Memiliki impian bukan hanya memberikan kita sebuah harapan, tetapi juga resiko & tantangan untuk menguji impian tersebut. Sungguh menyakitkan jika kita mengalami impian yang ditertawakan. Tak jarang justru orang-orang terdekat kita yang seringkali melemahkan iman kita dalam perjalanan meraih impian. Menghidupi semua rangkaian kehidupan yang natural adalah jauh lebih mudah dibandingkan harus melangkah di dalam berjalan di dalam dimensi supranaturalnya Allah. Terutama jika kita pernah memiliki kegagalan untuk meraih mujizat yang diharapkan di masa lalu.

Tuhan Yesus mentoleransi kegagalan kita sebagai sebuah proses belajar. Dia mengampuni kesalahan kita karena Ia sangat memahami keterbatasan kita. Tapi masalahnya orang lain belum tentu memahami kegagalan & kesalahan yang kita lakukan. Bahkan terkadang apa yang menurut manusia merupakan kegagalan, dapat merupakan kesuksesan di mata Allah. Ukuran sukses Allah tentu tidak sama dengan ukuran manusia. Allah melihat penampilan, Allah melihat hati. Manusia melihat hasil, sedangkan Allah melihat proses bagaimana kita diubahkan menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Kita tidak selalu dapat menghindari rasa sakit akibat ejekan terhadap mimpi-mimpi kita. Coba saja perhatikan Yusuf yang diejek bahkan dibenci oleh kakak-kakaknya hanya karena ia menceritakan mimpi yang ia terima dari Tuhan. Yusuf disalahpahami. Lebih daripada itu, Yusuf dibenci karena mempunyai mimpi. Namun, siapakah yang dapat membatalkan mimpi yang telah diberikan Allah. Manusia mereka-rekakan yang jahat, namun Allah mengubah semuanya guna mendatangkan kebaikan.

Yusuf memilki pilihan untuk kecewa & sakit hati. Sindiran orang terdekat kita lebih menyakitkan daripada irisan pisau yang melukai jari kita. Bahkan bertahun-tahun pun bekasnya bisa tidak hilang jika kita tidak mengampuni. Seandainya Yusuf tidak hidup di dalam kuasa pengampunan Allah, ia pasti telah hilang kepekaan. Kepekaan rohani yang membuatnya Allah dapat bekerja dengan memberikan arti mimpi bagi Firaun. Dengan kepekaan rohaninya, Yusuf menangkap peluang yang ada di hadapannya. Menjadi orang nomor 2 di negeri Mesir setelah Firaun. Dipakai Allah untuk memelihara bangsanya & keluarga ayahnya dari bencana kelaparan yang melanda seluruh bumi.

Kegagalan & kesalahan seharusnya tidak membuat kita berhenti untuk berharap. Jangan hanya main aman! Putuskan untuk mengambil resiko, mempercayai Allah! Melangkah di dalam iman... keluar dari perahu... berjalan di atas air... walaupun sesekali tenggelam karena kurang percaya... Paling tidak kita telah membuat keputusan, untuk mempercayai & mengalami Dia... sambil mencari kesempatan lain untuk kembali melangkah ke luar dari perahu & mencoba kembali untuk berjalan di atas air.

Apa yang paling buruk dari kegagalan? Dipermalukan!
Apa yang paling baik dari mimpi yang tergenapi? Sukacita menyaksikan perbuatan Tuhan di hidupku!

- A dream gives you passion -