Apakah membicarakan tentang uang, kesukesan, tabungan, pencapaian, karir... mencuri sukacita kita? Apakah obrolan santai dengan sahabat-sahabat kita berujung pada kemurungan? Percakapan seru menuntun kita pada penyingkapan diri bahwa "aku belum seperti mereka" atau "aku belum memiliki apa yang mereka miliki."

Hal ini umumnya dialami oleh mereka yang sudah terjun ke dunia pekerjaan atau baru menikah. Momen saling bertukar informasi tiba-tiba menjadi waktu yang tepat untuk Iblis mencobai kita. Fokus akan Allah dialihkan pada harta, karir & pencapaian.

Ingin terlihat hebat. Ingin mendapat pengakuan. Ingin dipuji. Bukankah semua orang menginginkannya? Tentu saja. Bahkan ada banyak orang yang rela menyiksa diri demi mendapatkan ini semua. Jiwa yang haus mencari jawaban pada sumber yang salah. Allah menciptakan jiwa agar dapat dipuaskan oleh Diri-Nya.

Penghalang utama perubahan hidup ialah: penyangkalan. Kita menyangkal bahwa kita iri dengan orang lain. Kita menyangkal bahwa sebenarnya kita marah. Kita menyangkal bahwa sebenarnya kita sangat menginginkan sesuatu. Mengapa tidak mengakuinya saja?

Mengakui bukan berarti membenarkan! Kita mengakui apa yang salah, agar kita bisa mengambil langkah perbaikan.


"Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (I Tim 6:9-10)

"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,..." (II Tim 3:1-2)

Hari-hari ini saya sedang melihat aplikasi nyata dari 2 kebenaran di atas. Mereka yang dulu melayani Tuhan dengan tulus & mengasihi kebenaran, sekarang sedang menjauh dari Tuhan & sedang menyembah Mamon. Tuhan hanya alat untuk mencapai tujuan, bukan Raja yang memerintah di hati kita.

Tidak ada jaminan bahwa saya tidak akan terporosok di dalamnya. Saya harus waspada! Menjaga hati saya dari "cinta akan uang"... melayani Tuhan dengan segala ketulusan & kejujuran.

"Bapa, tolong jaga hatiku... untuk tetap mengasihi & melayani-Mu dengan penuh kemurnian."