Saya jarang memikirkan kata tersebut. Namun, sekarang kata tersebut terdengar sangat menakutkan. Gengsi. Sebuah kata penting yang membuat jurang besar antara orang-orang yang berhasil dengan orang-orang yang gagal.


Hikmat berarti belajar dari kesalahan yang orang lain lakukan. Tuhan mengizinkan saya melihat kegagalan orang-orang terdekat untuk menemukan sebuah pelajaran berharga tentang gengsi.


Gengsi adalah: sikap tidak mau merasa direndahkan, dipermalukan, terlihat jelek, lemah & gagal, yang menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan atau mengatakan apa yang seharusnya, sehingga ia tidak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.

Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan benar yang seharusnya ia lakukan. 
Mengapa harus "meminta tolong" & "terlihat bodoh," kalo kita bisa membuat pancingan melakui sikap & perkataan kita yang dapat membuat orang lain "menawarkan pertolongan." Bukankah itu terlihat "lebih pintar"? Tentu tidak. Ini merupakan ketidaktulusan, kemunafikan & kesombongan. 

Gengsi ternyata telah menyelinap dibalik kedok & jubah rohani. Mengatasnamakan Tuhan & firman Allah, seseorang dapat berusaha memperoleh apa yang ia inginkan secara "indirect" (tidak langsung). Suruh orang lain yang bilang! Lempengin muka aja! Pura-pura bego! (maaf, maksudnya pura-pura nggak tahu)... Pura-pura nggak tahu merupakan salah satu ekspresi dari DOSA KEBOHONGAN. Memang tidak terlalu kelihatan, tapi tetap saja dosa.

Pura-pura nggak tahu, pura-pura lupa & pura-pura baik merupakan ekspresi dari dosa kesombongan. Di dalam kebenaran sejati tidak ada kepura-puraan, karena kasih memberi tempat terhadap ketidaksempurnaan kita.

Kerendahan hati terekspresi di dalam 3 kata penting ini:
- terima kasih
- tolong
- maaf

Orang yang tidak pernah belajar mengucapkan 3 kata ini menjadi bagian dari pola hubungannya, adalah orang yang sedang dikuasai kesombongan. Memang, kita bisa saja menggunakan ketiga kata tersebut untuk membentuk kerendahan hati palsu. Tapi ingat, sesuatu yang palsu tidak tahan lama.

Beberapa hari ini Tuhan membukakan pikiran saya tentang bahaya gengsi. Beberapa orang yang saya kenal mengalami masalah yang semakin memburuk: pernikahan yang hampir hancur, kemiskinan, keterikatan hutang, pengangguran, dll. Dan saya menemukan "akar" yang sama dari beberapa kasus yang berbeda: gengsi. Kesombongan terselubung telah menciptakan kegagalan yang berulang dalam hidup seseorang. Bukan berarti siklus kegagalan ini tidak bisa diputuskan. Asalkan saja kita bersedia untuk memperagakan kerendahan hati, maka kita dapat membutuskan rantai kegagalan tersebut.
Pelajaran ini saya tulis bukan untuk menghakimi siapa pun. Cerita-cerita yang pernah saya dengar tentang kegagalan orang-orang saya kenal & kehidupan-kehidupan yang Tuhan izinkan untuk saya saksikan, telah memberikan saya "rambu" untuk saya pasang. Untuk mengingatkan diri saya sendiri, agar tidak terperosok ke dalam lubang yang sama. Terima kasih buat kalian yang telah berbagi cerita dengan saya. Saya percaya bahwa Tuhan memakai cerita-cerita tersebut untuk menyelamatkan hidup saya dari kehancuran. Let's fight for humility!