Terkadang kita begitu arogan seperti Tony Stark yang bangga dengan semua prestasi & pengakuan manusia, seakan kita adalah orang yang tak terkalahkan (undefeated & unbeatable). Hingga semua kebanggaan tsb menggiring kita ke dalam sebuah goa yang menjadi TITIK TERENDAH SEKALIGUS TITIK BALIK di mana kita MENGALAMI PERJUMPAAN DENGAN KEBENARAN, yang membuat semua kesombongan kita runtuh & kita MULAI MENDEFINISIKAN ULANG APA YANG ADA DI HADAPAN KITA sehingga berakibat pada PERUBAHAN PRIORITAS, FOKUS & TUJUAN mengapa kita melakukan sesuatu. Ini yang seharusnya terjadi: kita masuk ke goa sebagai TONY STARK, namun kita keluar dari sana sebagai IRON MAN. TITIK TERENDAH DALAM HIDUP ANDA SEHARUSNYA MENGUBAH ANDA MENJADI SESUATU YANG LEBIH BAIK! Anda harus tentukan, apakah anda "keluar sebagai TONY STARK" yang kalah akibat tekanan, kegagalan & intimidasi; atau anda "keluar sebagai IRON MAN" (super hero) yang menemukan IDENTITAS BARU dengan sebuah VISI YANG BESAR untuk menolong sebanyak mungkin orang yang Allah percayakan ke dalam hidup anda. #HolySpiritInside #FromZeroToHero #TruthEncounter #ManOfVision #FromIdentityToDestiny
Sabtu, 26 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
BERJALAN DI DALAM KEMATIAN DAGING
Belajar mematikan kedagingan merupakan sebuah keputusan penting yang akan menentukan bagaimana kita dapat mengalami terobosan rohani. Ada banyak kegagalan dalam membangun kehidupan doa, hidup kudus, kegagalan dalam pelayanan, menghidupi panggilan maupun menuntun hidup orang lain, karena kita tidak bersedia hidup sebagai orang Kristen yang mematikan kedagingan setiap hari.
Mematikan kedagingan sepertinya sebuah pesan penting yang mempersiapkan saya lebih lagi untuk memasuki tahun 2016.
Tanpa mematikan kedagingan, kita akan sulit untuk mendengar suara Tuhan. Jika kita tidak mematikan kedagingan, kita akan cenderung melayani Tuhan dengan pengertian kita sendiri. Ketika kita tidak bersedia mematikan kedagingan, maka kita tidak akan dapat hidup menggenapi rencana Allah.
Mematikan kedagingan menuntut harga "kehilangan kesenangan." Tubuh kita selalu mengejar & menginginkan kesenangan serta kenyamanan. Hal yang berbahaya dari dosa ialah karena kenikmatan & kesenangan yang ditawarkannya.
Kita tidak dapat bertumbuh & berbuah tanpa mengalami kematian daging. Itu sebabnya setiap orang percaya harus hidup dengan GAYA HIDUP SALIB setiap hari.
Berulangkali Alkitab membahas kata "keinginan," sebagai hal yang mencobai manusia untuk hidup dalam dosa. Kita harus dapat menguasai keinginan kita sebelum keinginan tersebut yang menguasai kita.
Firman Tuhan yang kita terima sebagai makanan rohani, seharusnya membantu kita untuk mematikan kedagingan kita supaya Roh Kudus dapat memanifestasikan kehidupan Yesus melalui kehidupan kita. Yang berbahaya ialah jika khotbah-khotbah yang kita dengar justru membangkitkan keserakahan & bukannya mematikan kedagingan. Sungguh ceroboh jika kita menyelenggarakan ibadah & mengajarkan pengajaran yang justru membangkitkan kedagingan dalam kehidupan orang-orang yang kita pimpin.
Gereja yang sejati ialah gereja yang berjalan di dalam kematian daging. Supaya kehidupan Kristus dapat termanifestasi melalui kita & menjamah hidup banyak orang.
Pelayanan yang mengalirkan pengurapan Allah ialah pelayanan yang dijalani di dalam kematian daging, bukan kebanggaan diri. Waktu daging kita mati, Roh Allah baru dapat bergerak secara bebas untuk bekerja melalui kita.
Sikap kitalah yang seringkali menjadi PENYUMBAT bagi kuasa Allah untuk dapat bekerja di dalam kehidupan kita.
Selamat belajar untuk berjalan di dalam kematian daging setiap hari!
Kamis, 08 Oktober 2015
DON'T LEAD BY ASSUMPTION
Akhirnya saya mengalami sendiri betapa berbahayanya memimpin berdasarkan asumsi. Saya adalah seorang yang berkepribadian Intim-Stabil yang sangat "people-oriented." Saya menyadari bahwa "relationship" merupakan area kekuatan saya. Namun, saya pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa kekuatan & kelemahan seseorang terletak di area yang sama. Kekuatan yang "tidak diurus" & dikembangkan, dapat berubah menjadi kelemahan yang mendatangkan kekalahan di hidup kita. Relationship ternyata merupakan area kekuatan sekaligus area kelemahan yang harus saya waspadai & atasi.
I love people... Saya bahkan bertumbuh sebagai seorang anak yang mudah percaya kepada orang lain. Tidak pendendam meskipun bisa saja terjadi keributan. Cepat memaaafkan. Tidak suka adanya konflik hubungan. Saya menyukai banyak teman. Lebih tepatnya, saya suka ketika ada banyak orang menyukai saya.
Namun ternyata, kepemimpinan membawa hidup saya ke dalam banyak zona berbahaya yang penuh dengan konflik & konfrontasi. Ada kalanya disalahpahami, difitnah, ditinggalkan, tidak dianggap, dimanfaatkan bahkan ada orang-orang yang menginginkan kegagalan & kehancuran saya.
Apa yang terjadi baru-baru ini membuka mata saya akan sebuah pelajaran penting di dalam kepemimpinan, yaitu: asumsi. Don't lead by assumption. Bagaimana caranya menggambarkan asumsi? Mungkin dengan kata-kata berikut: saya pikir... kirain sudah tahu... tadinya gue anggap dia sudah ngerti...
Ketika melihat "orang-orang hebat" yang Tuhan berikan di gereja kami, saya berasumsi bahwa mereka sudah hidup dengan kapasitas seorang pemimpin. Dengan melihat & berinteraksi dengan mereka, saya menaruh harapan yang besar akan kapasitas & kemampuan mereka. Ternyata saya salah. Bukan salah mereka jika mereka tidak memenuhi ekspektasi kita. Kitalah yang kurang objektif dalam mengenal mereka. Kita harus mengenal lebih dulu sebelum menaruh ekspektasi pada diri mereka. Karena menyukai hubungan dengan orang-orang tertentu, kadang kita menutup mata terhadap hal-hal kecil (sinyal-sinyal kecil) yang seharusnya kita waspadai. Ketika kita mengabaikan sinyal-sinyal kecil tersebut, kita sedang membiarkan benih yang salah tumbuh di dalam diri mereka.
Ternyata bukan hanya "leadership" yang harus dipandu dengan "prinsip," tetapi "hubungan" juga perlu dijalani dengan pemahaman akan prinsip-prinsip hubungan yang tepat. Prinsip-prinsip yang salah mengenai hubungan dapat membawa kita pada kegagalan & masalah besar seputar hubungan dengan orang lain.
Pengampunan merupakan langkah awal dari pemulihan. Iman membawa kita untuk terus melangkah maju dalam rencana Allah. Pasti ada sesuatu yang besar yang Allah ingin kerjakan melalui peristiwa ini. Kita harus kembali membenahi perspektif kita bahwa seluruh pelayanan kita merupakan milik Allah. People come & go. Sebagai pemimpin kita harus siap dengan pertambahan & kehilangan. Ketika ada orang yang masuk di bawah kepemimpinan kita, mungkin ada pemimpin lain yang kehilangan orang tersebut. Sebagai seorang pemimpin kita harus bersikap fair ketika orang datang & meninggalkan kita. Kita harus kembali mengingat bahwa kita cuma hamba. Kita bukan pemilik segala sesuatu; kita hanya dipercaya untuk mengelola apa yang Tuhan percayakan. Jika apa yang ada pada kita diambil, maka kita tidak boleh terpuruk dalam kekecewaan & masuk ke dalam kubangan mengasihani diri.
Tidak ada yang fatal di dalam Tuhan. Allah bisa mengubah & memperbaiki keadaan kita, melampaui kelemahan kita, asalkan kita memiliki kerendahan hati untuk memperbaiki setiap kesalahan yang Allah singkapkan kepada kita. Setiap pemimpin bukan hanya membutuhkan karunia untuk memimpin, mereka juga membutuhkan kasih karunia untuk memimpin. Agar ketika mereka berhadapan dengan konflik & konfrontasi, mereka tidak menjadi lelah, terluka & berhenti di tengah jalan. Melainkan tetap mengandalkan Allah yang telah memanggil mereka untuk sebuah tugas yang sulit, yang hanya bisa diselesaikan dengan kemampuan-Nya.
Pengurapan di dalam diri anda akan selalu mengundang konfrontasi. Semakin anda sungguh hidup dalam rencana Allah, Iblis akan semakin ingin menghentikan anda.
Saya bersyukur untuk "godly advice" yang diberikan oleh beberapa pemimpin yang telah lebih dulu melewati berbagai medan sukar di dalam kepemimpinan mereka. Hikmat yang mereka membantu saya untuk melihat jalan keluar & mengetahui hal-hal apa saja yang harus saya lakukan.
Senin, 05 Oktober 2015
The Hardest Lesson of Fatherhood Leadership
Seorang sahabat meminta saya menggantikan dia mengajar di kelas Christian Leadership di sebuah STT tempat ia mengajar. Saya diminta mengajarkan materi FATHERHOOD LEADERSHIP (Kepemimpinan Pembapaan). Ini adalah salah satu tema yang telah saya pelajari & praktekkan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Namun hari-hari ini, saya sedang berada di waktu yang sangat sukar untuk mengajarkan kebenaran tentang FATHERHOOD LEADERSHIP. Saya berada diambang kegagalan untuk mempraktekkan materi yang akan saya ajarkan. Kepemimpinan Pembapaan bukan sekedar paradigma, materi, konsep atau pun sebuah slogan. Melainkan sebuah proses yang sukar untuk dijalani karena di dalamnya terdapat banyak tantangan & asumsi.
Kehilangan terbesar dalam hidup saya bukanlah kehilangan harta benda, melainkan kehilangan hubungan-hubungan yang berarti. Malam ini, saya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Daud ketika ia dikejar & hendak dibunuh oleh Absalom, anaknya sendiri.
Daud melalui saat-saat yang sangat sukar dalam soal hubungan setidaknya dua kali, yaitu saat ia dikejar-kejar & ingin dibunuh oleh Saul mertuanya & saat ia dikejar-kejar & ingin dibunuh oleh Absalom anaknya sendiri.
Daud sang pemimpin hebat, harus melewati badai besar & krisis dalam kepemimpinannya. Yes, Daud memang terbatas & tidak sempurna. Namun, selalu saja ada orang yang tidak suka atau membenci Daud. Sang pemimpin hebat ini sempat mengalami apa artinya gagal menjadi seorang pemimpin sesungguhnya, yaitu menjadi seorang ayah untuk Absalom.
Dalam kepemimpinan pembapaan yang kita lakukan, kita mengharapkan muncul Salomo-Salomo yang dapat mewarisi pelayanan & nama baik kita. Namun tak jarang yang muncul malah Absalom-Absalom yang menyerang & mengambil otoritas kita untuk menggunakannya dengan cara yang keluar dari kehendak Allah.
Seperti halnya Daud, kita tidak suka keadaan di mana yang menjadi musuh kita adalah anak-anak rohani kita sendiri. Sehebat-hebatnya Daud memenangkan berbagai pertempuran, namun ia tak sampai hati untuk bertempur melawan anaknya sendiri. Daud difitnah, reputasinya dirusak & harus hidup sebagai pelarian bersama sisa-sisa pengikutnya.
Anak-anak rohani yang mudah meninggalkan kita & menikam kita biasanya adalah anak-anak yang terluka. Mereka belum sembuh dari luka terhadap otoritas di waktu yang lampau. Menjadi seorang bapa rohani tidak terjadi hanya karena seseorang memanggil kita "bapa." Melainkan waktu kita mendapatkan hati Tuhan untuk membawa orang lain pada penggenapan rencana Allah.
Pada akhirnya, kita bukan hanya bisa mengajarkan keberhasilan kepada orang lain, tetapi kita juga bisa mengajarkan hikmat dari kegagalan yang kita alami.
Daud mampu bangkit dari kegagalannya. Ketika anaknya Absalom meninggalkannya, Ia tetap tidak meninggalkan Allah. Daud tetap berjalan dalam keintiman dengan Allah, apa pun yang terjadi.
Minggu, 03 Mei 2015
WHAT KIND OF A SPIRIT YOU ARE?
Jumat, 01 Mei 2015
MEMBERESKAN SIKAP PENGECUT DI DIRI KITA
KETIKA TUHAN MENYINGKAPKAN KETAKUTAN, KEMARAHAN & KELEMAHAN KITA
Rabu, 11 Maret 2015
WHAT'S NEXT (THE TIME OF TRANSITION)
to accept the things I cannot change;
courage to change the things I can;
and wisdom to know the difference.
Living one day at a time;
enjoying one moment at a time;
accepting hardships as the pathway to peace;
taking, as He did, this sinful world
as it is, not as I would have it;
trusting that He will make all things right
if I surrender to His Will;
that I may be reasonably happy in this life
and supremely happy with Him
forever in the next.
Amen.
Sabtu, 24 Januari 2015
ATMOSFER KOMUNITAS KERAJAAN ALLAH
Sabtu, 26 Desember 2015
TONY STARK VS IRON MAN
Diposting oleh
Ferry Felani
08.44
Terkadang kita begitu arogan seperti Tony Stark yang bangga dengan semua prestasi & pengakuan manusia, seakan kita adalah orang yang tak terkalahkan (undefeated & unbeatable). Hingga semua kebanggaan tsb menggiring kita ke dalam sebuah goa yang menjadi TITIK TERENDAH SEKALIGUS TITIK BALIK di mana kita MENGALAMI PERJUMPAAN DENGAN KEBENARAN, yang membuat semua kesombongan kita runtuh & kita MULAI MENDEFINISIKAN ULANG APA YANG ADA DI HADAPAN KITA sehingga berakibat pada PERUBAHAN PRIORITAS, FOKUS & TUJUAN mengapa kita melakukan sesuatu. Ini yang seharusnya terjadi: kita masuk ke goa sebagai TONY STARK, namun kita keluar dari sana sebagai IRON MAN. TITIK TERENDAH DALAM HIDUP ANDA SEHARUSNYA MENGUBAH ANDA MENJADI SESUATU YANG LEBIH BAIK! Anda harus tentukan, apakah anda "keluar sebagai TONY STARK" yang kalah akibat tekanan, kegagalan & intimidasi; atau anda "keluar sebagai IRON MAN" (super hero) yang menemukan IDENTITAS BARU dengan sebuah VISI YANG BESAR untuk menolong sebanyak mungkin orang yang Allah percayakan ke dalam hidup anda. #HolySpiritInside #FromZeroToHero #TruthEncounter #ManOfVision #FromIdentityToDestiny
Jumat, 25 Desember 2015
BERJALAN DI DALAM KEMATIAN DAGING
Diposting oleh
Ferry Felani
06.35
Belajar mematikan kedagingan merupakan sebuah keputusan penting yang akan menentukan bagaimana kita dapat mengalami terobosan rohani. Ada banyak kegagalan dalam membangun kehidupan doa, hidup kudus, kegagalan dalam pelayanan, menghidupi panggilan maupun menuntun hidup orang lain, karena kita tidak bersedia hidup sebagai orang Kristen yang mematikan kedagingan setiap hari.
Mematikan kedagingan sepertinya sebuah pesan penting yang mempersiapkan saya lebih lagi untuk memasuki tahun 2016.
Tanpa mematikan kedagingan, kita akan sulit untuk mendengar suara Tuhan. Jika kita tidak mematikan kedagingan, kita akan cenderung melayani Tuhan dengan pengertian kita sendiri. Ketika kita tidak bersedia mematikan kedagingan, maka kita tidak akan dapat hidup menggenapi rencana Allah.
Mematikan kedagingan menuntut harga "kehilangan kesenangan." Tubuh kita selalu mengejar & menginginkan kesenangan serta kenyamanan. Hal yang berbahaya dari dosa ialah karena kenikmatan & kesenangan yang ditawarkannya.
Kita tidak dapat bertumbuh & berbuah tanpa mengalami kematian daging. Itu sebabnya setiap orang percaya harus hidup dengan GAYA HIDUP SALIB setiap hari.
Berulangkali Alkitab membahas kata "keinginan," sebagai hal yang mencobai manusia untuk hidup dalam dosa. Kita harus dapat menguasai keinginan kita sebelum keinginan tersebut yang menguasai kita.
Firman Tuhan yang kita terima sebagai makanan rohani, seharusnya membantu kita untuk mematikan kedagingan kita supaya Roh Kudus dapat memanifestasikan kehidupan Yesus melalui kehidupan kita. Yang berbahaya ialah jika khotbah-khotbah yang kita dengar justru membangkitkan keserakahan & bukannya mematikan kedagingan. Sungguh ceroboh jika kita menyelenggarakan ibadah & mengajarkan pengajaran yang justru membangkitkan kedagingan dalam kehidupan orang-orang yang kita pimpin.
Gereja yang sejati ialah gereja yang berjalan di dalam kematian daging. Supaya kehidupan Kristus dapat termanifestasi melalui kita & menjamah hidup banyak orang.
Pelayanan yang mengalirkan pengurapan Allah ialah pelayanan yang dijalani di dalam kematian daging, bukan kebanggaan diri. Waktu daging kita mati, Roh Allah baru dapat bergerak secara bebas untuk bekerja melalui kita.
Sikap kitalah yang seringkali menjadi PENYUMBAT bagi kuasa Allah untuk dapat bekerja di dalam kehidupan kita.
Selamat belajar untuk berjalan di dalam kematian daging setiap hari!
Kamis, 08 Oktober 2015
DON'T LEAD BY ASSUMPTION
Diposting oleh
Ferry Felani
02.23
Akhirnya saya mengalami sendiri betapa berbahayanya memimpin berdasarkan asumsi. Saya adalah seorang yang berkepribadian Intim-Stabil yang sangat "people-oriented." Saya menyadari bahwa "relationship" merupakan area kekuatan saya. Namun, saya pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa kekuatan & kelemahan seseorang terletak di area yang sama. Kekuatan yang "tidak diurus" & dikembangkan, dapat berubah menjadi kelemahan yang mendatangkan kekalahan di hidup kita. Relationship ternyata merupakan area kekuatan sekaligus area kelemahan yang harus saya waspadai & atasi.
I love people... Saya bahkan bertumbuh sebagai seorang anak yang mudah percaya kepada orang lain. Tidak pendendam meskipun bisa saja terjadi keributan. Cepat memaaafkan. Tidak suka adanya konflik hubungan. Saya menyukai banyak teman. Lebih tepatnya, saya suka ketika ada banyak orang menyukai saya.
Namun ternyata, kepemimpinan membawa hidup saya ke dalam banyak zona berbahaya yang penuh dengan konflik & konfrontasi. Ada kalanya disalahpahami, difitnah, ditinggalkan, tidak dianggap, dimanfaatkan bahkan ada orang-orang yang menginginkan kegagalan & kehancuran saya.
Apa yang terjadi baru-baru ini membuka mata saya akan sebuah pelajaran penting di dalam kepemimpinan, yaitu: asumsi. Don't lead by assumption. Bagaimana caranya menggambarkan asumsi? Mungkin dengan kata-kata berikut: saya pikir... kirain sudah tahu... tadinya gue anggap dia sudah ngerti...
Ketika melihat "orang-orang hebat" yang Tuhan berikan di gereja kami, saya berasumsi bahwa mereka sudah hidup dengan kapasitas seorang pemimpin. Dengan melihat & berinteraksi dengan mereka, saya menaruh harapan yang besar akan kapasitas & kemampuan mereka. Ternyata saya salah. Bukan salah mereka jika mereka tidak memenuhi ekspektasi kita. Kitalah yang kurang objektif dalam mengenal mereka. Kita harus mengenal lebih dulu sebelum menaruh ekspektasi pada diri mereka. Karena menyukai hubungan dengan orang-orang tertentu, kadang kita menutup mata terhadap hal-hal kecil (sinyal-sinyal kecil) yang seharusnya kita waspadai. Ketika kita mengabaikan sinyal-sinyal kecil tersebut, kita sedang membiarkan benih yang salah tumbuh di dalam diri mereka.
Ternyata bukan hanya "leadership" yang harus dipandu dengan "prinsip," tetapi "hubungan" juga perlu dijalani dengan pemahaman akan prinsip-prinsip hubungan yang tepat. Prinsip-prinsip yang salah mengenai hubungan dapat membawa kita pada kegagalan & masalah besar seputar hubungan dengan orang lain.
Pengampunan merupakan langkah awal dari pemulihan. Iman membawa kita untuk terus melangkah maju dalam rencana Allah. Pasti ada sesuatu yang besar yang Allah ingin kerjakan melalui peristiwa ini. Kita harus kembali membenahi perspektif kita bahwa seluruh pelayanan kita merupakan milik Allah. People come & go. Sebagai pemimpin kita harus siap dengan pertambahan & kehilangan. Ketika ada orang yang masuk di bawah kepemimpinan kita, mungkin ada pemimpin lain yang kehilangan orang tersebut. Sebagai seorang pemimpin kita harus bersikap fair ketika orang datang & meninggalkan kita. Kita harus kembali mengingat bahwa kita cuma hamba. Kita bukan pemilik segala sesuatu; kita hanya dipercaya untuk mengelola apa yang Tuhan percayakan. Jika apa yang ada pada kita diambil, maka kita tidak boleh terpuruk dalam kekecewaan & masuk ke dalam kubangan mengasihani diri.
Tidak ada yang fatal di dalam Tuhan. Allah bisa mengubah & memperbaiki keadaan kita, melampaui kelemahan kita, asalkan kita memiliki kerendahan hati untuk memperbaiki setiap kesalahan yang Allah singkapkan kepada kita. Setiap pemimpin bukan hanya membutuhkan karunia untuk memimpin, mereka juga membutuhkan kasih karunia untuk memimpin. Agar ketika mereka berhadapan dengan konflik & konfrontasi, mereka tidak menjadi lelah, terluka & berhenti di tengah jalan. Melainkan tetap mengandalkan Allah yang telah memanggil mereka untuk sebuah tugas yang sulit, yang hanya bisa diselesaikan dengan kemampuan-Nya.
Pengurapan di dalam diri anda akan selalu mengundang konfrontasi. Semakin anda sungguh hidup dalam rencana Allah, Iblis akan semakin ingin menghentikan anda.
Saya bersyukur untuk "godly advice" yang diberikan oleh beberapa pemimpin yang telah lebih dulu melewati berbagai medan sukar di dalam kepemimpinan mereka. Hikmat yang mereka membantu saya untuk melihat jalan keluar & mengetahui hal-hal apa saja yang harus saya lakukan.
Senin, 05 Oktober 2015
The Hardest Lesson of Fatherhood Leadership
Diposting oleh
Ferry Felani
11.02
Seorang sahabat meminta saya menggantikan dia mengajar di kelas Christian Leadership di sebuah STT tempat ia mengajar. Saya diminta mengajarkan materi FATHERHOOD LEADERSHIP (Kepemimpinan Pembapaan). Ini adalah salah satu tema yang telah saya pelajari & praktekkan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Namun hari-hari ini, saya sedang berada di waktu yang sangat sukar untuk mengajarkan kebenaran tentang FATHERHOOD LEADERSHIP. Saya berada diambang kegagalan untuk mempraktekkan materi yang akan saya ajarkan. Kepemimpinan Pembapaan bukan sekedar paradigma, materi, konsep atau pun sebuah slogan. Melainkan sebuah proses yang sukar untuk dijalani karena di dalamnya terdapat banyak tantangan & asumsi.
Kehilangan terbesar dalam hidup saya bukanlah kehilangan harta benda, melainkan kehilangan hubungan-hubungan yang berarti. Malam ini, saya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Daud ketika ia dikejar & hendak dibunuh oleh Absalom, anaknya sendiri.
Daud melalui saat-saat yang sangat sukar dalam soal hubungan setidaknya dua kali, yaitu saat ia dikejar-kejar & ingin dibunuh oleh Saul mertuanya & saat ia dikejar-kejar & ingin dibunuh oleh Absalom anaknya sendiri.
Daud sang pemimpin hebat, harus melewati badai besar & krisis dalam kepemimpinannya. Yes, Daud memang terbatas & tidak sempurna. Namun, selalu saja ada orang yang tidak suka atau membenci Daud. Sang pemimpin hebat ini sempat mengalami apa artinya gagal menjadi seorang pemimpin sesungguhnya, yaitu menjadi seorang ayah untuk Absalom.
Dalam kepemimpinan pembapaan yang kita lakukan, kita mengharapkan muncul Salomo-Salomo yang dapat mewarisi pelayanan & nama baik kita. Namun tak jarang yang muncul malah Absalom-Absalom yang menyerang & mengambil otoritas kita untuk menggunakannya dengan cara yang keluar dari kehendak Allah.
Seperti halnya Daud, kita tidak suka keadaan di mana yang menjadi musuh kita adalah anak-anak rohani kita sendiri. Sehebat-hebatnya Daud memenangkan berbagai pertempuran, namun ia tak sampai hati untuk bertempur melawan anaknya sendiri. Daud difitnah, reputasinya dirusak & harus hidup sebagai pelarian bersama sisa-sisa pengikutnya.
Anak-anak rohani yang mudah meninggalkan kita & menikam kita biasanya adalah anak-anak yang terluka. Mereka belum sembuh dari luka terhadap otoritas di waktu yang lampau. Menjadi seorang bapa rohani tidak terjadi hanya karena seseorang memanggil kita "bapa." Melainkan waktu kita mendapatkan hati Tuhan untuk membawa orang lain pada penggenapan rencana Allah.
Pada akhirnya, kita bukan hanya bisa mengajarkan keberhasilan kepada orang lain, tetapi kita juga bisa mengajarkan hikmat dari kegagalan yang kita alami.
Daud mampu bangkit dari kegagalannya. Ketika anaknya Absalom meninggalkannya, Ia tetap tidak meninggalkan Allah. Daud tetap berjalan dalam keintiman dengan Allah, apa pun yang terjadi.
Minggu, 03 Mei 2015
WHAT KIND OF A SPIRIT YOU ARE?
Diposting oleh
Ferry Felani
09.13
Ada kalanya kita merasa segalanya baik-baik saja, tapi sesungguhnya kita sedang kehilangan api. Mungkin kita perlu berhenti sejak untuk melihat ke dalam diri kita, memeriksa dengan jujur segala persiapan kita & mengenali gerak hati kita. Apakah kamu terluka? Mungkin tidak. Apakah ada sesuatu yang mengganjal di hatimu tentang seseorang? Mungkin iya. Ganjalan-ganjalan di hati kita terkadang dapat mencuri api Allah dari hidup kita. Tiba-tiba pelayanan kita tidak seperti biasanya. Api tersebut padam perlahan. Bahkan terkadang kita masih mengira api tersebut masih menyala, ternyata tidak.
Jumat, 01 Mei 2015
MEMBERESKAN SIKAP PENGECUT DI DIRI KITA
Diposting oleh
Ferry Felani
16.45
Suatu kali saya merasakan dorongan Roh Kudus untuk berdoa bagi seseorang. Maksud saya, berdoa langsung untuk seseorang yang bukan Kristen. Pikiran saya menyimpulkan, orang tersebut tidak memiliki masalah yang berarti. Riskan rasanya menawarkan diri untuk berdoa untuknya. Kesempatan berupa waktu yang cukup untuk mengubah keputusan saya telah Allah berikan. Namun yang menahan saya untuk tidak melakukannya ialah: sikap pengecut yang saya miliki.
KETIKA TUHAN MENYINGKAPKAN KETAKUTAN, KEMARAHAN & KELEMAHAN KITA
Diposting oleh
Ferry Felani
10.37
Kadang kita berusaha membenarkan kemarahan kita... karena memang kita merasa benar. Apa yang membuat kita marah, seringkali menyingkapkan titik-titik kelemahan kita. Biasanya berupa sebuah ketakutan yang harus di atasi, sebelum akhirnya membatasi hidup kita untuk mengerjakan hal-hal yang besar bersama dengan Allah. Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah buku karangan seorang teolog bernama R.C. Sproul yang berjudul "What Can I Do With My Guilt?" Melalui buku tersebut saya belajar bahwa RASA BERSALAH seharusnya membawa kita pada REAL FORGIVENESS and REAL REPENTANCE. Rasa bersalah tidak selamanya buruk. Iblis dapat menggunakan rasa bersalah untuk menuduh (accuse) kita; namun Roh Kudus dapat menggunakan rasa bersalah untuk menyadarkan & meyakinian kita akan kehendak Allah.
Rabu, 11 Maret 2015
WHAT'S NEXT (THE TIME OF TRANSITION)
Diposting oleh
Ferry Felani
18.32
Malam ini saya diminta untuk berkhotbah di acara 40 hari meninggalnya seseorang. Meski pernah beberapa kali berkhotbah di ibadah penghiburan, namun ini pertama kalinya saya harus berbicara di acara 40-an. Sebagai orang Kristen, pada umumnya kita tidak mempercayai bahwa roh (arwah) orang mati gentayangan di dunia selama 40 hari baru setelah itu naik ke akhirat. Iman Kristen mempercayai bahwa ketika seseorang mati, roh mereka langsung bersama-sama dengan Tuhan di Firdaus (bagi yang mati di dalam Kristus) & berada di hades bagi mereka yang hidup di luar Kristus.
to accept the things I cannot change;
courage to change the things I can;
and wisdom to know the difference.
Living one day at a time;
enjoying one moment at a time;
accepting hardships as the pathway to peace;
taking, as He did, this sinful world
as it is, not as I would have it;
trusting that He will make all things right
if I surrender to His Will;
that I may be reasonably happy in this life
and supremely happy with Him
forever in the next.
Amen.
Sabtu, 24 Januari 2015
ATMOSFER KOMUNITAS KERAJAAN ALLAH
Diposting oleh
Ferry Felani
00.15