Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan sebuah pesan Tuhan tentang "serangan roh agamawi." Jujur saja, saya menanggapinya agak dengan setengah hati. Saya berpikir bahwa saya sudah mempelajari banyak hal tentang "roh & mentalitas agamawi." Selain itu, saya mengambil bentuk pelayanan yang berbeda dengan bentuk yang agamawi.

Namun ternyata, serangan roh & mentalitas agamawi bukan soal bentuk. Serangan roh agamawi ini terbuka bagi semua orang percaya yang memiliki rasa tidak aman (insecure) di dalam dirinya.

Awal tahun 2014 ini, Allah membukakan kepada saya bahwa akar dari roh agamawi ialah: "desire of power & control." Manusia diciptakan oleh Allah untuk berkuasa & menaklukkan bumi. Di dalam "dominion mandate" tersebut, tersimpan sebuah kebenaran bahwa Allah menciptakan manusia dengan "desire of power & control." Hanya saja, ketika manusia jatuh ke dalam dosa, "desire of power & control" tersebut tidak hilang, melainkan memiliki arah yang salah oleh karena dosa.

Manusia berupaya mendominasi (mengendalikan) segala sesuatu dalam hidupnya. Demikian juga, manusia berusaha menemukan arti hidupnya dengan mencari tujuan yang membuat dirinya lebih berarti. Uang, kekuasaan, popularitas, kemewahan, relationship & berbagai hal lainnya, menjadi pengejaran dalam upaya manusia memberi makan "desire of power & control." Bahkan setelah kita menjadi percaya kepada Kristus, kedua hal ini pun tetap merupakan sebuah pergumulan yabg harus kita taklukkan. Jika tidak, maka "desire of power & control" yang salah arah ini akan menjadi cikal bakal lahirnya "mentalitas agamawi" yang dapat menghalangi pergerakkan Allah di dalam hidup kita.

Saya semakin menyadari bahwa strategi iblis bukan hanya menghancurkan pribadi-pribadi, melainkan juga "team." Setiap team yang dibangun oleh Allah untuk mengerjakan rencanaNya mulai mendapatkan serangan bertubi-tubi. Rick Joyner di dalam bukunya yang berjudul "Pencarian Terakhir" memberitahu kita bahwa salah satu strategi iblis untuk menghancurkan gereja ialah dengan "perang saudara." Fitnah, gosip, hasutan, penghakiman, kecurigaan & tindakan kedagingan lainnya, ditembakkan iblis agar gereja menggunakan senjatanya untuk memerangi saudaranya sendiri.

Roh agamawi selalu menghasilkan perpecahan. Insecurity merupakan pintu masuk bagi serangan roh agamawi. Penting bagi para pemimpin untuk mewaspadai area-area dalam kehidupan pribadinya di mana ia mudah merasa "insecure."

"Insecurity" merupakan tantangan utama dalam "spiritual leadership." "Insecurity" membuat kita terjebak pada "pengejaran & pengajaran" yang salah, dalam upaya melindungi kenyamanan kita, mencari pengakuan manusia, mendapatkan otoritas yang sebetulnya tidak kita miliki, berlindung dibalik kepura-puraan & berkomunikasi secara manipulatif.

"Insecurity" membuat seseorang membesarkan hal-hal kecil untuk kepentingan diri & tujuan yang manipulatif.

Roh Agamawi membuat kita ingin mencapai sesuatu dengan menggunakan Allah & kebenaran. Mentalitas agamawi menjadikan kita seorang hamba yang manipulatif, bukan seorang anak yang mengabdi dengan tulus.

Gereja harus memandang "serangan roh agamawi" ini secara serius. Kita harus meninggalkan sikap "ignorance" & menganggap remeh serangan roh agamawi ini.

Ketika serangan roh agamawi ini datang, ada baiknya kita bersikap tenang. Jangan terintimidasi, termanipulasi atau terprovokasi. Kita akan mudah jatuh ke dalam perangkap roh agamawi jika kita tidak berjalan dipimpin Roh Allah. Pastikan kita tidak kehilangan kemampuan mendengar suara Allah di tengah pertempuran rohani yang kita sedang alami. Serang terpancing untuk berkonfrotasi dengan "spirit" yang salah. Hadapilah dengan "roh yang berlawanan," yaitu roh Anak Domba.

Ada 3 kunci untuk menghadapi roh agamawi: kebenaran, kasih & kerendahan hati. Fokus pada 3 hal ini & jangan tergoda untuk menghadapi serangan roh agamawi ini dengan pengertian & kekuatan sendiri. Jangan masuk ke dalam "perang saudara" yang dihasilkan oleh tipu muslihat iblis. Kalahkan setiap pikiran negatif & ketakutan yang menyerang kita, dengan berjalan sepenuhnya dalam ketaatan kepada Allah.