Tekanan dapat mendorong kita pada salah satu area kesombongan, yaitu membuktikan diri. Saya masih ingat, awal tahun 2000. Ketika itu saya baru saja memenuhi panggilan hidup saya dengan masuk ke sebuah seminary (sekolah teologia). Ada dukungan. Tapi banyak juga pertentangan. Saya harus menerima hujaman kata-kata pedas yang menyakitkan hati. Maka godaan untuk "membuktikan diri" mulai tumbuh. Hingga suatu hari, Roh Kudus menuntun saya membaca kisah pemanggilan Daud. Daud yang tidak masuk hitungan ayahnya. Sebagai anak terakhir ia tidak diikutsertakan dalam barisan anak-anak Isai di hadapan nabi Samuel. Orang yang dipilih Allah tidak dapat disembunyikan. Allah punya berbagai cara agar orang-orang pilihan-Nya dapat ditemukan... dan diurapi sehingga dapat berfungsi.

Kita seringkali tidak tahan ketika direndahkan. Saat di mana kita tidak dianggap oleh orang lain karena apa yang kita miliki & apa yang tidak kita miliki. Kita menjadi marah. Kemarahan tersebut menjadi sebuah "kebutuhan." Kebutuhan untuk membuktikan diri.

Kebutuhan yang sama bertumbuh di dalam diri saya. Saya marah. Kebutuhan tersebut muncul. Saya ingin membuktikan diri. Sampai saya mendengar Tuhan berbicara: "Kamu tidak perlu membuktikan diri. Suatu saat, Aku yang akan membuktikan kepada orang-orang yang merendahkanmu. Setialah dalam apa yang Kuperintahkan padamu. Jalani panggilanmu." Seketika itu juga saya merasakan kelegaan. Benar, saya tidak perlu membuktikan diri saya pada siapa pun. Saya tidak perlu mengejar perkenanan manusia lebih daripada perkenanan Tuhan.

Godaan untuk membuktikan diri terus muncul di sepanjang perjalanan hidup. Kadang kita ingin membuktikan diri kepada pasangan, teman, pimpinan, orang tua atau anak. Kita menyiksa diri oleh karena kebutuhan ini. Kehilangan sukacita menjadi konsekuensi yang harus kita terima, karena tekanan "keharusan" yang terus muncul di dalam diri kita.

Arahkan pandangan kita pada Allah. Jangan kehilangan fokus yang benar. Kita memerlukan penyerahan diri. Menyerahkan kemarahan kita, beserta kebutuhan untuk membuktikan diri agar kita kembali mengutamakan yang utama, yaitu kehendak-Nya. Jangan sampai "kebutuhan untuk membuktikan diri" membuat kita tidak lagi hidup di dalam kasih.

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8)

Promosi datang dari Tuhan. Berhenti menggunakan cara-cara kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Hiduplah di dalam pengaturan Allah. Itulah Kerajaan Allah. Ketika kita tidak memerintah atas hidup kita sendiri, melainkan Allah.

Hari-hari ini saya kembali membutuhkan pesan ini. Pesan yang membawa kasih karunia Allah kembali menerobosi hati saya & memberikan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Saya hanya harus mempercayai Dia. Mengizinkan Bapa mengusahakan yang terbaik buat anak kesayangannya (it's me!). Saya tidak harus mengetahui kapan waktu Allah & bagaimana caranya... Saya hanya perlu percaya pada pengaturan-Nya.

Hari ini saya memutuskan untuk menyerahkan setiap kemandirian saya... menyerahkan semua sikap mengandalkan diri sendiri & menggantinya dengan kebergantungan sepenuhnya kepada Allah. Yes, you are my FATHER! Aku mau hidup di dalam rencana-Mu saja & berjalan di dalam jalan-jalan-Mu... kiranya hidupku selalu mempermuliakan nama-Mu.