Salah satu kunci untuk mendapatkan yang terbaik dari Tuhan ialah: kesabaran. Memahami waktu Allah atas kehidupan kita memang tidak mudah. Perhitungan waktu Allah tidak bekerja sesuai dengan hitungan waktu kita. Kita menghitung waktu dengan hitungan detik, menit, & jam; sedangkan Allah menghitungnya dengan ketaatan, motivasi yang benar, penyerahan diri, kerendahan hati, kerelaan hati & persiapan.

Di awal pelayanan saya, saya mendapat pengertian yang sangat berharga mengenai "waktu Tuhan." Di dalam salah satu khotbahnya, Pdt. Gilbert Lumoindong berkata bahwa "waktu Tuhan adalah waktu kita siap." Perkataan tersebut melekat begitu kuat di hati saya, bahkan saya menjadikannya salah satu prinsip yang menuntun kehidupan saya.

Untuk memahami prinsip "waktu Tuhan adalah waktu kita siap," kita memerlukan hikmat untuk meng-interpretasikannya dengan baik. Dalam banyak kesempatan kitanbisa saja "merasa siap" untuk menerima atau dipercaya sesuatu. Seperti yang pernah saya dengar dari seorang Kristen yang berkata "Mengapa Allah belum memberkati saya dengan menjadikan kerja sama bisnis saya berhasil, padahal saya sudah siap untuk diberkati? Jika saya diberkati saat ini, saya pasti akan melakukan ini, melakukan ini, memberkati si ini & memberkati si itu."

Menjadi siap & merasa siap adalah dua hal yang berbeda. Kesiapan kita harus dinilai oleh Tuhan, bukan oleh diri sendiri. Kadang perasaan "over-confident" kta dalam sebuah situasi, memberikan "rasa aman yang palsu" dengan meyakinkan diri kita bahwa kita sudah siap.

Allah bukan Pribadi yang selalu terburu-buru. IA begitu berkuasa atas waktu, sehingga segala yang terjadi di dalam ruang & waktu sama sekali tidak dapat membatasi IA berkarya di dalam kehidupan kita. Dalam Yohanes 11 kita menjumpai kisah Lazarus yang dibangkitkan. Peristiwa kebangkitan Lazarus tidak lain dipicu oleh "keterlambatan" Yesus untuk hadir sebelum Lazarus akhirnya meninggal. Yesus "sengaja" menunda kedatanganNya untuk mengajarkan kita pelajaran berharga. Ada hal yang tidak dapat dilepaskan dengan "waktu Tuhan," yaitu "kuasa Tuhan."

Di awal tahun 2000-an, saya mendengar sebuah khotbah yang disampaikan oleh Pdt. Andreas Raharjo dari GKPB Masa Depan Cerah - Surabaya. Beliau berkata bahwa ada banyak orang Kristen yang terkadang memaksakan diri membeli sesuatu karena harganya sedang murah atau diskon. Padahal saat itu, apa yang dibeli belumlah menjadi hal yang sangat mendesak. Sikap memaksakan diri ini seringkali membuat banyak orang Kristen kehilangan "waktu Tuhan" atas kehidupan mereka. Mereka terjebak pada sikap mengandalkan pengertian sendiri & tidak menanti-nantikan Tuhan. Bukankah kebanyakan kita juga seringkali bertindak sama. Seperti halnya bulan lalu saya memborong beberapa buku John C. Maxwell di toko buku Immanuel, karena di bulan tersebut koleksi buku-buku John C. Maxwell discount 20%. Kita pasti akan berpikir "kapan lagi... mumpung lagi diskon."

Pdt. Andreas Raharjo mengatakan agar kita tidak membeli sesuatu karena sesuatu tersebut lagi murah atau mumpung diskon. Jika harga sesuatu itu tidak terlalu mahal sehingga jika kita membelinya, cashflow kita tidak mengalami gangguan, hal ini masih sah-sah saja. Tapi hal yang penting untuk kita ingat ialah: belilah sesuatu karena kita butuh, bukan karena mumpung harganya masih murah. Sikap memaksakan diri yang membawa kita keluar dari waktu Allah tentulah bukanlah sebuah keputusan yang bijaksana. Seperti halnya Pengkhotbah 3:11 berkata "segala sesuatu indah pada waktunya..."

Jika memang kita butuh & kita berada pada waktunya Tuhan untuk membeli atau memiliki sesuatu, jika harga barang yang ingin kita beli menjadi sangat mahal sekalipun, Allah pasti akan memberkati kita sehingga kita mampu membeli atau memilikinya.

Untuk selalu hidup di dalam waktu Tuhan, kita harus memiliki "kesabaran." Kesabaran merupakan salah satu ekspresi iman. Mengapa kita bersedia menunggu? Karena kita mempercayai Allah!

Seperti halnya memasak atau membuat kue, kita tidak boleh terburu-buru sehingga mendapati masakan atau kur tersebut setengah matang & tidak bisa dinikmati. Sebuah masakan memiliki rasa yang maksimal jika dimasak dengan lama waktu tertentu. Bersabarlah terhadap waktu Tuhan. Dan jangan sekedar menjadi pasif dalam menantikan waktu Tuhan. Kerjakan hal-hal yang harus kita kerjakan, nantikan Allah dalam doa & penyembahan, berjalanlah di dalam ketaatan, & jadilah produktif di dalam masa-masa penantian kita.