Sudah lama sekali saya melepaskan mimpi untuk memiliki sebuah rumah. Saya pernah mendoakannya. Proses yang panjang membuat saya berhenti mendoakannya. Tapi hari ini, ada sesuatu yang ganjil. Di sebuah mall saya menemukan stand promosi perumahan yang pernah saya doakan. Saya mengambil brosurnya dan menemukan kalimat "it's time to look back..." Tanpa bermaksud merohani segala sesuatu, saya merasa kalimat tersebut berbicara kuat di hati saya. Seakan iman timbul mengalahkan logika. Saya mengambil brosur itu dan membawanya pulang.

"It's time to look back..." seperti sebuah panggilan Tuhan bagi saya untuk kembali mendoakan rumah yang pernah saya inginkan. Beberapa waktu yang lalu, saya menginginkan rumah ini karena ikut-ikutan. Tapi hari ini, saya benar-benar menginginkannya oleh karena saya merasakan ada suatu iman di hati saya. Saya tidak mengerti mengapa saya percaya. Tapi saya bisa merasakan apa yang saya percayai. Semuanya bertentangan dengan akal sehat. Darimana saya memilik banyak uang untuk membeli rumah tersebut, sedangkan kebutuhan menjelang persiapan pernikahan begitu banyak. Setiap vendor yang sudah di DP harus segera dilunasi.

Tapi bagaimana pun juga, saya memiliki Bapa di Sorga. Bapa yang kebaikan-Nya melebihi kebaikan bapa di dunia. Saya tidak tahu mengapa saya menginginkannya. Saya juga tidak tahu bagaimana bisa mendapatkannya. Saya hanya merasa ganjil dengan apa yang saya baca dan saya lakukan. Tidak biasanya saya melakukan hal ini.

Jika tahun ini benar saya akan memiliki rumah yang saya doakan, saya hanya ingin mengetahui bahwa saya telah menulis keganjilan yang berusaha saya percayai. Saya belajar untuk memberikan respon yang tepat terhadap setiap keganjilan yang muncul di hidup saya. Walaupun responnya tidak selalu sama, namun tidak memberi respon biasanya menyebabkan saya berulang kali menyesal.

Tahun yang lalu, saya pernah mendatangi perumahan itu dan berdiri di atas salah satu tanahnya dan berdoa. Waktu itu saya mendapatkan impresi Yosua 1:3. Setelah melewati masa-masa sukar yang memaksa saya untuk melihat fakta dan menggunakan logika, saya melupakan semuanya.

"It's tima to look back" bukan sekedar slogan. Buat saya, ini merupakan panggilan untuk kembali berdoa. Mendoakan sesuatu yang hendak Tuhan berikan dalam hidup saya. Tidak lama lagi seluruh kehidupan saya akan berubah secara total. Saya akan segera menikah dan membangun rumah tangga. Saya membutuhkan rumah untuk memberikan rasa aman kepada keluarga saya.

Saya ingat suatu ketika ada seorang teman yang mengatakan bahwa suatu kali saya akan menerima upah dari Tuhan atas jerih payah yang saya lakukan dalam pelayanan selama ini. Saya masih ingat bagaimana beberapa orng bercerita mengenai betapa baiknya atasannya di kantor yang memberinya handphone, mobil, rumah, dll. Bukankah Bapa di sorga melebihi semua atasan yang ada di bumi. Tuhan akan membayar upah kira dengan tepat. Jangan lepaskan kepercayaan kita, karena besar upah yang menantinya.

Yesaya 61:8
"Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu."

Ibrani 10:35
"Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya."

Malam ini saya memutuskan untuk kembali berdoa untuk memiliki rumah. Melalui doa, saya ingin meraih apa yang telah Allah janjikan! Ketika semua orang memilih untuk hidup oleh fakta dan logika, saya memilih untuk hidup oleh iman. Iman yang timbul dari "rhema" firman Tuhan. Saya percaya suatu kali iman saya akan menghasilkan buah yang bisa dilihat & dinikmati banyak orang.


Yohanes 15:7
"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."