Pengalaman hidup dengan akar penolakan membuat seseorang sulit untuk bersikap tegas. Tegas adalah sebuah kata yang mengingatkan saya pada sebuah buku yang pernah saya baca di awal pertobatan. Buku tersebut berjudul "Berani Berkata TIDAK Tanpa Merasa Bersalah" yang ditulis oleh Robert Liardon. Kegagalan saya menghidupi pelajaran ini di masa lalu, membuat saya harus terus mengulang kembali pelajaran yang sama. Pelajaran ketegasan.

Ketegasan merupakan sikap yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pria & seorang pemimpin. Tanpa ketegasan, tidak akan ada kemajuan. Bukan hanya itu. Ketegasan juga dapat mencegah terjadinya kehancuran. Takut penolakan telah membuat saya sering membiarkan suatu masalah serius, meskipun gejala-gejalanya telah terlihat sangat jelas.

Saya sering menyesal. Menyesal untuk apa yang tidak saya lakukan untuk melindungi orang-orang yang saya kasihi. Saya tidak berani mengatakan kebenaran hanya karena takut menyinggung perasaan orang lain. Dalam gaya kepemimpinan, saya cenderung untuk selalu menghindari konfrontasi. Ada banyak dalih yang bisa saya berikan untuk menutupi ketakutan & ketidaktegasan saya. Salah alasannya ialah: kasih. Dengan pengertian yang dangkal, saya beranggapan bahwa ketegasan berlawanan dengan kasih. Sikap "permisif" dengan mudah tumbuh, sehingga menghasilkan buah-buah kompromi dalam hidup banyak orang.

Orang-orang Kristen yang senang hidup di dalam dosa & suka memaklumi kejatuhan sangat menyukai gaya kepemimpinan saya. Sikap suka memaklumi, permisif & tidak tegas memang membuat saya menjadi pemimpin yang disukai. Namun menjadi pemimpin yang disukai bukan tanda keberhasilan. Tanpa saya sadari, orang-orang yang saya pimpin menunjukkan gejala kehidupan Kristen yang tidak sehat. Hidup seenaknya, tidak memiliki disiplin rohani, moody & tidak banyak yang muncul sebagai pemimpin yang kuat.

Meskipun saya sering menerima pujian dari banyak orang, namun saya mulai menyadari bahwa ada yang salah dengan gaya kepemimpinan saya. Telah terjadi ketidakseimbangan dalam prinsip kepemimpinan. Kasih karunia tidak berjalan dengan kebenaran, hingga ketimpangan tersebut menghasilkan "penyalahgunaan kasih karunia."

Dua tahun terakhir, Allah banyak mengajar saya mengenai "ketegasan." Bidang di mana saya telah berulang kali gagal. Allah menggiring saya masuk ke dalam konfrontasi-konfrontasi langsung. Beberapa pewahyuan menyingkapkan bagaimana cara konfrontasi itu seharusnya dilakukan.

Bahkan memasuki tahun 2012 ini, saya banyak berurusan dengan masalah ketegasan. Waktu-waktu doa menjelang pergantian tahun, menjadi saat di mana Allah sering menyingkapkan pesan-pesan untuk tahun yang akan datang. Roh Kudus berbicara bahwa tahun 2012 akan menjadi "The Year of Spiritual Leadership" bagi saya. Allah meminta agar saya lebih lagi hidup dipimpin oleh Roh Kudus di dalam pengambilan keputusan. Ternyata "ketegasan" menjadi area yang sangat berperan.

Untuk setiap permintaan & tawaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan & hati nurani yang murni, saya memberanikan diri berkata "tidak." Saya menyadari bahwa beberapa orang tidak suka dengan jawaban yang saya berikan. Bahkan lebih jauh dari itu, beberapa dari mereka benar-benar tidak menyukai saya. 

Saya ingat salah satu nubuatan yang diberikan kepada saya dipertengahan tahun 1999. Tuhan akan memakai pelayanan saya seperti Yohanes Pembaptis. Nubuatan ini terkubur begitu dalam. Saya tidak bisa melihat kesamaan Yohanes Pembaptis yang pemberani dengan diri saya yang penakut & cenderung main aman. Saat ini saya sedang melihat nubuatan tersebut mulai digenapi. Pengurapan Allah yang terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan rohani yang saya terima dari Allah, mendatangkan banyak keberanian di dalam diri saya. Saya tidak laku takut ditolak ataupun dibenci karena melakukan & mengatakan kebenaran. Saya harus mempertanggungjawabkan seluruh pelayanan saya kepada Allah, bukan kepada manusia. Penilaian yang sejati datang dari Allah, bukan manusia. Saya tidak boleh membangun pelayanan saya, tetapi harus membangun Kerajaan-Nya. Saya tidak boleh mencari pengikut, tapi menjadikan semua orang murid Yesus (bukan murid saya).

Saya berharap pelayanan saya kali ini semakin matang & didewasakan oleh Allah. Saya tidak terlalu peduli pada berapa banyak undangan khotbah keliling yang saya terima dalam satu tahun. Bukan hal ini lagi yang saya kejar. Saya cuma mau tahu Tuhan mau apa dari hidup saya. Saya ingin hidup berkenan kepada-Nya. Saya ingin menjadi seorang hampa Tuhan yang "accountable & responsible" dihadapan Tuhan. Mungkin saat ini saya masih jauh dari ini semua. Namun saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Allah berikan untuk melayani DIA. Saya menerima cuma-cuma, dan saya akan berikan secara cuma-cuma. Seperti janji Allah di awal pelayanan penggembalaan saya: "Kamu tidak hidup dari pemberian orang lain, melainkan hidup dari pemberianmu. Mulailah menabur & Aku akan memberkatimu." Terima kasih untuk janji-Mu Bapa. i love you so much...