Saya sudah mengenal prinsip 20/80 (the pareto principle) sejak kuliah. Dalam banyak bukunya, John C. Maxwell sering membahas tentang prinsip 20/80 ini ketika menerangkan mengenai prioritas. Saya tidak menyadari bahwa berulang kali saaya telah melanggar prinsip ini.

Untuk mendapatkan hasil 80% kita hanya perlu memfokuskan diri pada 20% hal yang paling penting. Di dalam kepemimpinan, kita harus meletakkan fokus kita pada 20% orang untuk kita kembangkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Terlalu sering, fokus saya terlalu melebar.Saya berusaha menolong semua orang. Bahkan menghabiskan waktu & energi saya untuk membangun orang-orang yang tidak mau berubah. Sedangkan mereka yang hmau berubah justru terbengkalai.

Memasuki masa-masa yang "crucial" di dalam kepemimpinan, membuat saya lebih "aware" terhadap prinsip-prinsip kepemimpinan yang saya telah pelajari selama ini. Baru semalam saya selesai membaca buku Learship 101 yang ditulis oleh John C. Maxwell kira-kira 10 tahun yang lalu. Apa yang sedang saya alami di dalam kepemimpinan saya hari-hari ini membuat saya semakin mengerti pentingnya prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut. Selama ini saya secara tidak sengaja mengabaikannya, karena tidak melihat pentingnya prinsip-prinsip tersebut sampai akhirnya ketika permasalahan-permasalahan mulai timbul, barulah prinsip-prinsip itu terlihat penting.

Kadang kita "berpikir terlalu positif" akan apa yang sedang kita lakukan hari-hari ini. Rasa bangga (proud) terhadap hasil-hasil yang terlihat dari kepemimpinan kita dapat membuat kita terlena, berpuas diri & menjadi kurang waspada. Itu sebabnya salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh setiap pemimpin untuk mengalami kemajuan, ialah EVALUASI. Melakukan evaluasi secara berkala akan membantu kita mtuk mengembangkan diri & mengatasi kekurangan kita. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang maksimal, dibutuhkan mata yang obyektif. Kita harus melihat diri kita sebagaimana adanya.mKita haus berani berhadapan dengan realita, fakta & kebenaran.

Mengevaluasi orang-orang yang berada satu tim dengan kita juga sangat penting untuk mengatasi kekurangan & mengembangkan kemampuan tim. Terlalu sering saya menyangkal kelemahan anggota tim & "terlalu mudah percaya" akan seseorang. Pada prinsipmya bersikap positif & mempercayai anggota tim kita tentu merupakan hal yang sangat baik. Namun bersikap positif bukanlah menyangkali keadaan. Sikap positif yang salah ialah sikap positif yang disertai sikap menyangkal kelemahan, fakta & kebenaran.

Pemahaman akan prinsip-prinsip kepemimpinan membuat saya memandang setiap tim dengan perspektif yang berbeda. Saya bukan hanya perlu tahu kelebihan mereka, tetapi juga kelemahan mereka.

Ketika saya membuat list mengenai orang-orang yang ada di dalam kepemimpinan saya & menilai mereka berdasarkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang saya pahami, saya mendapati 20% orang yang harus saya prioritaskan ialah orang-orang yang berbeda dengan penilaian atau dugaan saya sebelumnya.

Sejak tahun yang lalu, saya mulai memahami bahwa para pemimpin yang sukses bukan hanya bisa bekerja sama dengan orang lain, mereka juga mampu menilai orang lain dengan tepat serta memilih anggota tim mereka dengan benar.

Kadang saya merasa miliki kemampuan ini. Namun ternyata saya salah. Cara saya menilai & memilih orang dalam kepemimpinan perlu diperbaiki.

Saya memiliki kebiasaan yang harus diubah. Kebiasaan ini sangat menyangkut dengan masalah prioritas. Saya sangat suka menyimpan yang terbaik untuk dinikmati terakhir. Ketika makan di sebuah restaurant, bagian terbaik biasanya akan saya nikmati belakangan. Saya akan menikmati makanan di mulai dari yang   biasa hingga ke yang paling nikmat. Masalahnya, ketika saya menikmati bagian terbaik tersebut, saya sudah agak kenyang. Alangkah lebih baik jika saya menikmati bagian terbaik di awal, ketika perut saya masih sangat lapar. Tentu makanan tersebut akan sangat lezat di mulut saya.

Belum lama ini saya membeli 30 buku ketika melayani di Sydney, Australia. Ketika memutuskan mulai untuk membaca buku-buku tersebut, saya selalu menyimpan buku-buku terbaik untuk dibaca "nanti." Padahal hal-hal terbaik harusnya kita nikmati lebih dulu, buku-buku terbaik kita baca lebih dulu, & orang-orang terbaik kita prioritaskan untuk dibangun lebih dulu sehingga kita bisa memperkuat "influence" untuk membangun orang-orang yang dalam kepemimpinan kita.

Meskipun buku-buku tentang kepemimpinan semakin banyak, ternyata menjadi seorang pemimpin tetap tidak mudah. Menjadi pemimpin bukan tentang apa yang kita ketahui, melainkan tentang apa yang kita lakukan. Setiap pemimpin dinilai dari tindakan, keputusan & pilihan yang ia buat. Pengetahuan bukanlah kekuatan sampai pengetahuan itu kepemimpinan.

Perasaan "sudah tahu" kadang lahir dari kesombongan hati yang dapat menghambat "pertumbuhan" pribadi kita. Agarvmenjadi pemimpin yang terus bertumbuh & meningkatkan pemgaruh yang kita miliki, kita harus belajar menjadi NOL sehingga kita selalu bisa diajar & belajar banyak hal.