Mengasihi dan berbuat baik kadang membuat kita lelah. Bukan hanya kelah secara fisik, tetapi juga lelah secara emosional. Manusia diberikan 2 kapasitas oleh Allah, yaitu: kapasitas untuk memberi dan kapasitas untuk menerima.

Ada saat di mana pelayanan menuntut kita untuk terus-menerus memberi dan berkorban bagi orang lain, tanpa menghiraukan diri kita sendiri. Kita terus memperhatikan kehidupan orang lain, hingga suatu ketika kita merasa sepertinya orang lain tidak terlalu mempedulikan kita. Kita seperti seseorang yang memperhatikan semua orang, tetapi kita merasa tidak ada seorang pun yang memperhatikan kita.

Menjadi seorang pemimpin artinya menjadi orang yang siap menghadapi tuntutan-tuntutan. Tidak ada satu orang pemimpin pun yang tidak menghadap tuntutan. Semakin besar pengaruh kepemimpinan seseorang, semakin besar tuntutan yang ia terima. Setiap pemimpin harus mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan tuntutan, sebelum tuntutan-tuntutan tersebut menghancurkan dirinya.

Saya mengambil waktu berdiam diri di tengah segala kesibukan saya memikirkan masalah-masalah orang lain. Ketidakseimbangan hidup dapat membuat kita mudah masuk ke dalam perangkap intimidasi. Iblis dengan gencar menyemburkan kebohongan ke kepala kita.

Ini bukan waktunya mengasihani diri. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jangan meminta kepada manusia apa yang hanya bisa diberikan oleh Allah. DIA adalah sumber segala sesuatu yang baik.

Meski kita merasa lelah dalam berbuat baik, namun jangan berhenti berbuat baik. Disiplinkan pikiran-pikiran kita tentang orang lain, agar kita tidak mudah terintimidasi oleh karena hal-hal kecil yang terjadi. Jangan takut dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Hiduplah begitu luar biasa, sehingga pikiran-pikiran buruk orang lain tentang kita terbukti salah.