Secara tidak sengaja, siang ini saya bertemu dengan seorang teman lama di sebuah mall. Saya mengenal dia sebagai pribadi yang rendah hati, kalem, bersahaja, nggak neko-neko. Lama kami tidak bertemu. Beberapa tahun ini kami pertama bertemu sesekali dalam beberapa acara rohani. Tampangnya masih sama persis! Hampir tidak ada yang berubah sama sekali. Itu sebabnya saya sangat mudah mengenalinya.
Sebenarnya saya tidak terlalu dekat dengan teman saya ini. Kami pernah berjemaat & berkomunitas di gereja yang sama. Sampai akhirnya dia memiliki pelayanan sendiri, begitu juga saya. Saat ini dia telah bergabung dalam sebuah pelayanan yang dipimpin oleh seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Saya pernah mengikuti ibadah yang diadakan oleh hamba Tuhan tersebut, & sangat diberkati oleh khotbah-khotbahnya.
Tapi mengapa dalam beberapa perjumpaan terakhir dengan teman saya ini, saya merasakan ada yang berbeda. Bukan tampangnya. Bukan pula penampilannya. Tetapi sikapnya. Saya yakin dia pasti mengalami banyak hal yang dahsyat bersama dengan Allah di bawah kepemimpinan hamba Tuhan yang luar biasa ini. Dan sepertinya dia juga memiliki pelayanan yang lebih "ber-impact." Tapi ada sesuatu yang saya rasakan hilang dari dirinya. Sesuatu yang dulu saya pikir hal tersebut merupakan keunggulan dalam dirinya, yaitu: kerendahan hati. Mati-matian saya berusaha, sepertinya sulit untuk saya dapat mecapai kerendahan hati seperti teman saya ini. Pertemuan kami siang ini benar-benar mengejutkan saya. Sikap & perkataan yang keluar dari dirinya sama sekali tidak menggambarkannya sebagai pribadi yang saya kenal dengan kerendahan hatinya.
Kami tidak sempat ngobrol panjang. Hanya saling menyapa & saling menanyakan kabar tidak lebih dari 5 menit. Namun, tatapan matanya, cara bicaranya, bahasa tubuhnya... semoga saja saya salah... Tapi bagaimana jika benar?
Malam ini saya memutuskan untuk berdoa bagi teman saya ini. Saya percaya bahwa Allah telah mempercayakan dia pelayanan yang luar biasa. Dan juga memiliki bapa rohani yang dipakai Tuhan luar biasa. Jika hari ini Tuhan mengizinkan saya mengenali hilangnya kerendahan hati dalam dirinya, saya tetap tidak dipanggil untuk menghakiminya. Saya tahu, bahwa saya pun perlu banyak bergumul di dalam zona kerendahan hati. Ketika saya menyadari bahwa hati saya terganggu dengan pertemuan singkat dengannya siang ini, bagi saya ini merupakan sebuah panggilan untuk mendoakannya.
Berapa sering kita menjumpai kesalahan orang lain & menghakiminya? Menjadikannya buah bibir untuk diperbincangkan tanpa ada solusi yang berarti. Saya percaya ketika Allah mengizinkan kesalahan atau kelemahan orang lain tersingkap di hadapan kita, hal itu merupakan sebuah panggilan untuk mendoakannya. Itulah fungsi tubuh. Kekuatan kita harus menutupi kelemahan orang lain, begitu juga sebaliknya.
Di satu sisi saya mendapat pelajaran rohani lain yang tak kalah penting!
Perkenalan kita dengan orang-orang tertentu (entah itu hamba Tuhan yang dipakai Tuhan luar biasa ataukah artis), dapat mengubah sikap hati kita. Dapatkah kita mempertahankan kerendahan hati kita? Ketika Allah memberkati kita dengan pelayanan yang lebih luar biasa, apakah dengan mudah kita kehilangan kerendahan hati.
Kita harus bertumbuh di dalam kerendahan hati, seiring dengan promosi yang kita terima dari Tuhan.
"Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:17-18)
Tuhan mau agar kita tetap menjaga hati ketika 2 hal terjadi:
1. Kelemahan orang lain tersingkap di hadapan kita:berdoalah bagi orang tersebut.
2. Kita diberkati dengan hubungan (kenal dengan orang-orang hebat) & mengalami promosi dalam pelayanan atau pekerjaan: terus bertumbuh di dalam kerendahan hati.
0 komentar:
Posting Komentar