"Melayani" sudah menjadi kata yang rancu di dalam kekristenan. Berbagai tujuan & agenda pribadi yang memberi warna lain dari warna yang diberikan Yesus, mendatangkan banyak kesalahpahaman & kebingungan di dalam Tubuh Kristus (baca: gereja).


Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Lukas 10:3)

Yang harus kita minta agar Tuhan mengirimkan kepada kita ialah "pekerja," bukan artis, CEO, bisnisman, maupun musisi handal. Mintalah pekerja!

Hari-hari ini kata "melayani" sering digunakan oleh orang-orang tertentu untuk mendapatkan pengaruh, kendali, popularitas maupun uang. Kata ini telah diselewengkan begitu rupa sehingga banyak orang mulai bersikap curiga kepada pelayanan-pelayanan sejati.

Melayani adalah cara Allah mengikis daging kita. Pelayanan yang sejati bukan memberikan kenyamanan kepada daging. Melalui pelayanan kita dipanggil untuk mendahulukan orang lain. Ini tentu sangat bertentangan dengasifat dasarvmanusia yang memiliki kecenderungan untuk bersikap egois.

Suatu hari saya begitu kelelahan dengan berbagai aktifitas & kesibukan yang ada. Bahkan hal-hal kecil pun begitu menyibukan & menguras energi saya. Dalam keadaan letih, saya masih harus berhadapan dengan sikap orang lain yang cukup "bossy" (sok main suruh & perintah). Saat kejengkelan mulai menyelinap masuk, Roh Kudus pun tidak kalah cepat untuk memanfaatkan peluang untuk memuridkan seorang murid yang sedang tidak siap belajar.

Di tengah kelelahan saya, Roh Kudus berbisik: "Kamu melayani karena kamu pemimpin! Melayani adalah cara Alkitabiah untuk menjadi besar!" Melayani adalah jalan menuju promosi ilahi!" Tiba-tiba saja keletihan & perasaan jengkel saya terangkat. Seandainya saja banyak orang Kristen memahami agenda Allah dibalik situasi tidak menyenangkan di mana kita merasa seperti "kacung," namun pada saat itulah Allah sedang mempersiapkan kita; kita tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Kesempatan-kesempatan besar seringkali bersembunyi di balik perkara-perkara kecil.

"Mengapa semuanya harus aku yang mengerjakannya?"
"Mengapa aku selalu disuruh-suruh sama orang ini?"
"Mengapa dia harus memintanya dengan cara (bicara) seenaknya seperti itu?"
"Tidakkah dia bisa bilang terima kasih atas semua yang sudah aku lakukan?"
"Apakah semua pengorbananku ini tidak artinya buat dia?"

Pernahkah anda merasakan perasaan-perasaan ini?

Harga diri kita seperti ditabrak dengan keras. Kadang kita berpikir, kalau terus dibiarkan nanti jadi seenaknya... atau kalau dibiarkan nanti seperti si ini, si anu, kasus keluarga ini, kasus perusahaan itu (& berbagai skenario lainnya).

Tidak dapat dipungkiri bahwa selalu saja ada orang-orang yang suka memanfaatkan kebaikan orang lain. Dari teman, keluarga, pemimpin, bahkan partner pelayanan.

Ada kalanya saya lelah dengan sikap orang-orang tertentu. Dalam keadaan kesal, hindari untuk membuat kesimpulan. Kesimpulan yang salah akan menghasilkan tanggapan yang salah. Kenali "waktu kebodohan" kita, yaitu saat di mana kita paling sulit untuk menguasai diri.

Kesimpulan yang saya buat di tengah-tengah kekesalan, membuat saya kehilangan kelemahlembutan & kerendahan hati. Sikap satu dua orang yang menganggu, membuat saya membangun benteng kepada banyak orang. Saya sering sekali menggunakan kata "insecure" (tidak aman). Sampai tiba-tiba saya menyadari bahwa kata tersebut telah menyerga saya dengan diam-diam.

Saya pernah membaca sebuah buku yang bercerita tentang kehidupan Herodes. Dibalik tahta & kekuasaanya, Herodes adalah seorang pria yang "insecure" (tidak akan) dengan dirinya & keberadaan orang lain disekelilingnya. Herodes yang berbakat berubah menjadi Herodes yang keji, yang tidak sayang membunuh siapa pun (termasuk para kerabatnya), yang keberadaannya mendatangkan rasa tidak aman (insecure) dalam diri Herodes.

Roh Herodes adalah roh pembunuh potensi. Spiritual abortion (aborsi rohani) menjadi strategi pemimpin yang tidak aman dengan keberadaan orang lain, untuk menyingkirkan setiap orang yang ada di jalan mereka, karena takut kehilangan apa yang ia miliki hari ini.

Roh apa yang sedang menunggangi kepemimpinan kita? Roh Anak Domba yang lemah lembut atau roh Herodes yang licik & berbahaya?

Kepemimpinan bukan hanya soal skill, tetapi juga soal roh. Roh apa yang adapada kepemimpinan kita? Jika Roh Kristus yang menjadi nafas pelayanan kita, maka IA akan memberikan kita identitas & rasa berharga yang berakar di dalam karya penebusanNya sehingga kita dapat mengalahkan perasaan-perasaan "insecure" pada saat kita melayani dengan sikap hati & motivasi yang benar.

Jangan biarkan perlakuan buruk orang lain membuat kita kehilangan sikap hati & motivasi yang benar dalam melayani Allah & jiwa-jiwa.