Ayub yang kecewa & mempertanyakan di mana letak kesalahan saya...

Tuhan diam, sampai Ia mulai berbicara melalui banyak hal. Di antaranya ialah 2 buku di bawah ini: It's Your Time by Joel Osteen & Destined to Reign by Joseph Prince...


Saya membeli kedua buku tersebut dengan uang hasil pelayanan saya hari itu. Desakan Roh Kudus yang begitu kuat di sebuah toko buku rohani, membuat saya berani membeli kedua buku yang harganya cukup mahal, berhubung waktu itu saya sedang berhemat habis-habisan (mohon jangan salah sangka, starbucks di sebelahnya saya peroleh gratis dengan voucher...).

Melalui lembar-lembar buku tersebut, Tuhan menjawab banyak pertanyaan saya saat itu. Hati saya dikuatkan. Waktunya kembali melangkah. Namun saya terkejut. Setelah Tuhan berbicara melalui buku-buku tersebut, mujizat tetap tidak terjadi.

"Belajar percaya" bukan hal mudah. Jika ada orang yang berkata bahwa mereka ingin mengalami pernikahan yang penuh mujizat seperti yang pernah saya alami, saya akan mengatakan bahwa prosesnya sungguh tidak enak. Daging saya berteriak kesakitan. 

Saat-saat yang penuh badai ini menjadikan saya seorang pendoa. Saya tidak pernah lebih sungguh-sungguh dari waktu-waktu ini. Bukan hanya setiap hari, melainkan setiap saat... saya berdoa dengan sungguh-sungguh. Di kamar, di motor, di stasiun kereta api, di WC umum... saya merasakan Tuhan. Saya sangat membutuhkan Dia. Tanpa Tuhan saya pasti tenggelam. Begitu kuatnya saya berdoa sehingga dari saat-saat tersebut, lahirlah buku perdana saya yang berjudul "The Tremendous Power That Available." Buku ini menjadi salah satu gift yang kami berikan di Holy Matrimony pernikahan kami.




Dan hari itu pun datang juga...


Pdt. Jonathan Pattiasina memberkati pernikahan kami di Alila Hotel, Pecenongan pada tanggal 14 Mei 2011. Saya tidak dapat melupakan hari yang luar biasa tersebut. Allah mencukupkan segala sesuatunya. Pernikahan kami berlangsung dengan sangat luar biasa. Hari-hari yang penuh air mata ketakutan & kekecewaan berganti dengan air mata sukacita & ucapan syukur.

Tuhan Yesus memang sangat baik!

Sudah 5 bulan berlalu... Badai itu benar-benar telah berlalu... Tuhan memberkati pernikahan & pelayanan saya. Saya sedang menikmati hari-hari terbaik saya... hingga saya menyadari satu hal: saya tidak lagi berdoa seperti waktu-waktu di mana badai itu menghantam kehidupan saya. Saya sudah terlalu nyaman sehingga hampir-hampir saya tidak bisa berseru seperti ketika saya hampir tenggelam.

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui." -Yeremia 33:3

Saya tahu bahwa saat ini Roh Kudus sedang mengingatkan kembali untuk saya kembali berseru kepada Tuhan. Doa merupakan sebuah anugerah. Anugerah yang hanya dapat kita gunakan & nikmati di bumi. Kita tidak dapat berdoa di Sorga. Kita tidak membutuhkan kesembuhan, pemulihan & terobosan keuangan di Sorga. Di sana segala sesuatunya telah tersedia. Tidak ada lagi maslaah & air mata. Kita membutuhkannya di bumi. Melalui doa kita memerintah bersama-sama dengan Allah.

Saya masih harus berseru meskipun saya tidak sedang tenggalam... namun ada orang-orang yang sedang tenggelam. Kota Jakarta sedang tenggelam dengan dosa-dosanya. Orang-orang yang saya pimpin sedang tenggelam dengan kesibukannya. Kita tidak hanya dipanggil untuk berseru kepada Tuhan hanya untuk urusan pribadi. Kita dipanggil juga untuk berseru kepada Tuhan untuk orang-orang yang kita pimpin, keluarga kita, kota & bangsa kita. Itulah "syafaat"... Kata "syafaat" berasal dari kata Ibrani "paga" yang artinya: perjumpaan. Allah berjumpa dengan partner-Nya, Iblis berjumpa dengan musuh-Nya. Peperangan kembali berlanjut... namun kemenangan pasti di pihak Allah kita.




Tidak banyak yang orang ketahui tentang kehidupan pribadi seorang "pemimpin rohani." Perasaannya sebagai seorang banyak dituntut, serta pergumulan batinnya terhadap kehidupan pribadinya. Setiap pemimpin memiliki pengharapan (hope). Pengharapan terhadap orang-orang yang ia pimpin. Pemimpin adalah orang yang rentan dengan kekecewaan. Bukan hanya pemimpin... melainkan semua orang yang punya pengharapan.

Kekecewaan terjadi ketika harapan kita tidak terwujud. Harapan terhadap orang-orang yang kita pimpin.

Tahun 2011 ini, menjadi tahun yang cukup sulit dalam penggembalaan. Saya mendapat diri saya kecewa. Kecewa terhadap orang-orang yang saya pimpin. Saya kecewa karena saya memiliki pengharapan yang besar terhadap mereka. Saya mengenal mereka cukup lama. Saya menemukan potensi mereka. Saya mengagumi & bangga dengan mereka.

Namun tahun ini terasa berbeda...

Ada banyak hal yang sepertinya mengalihkan fokus mereka. Prioritas yang salah menjadi jebakan yang menghambat kerohanian mereka. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti disalahartikan. Mereka seperti sedang mengejar "sesuatu" yang cukup masuk akal untuk dibilang "penting."

Berbagai alasan yang saya dengar hanya menambahkan kesedihan. Alasan-alasan yang dirohanikan hanya akan membuat proses pembentukan Tuhan memakan waktu lebih panjang.

Dalam suatu kesempatan Roh Kudus meletakkan pesan: STAND UP! Berdiri bagi anak-anak rohanimu! Berdiri bagi kotamu! Berdiri bagi bangsamu!

Tuhan hendak memanggil bangkit mereka yang tidur & mati. Ia sedang memanggil keluar mereka yang sedang terintimidasi & sembunyi di dalam gua. Ini waktunya berdiri & melakukan peperangan rohani. Mengenakan selengkap senjata Allah, supaya kita dapat melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kegelapan.

Pesan "peperangan rohani" (spiritual warfare) terus Roh Kudus gaungkan di hati saya. Pengurapan apostolic prophetic Tuhan berikan. Buku Moving In Apostolic yang ditulis John Eckhardt berada di tangan saya di waktu yang tepat. Dalam bukunya ia menulis: "Pioneers have a breakthrough anointing. The word "breakthrough" is defined as an act or instance of breaking through an obstruction; an offensive thrust that penetrates and carries beyond a devensive line in warfare... Apostles and apostolic people will be a people of warfare, wheter they use the term or not.

This is the time to STAND UP! Take a position for spiritual warfare! Stand up for my community, my spiritual children, my city & my nation... just one word from God: STAND UP!






Senin, 24 Oktober 2011

Nggak tahu sudah berapa kali? Seingat saya paling sedikit seminggu sekali. Namun akhir-akhir ini, hampir setiap hari. Sebuah perusahaan telekomunikasi berulang-ulang menghubungi telepon rumah kami untuk menawarkan pemasangan internet dengan harga promo. Jawaban saya tetap sama. Saya tidak tertarik, karena saya sudah punya.

Jujur saja, kadang hal ini menjengkelkan. Tidak banyak orang yang menghubungi telepon rumah kami. Rata-rata teman-teman maupun keluarga kami menghubungi handphone. Hampir setiap kali telepon rumah berdering, hampir dapat dipastikan bahwa itu dari para telemarketing perusahaan telekomunikasi tersebut. Orang berbeda mewakili perusahaan & produk yang sama. Dalam 5 bulan ini saya mendapatkan kurang lebih 20 telepon. Huff... yang terakhir, baru saja beberapa menit yang lalu.

Meskipun sedikit kesal, namun jujur saja saya memiliki kekaguman juga. Mereka tidak menyerah. Tidak menyerah meyakinkan saya bahwa produk mereka bagus. Jawaban yang masuk akal & penolakan saya tidak langsung menghentikan mereka. Sebelum saya mendapat penawaran internet yang bagus dari seorang teman melalui provider lain, jujur saja saya hampir saja menerima penawaran pemasangan internet promo tersebut.

Jika seandainya sikap tidak mudah menyerah ini ada pada setiap orang percaya dalam memberitakan Injil, mungkin ada jauh lebih banyak orang yang telah diselamatkan. Tidak mudah menyerah terhadap penolakan. Memiliki keyakinan yang besar bahwa "produk kita bagus!"

Orang berani menganggu waktu orang lain hanya untuk masalah fana, seperti pemasangan internet (gue yakin di Sorga kita nggak perlu internet lagi...); mengapa kita tidak berani mengganggu orang lain untuk urusan kekekalan. Bukan supaya kita mendapatkan poin atau bonus, melainkan agar kita menyelamatkan orang-orang dari kebinasaan.

Saya teringat salah satu judul buku Ed Silvoso yang berjudul "Supaya Tidak Seorang Pun Binasa" yang diambil dari 2 Petrus 3:9. Yup, bener banget! Tuhan nggak ingin seorang manusia pun binasa. Ia ingin kita melakukan amanat agung. Ia ingin kita "pergi." Tapi ada banyak orang percaya yang tidak pergi, karena mereka sendiri tidak bisa "bangkit."

Ada 2 alasan yang menyebabkan kita nggak bisa bangkit:
1. Karena kita terlalu terluka
2. Karena kita terlalu nyaman dengan posisi kita

Jika kita tidak "bangkit," maka kita tidak akan "pergi." Bangkit dari rasa bersalah, hidup di dalam dosa, kemarahan, trauma, ketakutan maupun kekecewaan. Jika kita tidak bangkit, kita akan terlambat. Jika kita tidak bangkit, kita tidak dapat meraih janji Allah. Jika kita tidak bangkit, Allah tidak dapat memakai kita.

Kerajaan Allah membutuhkan orang-orang yang radikal dalam mengasihi, taat, memberi serta memenangkan jiwa bagi Yesus. Kita perlu mempertajam perspektif kita mengenai kekekalan agar pewahyuan Roh Kudus menyadarkan kita untuk kembali memberitakan Injil kasih karunia. Gereja yang tidak menginjil adalah gereja yang mati. Injil adalah kabar baik. Dunia membutuhkannya. Berikan kepada dunia apa yang mereka butuhkan. Karena mereka perlu kasih Tuhan. Kiranya ketekunan kita akan membuahkan hasil yang signifikan bagi kerajaan-Nya.

Selasa, 18 Oktober 2011



Akhirnya saya kembali ke studio music. Playing accoustic guitar for my friend, William Liem. Old song, with new arrangement. Hope you like it!

"Gereja seperti apa yang ingin kamu bangun?"

GEREJA SEPERTI INI:


Gereja yang berisi orang-orang yang diubahkan oleh kasih (love), kebenaran (truth) & kuasa (power) Tuhan Yesus! Orang berdosa, para pecundang, para penakut, maupun orang-orang bodoh yang diubahkan oleh Allah menjadi para pahlawan (heroes) sehingga dapat menolong & membebaskan orang lain.

Pelayanan penggembalaan menantang saya untuk berkorban & memberi yang terbaik, demi dapat membantu setiap orang yang saya layani menjadi pribadi-pribadi yang hidup maksimal sesuai dengan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka.

Masih banyak yang harus saya pelajari. Ada banyak PR yang harus saya kerjakan. Pelayanan adalah perkara serius. Penggembalaan merupakan masalah hidup & mati. Kerajaan kegelapan tidak akan diam saja melihat kehidupan-kehidupan diubahkan. Mereka akan berusaha menghentikan gereja-Nya. Jika Iblis tidak dapat menghentikan kita dengan "problem", maka ia akan berusaha menghentikan kita dengan "pleasure." Berhati-hatilah terhadap keduanya. Bangunlah kekuatan rohani untuk menang atas "problem & pleasure."

Saya berdoa suatu kali saya akan melihat anak-anak rohani saya akan dipakai oleh Tuhan dalam kasih, kebenaran & kuasa Roh Kudus, oleh karena mereka menemukan apa yang telah Allah letakkan di dalam mereka & mengetahui siapa mereka sesungguhnya di dalam Kristus. Let Your kingdom come & your will be done!




Ini hari ke-23. Tepatnya sejak 26 September 2011 saya memulai perjalanan 40 hari doa puasa. Di dalam perjalanan 40 doa puasa hari ini, saya banyak mengalami detox rohani. Racun-racun rohani yang mengendap di dalam roh saya dikeluarkan oleh Tuhan.

Beberapa kali saya merasakan "nyeri" di hati saya, ketika saya tahu bahwa Allah sedang melakukan operasi rohani. Kebanggaan diri berulang kali diruntuhkan. Kekecewaan & kemarahan dimunculkan seperti sebuah peluru yang telah lama sembunyi di dalam tubuh saya. Mata saya dibukakan akan keadaan saya yang sesungguhnya, bahwa sebenarnya saya "tidak baik-baik saja."

Kekecewaan terjadi karena kita berharap sesuatu. Berharap kepada orang-orang yang terdekat dengan kita. Wajah-wajah tertentu dimunculkan dengan lebih jelas dipikiran saya, hanya supaya saya tidak dapat menyangkal bahwa racun-racun rohani tersebut masih ada di hati saya.

Orang-orang tertentu terkesan bersikap & berbicara dengan nada agak "merendahkan" hanya supaya menguji hati saya di hadapan Allah.

Allah ingin saya menjadi "kota tanpa tembok" (city without walls). Membuka diri terhadap setiap HANTAMAN di hati saya, sehingga saya menyerahkan semua yang sedang IA minta dari hati saya. PRIDE! Ketika pride diangkat dari hati kita, sakitnya sungguh terasa.

Saya tidak menyalahkan siapa pun untuk perasaan nyeri di hati saya. Ini merupakan bagian dari agenda Allah. Saya berterima kasih buat semua orang yang telah dipakai Allah untuk memurnikan motivasi hati saya. Saya tidak membenci satu pun dari mereka. Jika saya membenci, itu berarti saya gagal. Jika saya menambah kekecewaan, itu artinya tujuan doa puasa ini tidak tercapai.

Saya ingin mengejar kerendahan hati lebih dari apapun. Karena saya tahu bahwa saya tidak memilikinya. Kerendahan hati yang dapat menghindarkan saya dari kejatuhan. Yang membuat saya bisa ditegur, sehingga tidak perlu tersesat terlalu jauh.

Terkadang kita harus ditempatkan di antara orang-orang yang sombong, untuk membuat kita merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang muncul sebenarnya adalah ekspresi kesombongan yang selama ini tersembunyi.

Tuhan tidak selalu "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyenangkan. IA akan "deal" dengan kita untuk hal-hal yang menyehatkan & membawa pertumbuhan bagi hidup kita. Ketika IA sedang mengoperasi & mengeluarkan racun dari hati kita, sebenarnya IA sedang memberkati kita. IA sedang mempersiapkan kita untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih besar & menerima lebih banyak lagi dari DIA.


Selesaikan apa yang telah Engkau mulai di dalamku Tuhan Yesus! I'm yours!

Senin, 17 Oktober 2011



I love books! Pada saat mendapat kesempatan pertama kali ke luar negeri, hal pertama yang saya ingin beli adalah: buku. Tahun 2008, saya mendapat kasih karunia bisa melayani Tuhan selama hampir sebulan di Sydney, Australia. That was unforgettable moment for me!

Di kota tersebut ada sebuah toko buku rohani Kristen bernama Koorong. Mata saya melotot melihat buku-buku di sana. Sepertinya ingin saya membeli sebanyak mungkin buku & membawanya pulang ke Indonesia. Sayangnya, budget terbatas... begitu pula dengan kapasitas koper.

But anyway, saya berhasil membeli 35 buku. Sebagian besar dengan harga discount! Hahaha... i love it!!! Di antara buku-buku tersebut, saya membeli sebuah buku berjudul "Blue Like Jazz" yang ditulis oleh seorang yang bernama Donald Miller. Saya membeli buku ini karena sebelum saya berangkat ke Australia, saya sempat mendapati bahwa buku tersebut direkomendasikan di sebuah buletin gereja yang sangat terpercaya. Karena saya tahu bahwa buku tersebut tidak (belum) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka saya mencarinya di toko buku Koorong.

Tidak sulit untuk menemukan buku tersebut. Ternyata buku "Blue Like Jazz," masuk ke dalam kategori New York Times Best Seller. Saya menemukan buku Blue Like Jazz dengan beberapa pilihan bentuk. Pilihan saya jatuh pada jenis paperback, karena bentuknya lebih imut & praktis, serta harganya yang relatif murah.

Dari sekian banyak buku yang saya ingin bawa pulang, buku "Blue Like Jazz" adalah salah satu buku yang membuat saya penasaran. Setibanya di Jakarta, saya merasakan desakan Roh Kudus untuk menyerahkan 5 buah buku, dari antara buku yang telah saya beli di Australia, sebagai oleh-oleh untuk beberapa orang teman. Dan salah satunya ialah buku "Blue Like Jazz."

Setelah beberapa tahun, rasa penasaran saya pun belum terobati. Puji Tuhan, tepat satu minggu yang lalu, seorang sahabat membawakan saya buku "Blue Like Jazz." Ukurannya lebih besar dari yang saya beli. Harganya juga lebih mahal sekitar 7 dollar. Ketika beberapa minggu yang lalu dia berada di toko buku Koorong, dia menanyakan apakah ada buku yang ingin saya titip belikan di sana. Saya kembali teringat dengan buku "Blue Like Jazz."


Praise God, sejak minggu lalu buku ini sudah ada di tangan saya.

Pada bagian Author's Note, kalimat inilah yang ditulis oleh Donald Miller, and I'm so excited with this:

"I never liked jazz music because jazz music doesn't resolve. But I was outside the Bagdad Theatre in Portland one night whenI saw a man playing the saxophone. I stood there for fifteen minutes, and he never opened his eyes.

After that I liked jazz music.

Sometimes you have to watch somebody love something before you can love it yourself. It is as if they are showing you the way.

I used to not like God because God didn't resolve. But that was before any of this happened."

Kamis, 07 April 2011

Tuhan tidak selalu bicara secara gamblang kepada kita. Terkadang IA menggunakan sinyal-sinyal tertentu untuk memberitahukan sesuatu kepada kita. Suatu ketika kata “wind of change” muncul di hati saya. Pada hari yang sama, dua kali saya menemukan tulisan “wind of change” di depan mata saya. Apakah itu suatu kesengajaan? Saya percaya tidak! Allah sedang memberikan sebuah sinyal akan adanya angin perubahan yang sedang IA hembuskan di hidup saya & di tengah-tengah komunitas kita.

Kita tidak akan bisa menangkap “the wind of change” ini, jika kita sedang berada pada kondisi kehidupan yang salah. PRIORITAS HIDUP YANG SALAH AKAN MENGHALANGI KITA MENGENALI TUHAN YANG SEDANG BEKERJA DI TENGAH-TENGAH KITA. Fokus hidup yang berpusat pada kehidupan lahiriah dan duniawi sedang mencuri waktu kita. Ketika Alkitab berbicara mengenai “waktu”, Alkitab paling sering menghubungkannya dengan “kehendak Tuhan.” Kita harus mengisi waktu-waktu kita dengan kehendak Bapa.

Iblis sering menggunakan hubungan untuk mengubah dan mengalihkan fokus hidup kita. Konflik-konflik yang tidak ditangani dengan kedewasaan dan penyelesaian yang sesuai dengan prinsip Firman Tuhan dapat menyebabkan kita terfokus pada diri sendiri. MENIKMATI LUKA MENJADI SEBUAH TANTANGAN BAGI SETIAP ORANG KRISTEN YANG SEDANG BERADA DI DALAM TEKANAN. KETIKA HIDUP KITA TERLALU BERFOKUS PADA DIRI SENDIRI, MAKA KITA AKAN KEHILANGAN KEKUATAN UNTUK HIDUP BAGI ALLAH.

Dibutuhkan “perubahan” untuk mengalami kemajuan. Tanpa adanya perubahan kita tidak mungkin bisa menjadi berkat bagi orang lain. Istilah “wind of change” bukan sekedar memberikan isyarat kepada untuk berubah. Tetapi juga hendak memberitahukan kita bahwa Tuhan hendak memberikan arah yang baru.

Setiap perubahan memerlukan pengorbanan. KITA HARUS MEMUTUSKAN KELUAR DARI KESENANGAN UNTUK MELANGKAH KE DALAM KEDEWASAAN. Masuk ke dalam perubahan tidak sama dengan kehilangan kesenangan sama sekali. Kita harus bersedia kehilangan kesenangan kita saat ini untuk mendapatkan kesenangan yang lebih besar di dalam kehendak Bapa di level berikutnya.

KEPUTUSAN KITA UNTUK KELUAR DARI KONDISI KEHIDUPAN YANG SALAH DAN MENANGKAP ANGIN PERUBAHAN ALLAH, AKAN MENDATANGKAN KEMAJUAN BESAR DALAM HIDUP KITA. Harapkan dan usahakan kemajuan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi untuk kepentingan orang-orang yang ada bersama-sama dengan kita.

Untuk masuk ke dalam angin perubahan Allah, kita memiliki kemampuan beradaptasi. Melalu penyerahan diri dan kerelaan untuk mengosongkan diri (melepaskan segala milik), kita sedang mengembangkan kemampuan beradaptasi. TANPA KEMAMPUAN BERADAPTASI, PERUBAHAN YANG TERJADI DAPAT MENGHANCURKAN KITA. Kita perlu menjadi fleksibel tanpa bersikap kompromi terhadap ketidakbenaran.

Mari kita menangkap “the wind of change” yang sedang Allah hembuskan di tengah-tengah kita, untuk menjadikan kita maksimal di masa-masa sukar dan berbuah di tengah musim yang Allah telah Allah tentukan bagi kita.

Saya terlambat menyadari bahwa ketegasan merupakan salah satu prinsip rohani yang luar biasa. Ketegasan merupakan salah satu ekspresi kasih yang sangat penting, terutama untuk jangka panjang. Masa depan kita tidak akan gilang-gemilang tanpa adanya ketegasan.

Kita sering menyamakan bertindak tegas dengan bertindak kasar. Tegas dan kasar merupakan 2 hal yang berbeda. Akibat terlambat bersikap tegas, saya menuai banyak masalah. Namun lebih baik terlambat daripada tidak pernah memulai.

Hari ini saya memutuskan untuk bersikap tegas terhadap sebuah permasalahan. sebuah masalah yang telah berlarut-larut sejak akhir tahun lalu. Ketegasan merupakan bagian yang penting dari percepatan. Perlambatan biasanya datang karena kita tidak tegas. Tegas terhadap diri sendiri dan tegas terhadap orang lain.

Sikap tegas harus dibarengi dengan sikap menghargai orang lain. Jika kita bersikap tegas sekaligus menghargai orang lain, maka orang akan "rspect' dengan sikap kita.

Seorang pemimpin harus belajar untuk bersikap tegas sebelum menyesal. Sikap tegas akan mendatangkan kemajuan dalam hidup kita. Mari belajar!

Rabu, 06 April 2011

Sudah lama sekali saya melepaskan mimpi untuk memiliki sebuah rumah. Saya pernah mendoakannya. Proses yang panjang membuat saya berhenti mendoakannya. Tapi hari ini, ada sesuatu yang ganjil. Di sebuah mall saya menemukan stand promosi perumahan yang pernah saya doakan. Saya mengambil brosurnya dan menemukan kalimat "it's time to look back..." Tanpa bermaksud merohani segala sesuatu, saya merasa kalimat tersebut berbicara kuat di hati saya. Seakan iman timbul mengalahkan logika. Saya mengambil brosur itu dan membawanya pulang.

"It's time to look back..." seperti sebuah panggilan Tuhan bagi saya untuk kembali mendoakan rumah yang pernah saya inginkan. Beberapa waktu yang lalu, saya menginginkan rumah ini karena ikut-ikutan. Tapi hari ini, saya benar-benar menginginkannya oleh karena saya merasakan ada suatu iman di hati saya. Saya tidak mengerti mengapa saya percaya. Tapi saya bisa merasakan apa yang saya percayai. Semuanya bertentangan dengan akal sehat. Darimana saya memilik banyak uang untuk membeli rumah tersebut, sedangkan kebutuhan menjelang persiapan pernikahan begitu banyak. Setiap vendor yang sudah di DP harus segera dilunasi.

Tapi bagaimana pun juga, saya memiliki Bapa di Sorga. Bapa yang kebaikan-Nya melebihi kebaikan bapa di dunia. Saya tidak tahu mengapa saya menginginkannya. Saya juga tidak tahu bagaimana bisa mendapatkannya. Saya hanya merasa ganjil dengan apa yang saya baca dan saya lakukan. Tidak biasanya saya melakukan hal ini.

Jika tahun ini benar saya akan memiliki rumah yang saya doakan, saya hanya ingin mengetahui bahwa saya telah menulis keganjilan yang berusaha saya percayai. Saya belajar untuk memberikan respon yang tepat terhadap setiap keganjilan yang muncul di hidup saya. Walaupun responnya tidak selalu sama, namun tidak memberi respon biasanya menyebabkan saya berulang kali menyesal.

Tahun yang lalu, saya pernah mendatangi perumahan itu dan berdiri di atas salah satu tanahnya dan berdoa. Waktu itu saya mendapatkan impresi Yosua 1:3. Setelah melewati masa-masa sukar yang memaksa saya untuk melihat fakta dan menggunakan logika, saya melupakan semuanya.

"It's tima to look back" bukan sekedar slogan. Buat saya, ini merupakan panggilan untuk kembali berdoa. Mendoakan sesuatu yang hendak Tuhan berikan dalam hidup saya. Tidak lama lagi seluruh kehidupan saya akan berubah secara total. Saya akan segera menikah dan membangun rumah tangga. Saya membutuhkan rumah untuk memberikan rasa aman kepada keluarga saya.

Saya ingat suatu ketika ada seorang teman yang mengatakan bahwa suatu kali saya akan menerima upah dari Tuhan atas jerih payah yang saya lakukan dalam pelayanan selama ini. Saya masih ingat bagaimana beberapa orng bercerita mengenai betapa baiknya atasannya di kantor yang memberinya handphone, mobil, rumah, dll. Bukankah Bapa di sorga melebihi semua atasan yang ada di bumi. Tuhan akan membayar upah kira dengan tepat. Jangan lepaskan kepercayaan kita, karena besar upah yang menantinya.

Yesaya 61:8
"Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu."

Ibrani 10:35
"Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."

Malam ini saya memutuskan untuk kembali berdoa untuk memiliki rumah. Melalui doa, saya ingin meraih apa yang telah Allah janjikan! Ketika semua orang memilih untuk hidup oleh fakta dan logika, saya memilih untuk hidup oleh iman. Iman yang timbul dari "rhema" firman Tuhan. Saya percaya suatu kali iman saya akan menghasilkan buah yang bisa dilihat & dinikmati banyak orang.


Yohanes 15:7
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."