Seorang sahabat meminta saya menggantikan dia mengajar di kelas Christian Leadership di sebuah STT tempat ia mengajar. Saya diminta mengajarkan materi FATHERHOOD LEADERSHIP (Kepemimpinan Pembapaan). Ini adalah salah satu tema yang telah saya pelajari & praktekkan sejak bertahun-tahun yang lalu.

Namun hari-hari ini, saya sedang berada di waktu yang sangat sukar untuk mengajarkan kebenaran tentang FATHERHOOD LEADERSHIP. Saya berada diambang kegagalan untuk mempraktekkan materi yang akan saya ajarkan. Kepemimpinan Pembapaan bukan sekedar paradigma, materi, konsep atau pun sebuah slogan. Melainkan sebuah proses yang sukar untuk dijalani karena di dalamnya terdapat banyak tantangan & asumsi.

Kehilangan terbesar dalam hidup saya bukanlah kehilangan harta benda, melainkan kehilangan hubungan-hubungan yang berarti. Malam ini, saya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Daud ketika ia dikejar & hendak dibunuh oleh Absalom, anaknya sendiri.

Daud melalui saat-saat yang sangat sukar dalam soal hubungan setidaknya dua kali, yaitu saat ia dikejar-kejar & ingin dibunuh oleh Saul mertuanya & saat ia dikejar-kejar & ingin dibunuh oleh Absalom anaknya sendiri.

Daud sang pemimpin hebat, harus melewati badai besar & krisis dalam kepemimpinannya. Yes, Daud memang terbatas & tidak sempurna. Namun, selalu saja ada orang yang tidak suka atau membenci Daud. Sang pemimpin hebat ini sempat mengalami apa artinya gagal menjadi seorang pemimpin sesungguhnya, yaitu menjadi seorang ayah untuk Absalom.

Dalam kepemimpinan pembapaan yang kita lakukan, kita mengharapkan muncul Salomo-Salomo yang dapat mewarisi pelayanan & nama baik kita. Namun tak jarang yang muncul malah Absalom-Absalom yang menyerang & mengambil otoritas kita untuk menggunakannya dengan cara yang keluar dari kehendak Allah.

Seperti halnya Daud, kita tidak suka keadaan di mana yang menjadi musuh kita adalah anak-anak rohani kita sendiri. Sehebat-hebatnya Daud memenangkan berbagai pertempuran, namun ia tak sampai hati untuk bertempur melawan anaknya sendiri. Daud difitnah, reputasinya dirusak & harus hidup sebagai pelarian bersama sisa-sisa pengikutnya.

Anak-anak rohani yang mudah meninggalkan kita & menikam kita biasanya adalah anak-anak yang terluka. Mereka belum sembuh dari luka terhadap otoritas di waktu yang lampau. Menjadi seorang bapa rohani tidak terjadi hanya karena seseorang memanggil kita "bapa." Melainkan waktu kita mendapatkan hati Tuhan untuk membawa orang lain pada penggenapan rencana Allah.

Pada akhirnya, kita bukan hanya bisa mengajarkan keberhasilan kepada orang lain, tetapi kita juga bisa mengajarkan hikmat dari kegagalan yang kita alami.

Daud mampu bangkit dari kegagalannya. Ketika anaknya Absalom meninggalkannya, Ia tetap tidak meninggalkan Allah. Daud tetap berjalan dalam keintiman dengan Allah, apa pun yang terjadi.