Sejak tahun 2004, saya menetapkan target baca buku setiap tahunnya. Dimulai dari 30 buku pada tahun tersebut. Rekor yang pernah capai ialah sebanyak 70 buku, yaitu pada tahun 2007. Rata-rata saya membaca 50 buku dalam setahun.
Beberapa waktu belakangan ini saya merasa lebih mudah menghabiskan sebuah buku. Antara 2-3 hari untuk satu buku setebal kurang dari 200 halaman. Padahal sejak kecil saya bukan "kutu buku."
Kebiasaan membaca saya bangun ketika saya mulai lahir baru. Banyak hal seputar iman Kristen ingin saya ketahui. Buku-buku "bapa rohani" saya yang kala itu ssedang menyelesaikan studi di Sekolah Theologia menjadi incaran saya. Saya membaca karena saya di dorong oleh tujuan. Manfaat yang saya dapatkan dari membaca, membuat saya tidak pernah berpikir untuk berhenti membaca.
Setiap tahun saya menghabiskan uang yang sangat banyak untuk membeli buku. Pada tahun 2008, saya mendapat kesempatan untuk melayani ke luar negeri. Sydney, Australia menjadi kota & negara pertama yang saya injak. Saya harus berterima kasih kepada kedua sahabat saya: Andry Sugandi & Wigand Sugandi yang mengantar saya ke toko buku Koorong. Saya pulang ke Indonesia membawa 35 buku. Bayangkan, saya menghabiskan uang sekitar 300 dollar Australia untuk membeli buku-buku tersebut.
Beberapa bulan lagi saya akan kembali datang ke Sydney, Australia. Tentu toko buku Koorong telah menjadi salah satu "destination" di mana saya akan menggunakan sebagian uang saya.
Pembelajaranlah yang membawa saya pertama kali ke kota Sydney untuk berkhotbah sebanyak 11 kali dalam waktu 3 minggu 10 hari. Waktu itu saya sungguh-sungguh mempersiapkan diri selama 4 tahun dengan banyak membaca. 4 tahun setelah kedatangan saya terakhir, kini saya kembali ke sana. Saya rasa 4 tahun ini saya telah belajar lebih banyak. Lebih tepatnya, bertobat lebih banyak. Belajar berarti bertobat. Menambah pengetahuan tidak akan membawa dampak apapun, jika kita tidak membuat keputusan untuk berubah dengan membuang apa yang salah & menerima apa yang benar.
Saat ini saya jauh lebih siap untuk melayani ke luar negeri. Persiapan yang saya lakukan bukan hanya dengan membaca, tetapi juga dalam latihan rohani. Saya belajar bertanya kepada Tuhan mengenai buku yang harus saya baca. Membaca buku yang tepat di waktu yang tepat sangat penting. Allah sering berbicara kepada saya melalui buku-buku yang saya baca. Belajar tidak mengabaikan impresi yang datang untuk membaca atau membeli sebuah buku, telah mendatangkan banyak keuntungan bagi kehidupan rohani saya. Saya mencintai buku. Allah menggunakan kecintaan saya pada buku untuk mengajar, mewahyukan Diri & berbicara kepada saya.
Setiap orang percaya harus hidup dipimpin Roh. Ini bukan sekedar sebuah ungkapan. Inilah kebenarannya! Bahkan dalam soal membaca buku pun, kita harus bertanya: buku apa yang Tuhan ingin kita baca saat ini! Ada kalanya Tuhan meminta saya untuk berhenti membaca buku sejenak, karena ia hendak berbicara dengan cara yang lain. Saya belajar menaatinya. Walaupun saya suka membaca buku-buku rohani, namun kecintaan saya terhadap buku tidak boleh melebihi kecintaan saya kepada Tuhan. Bahkan saya tidak boleh lebih suka membaca buku-buku rohani daripada membaca Alkitab (the anointed Book).
Sejak awal pelayanan, saya selalu memegang perkataan John C. Maxwell: "Pembaca adalah Pemimpin." Jika sampai hari ini saya membaca, itu karena saya masih ingin terus berfungsi sebagai seorang pemimpin. Setiap pemimpin akan diperhadapkan pada situasi pembuatan keputusan yang sulit. Kita membutuhkan wawasan untuk membuat keputusan dengan benar. Kebiasaan membaca akan membantu para pemimpin untuk membuat keputusan dengan benar.
Kebiasan membaca membuat saya tidak pernah bosan dengan hidup saya. Di dalam buku-buku tersebut, saya menemukan banyak hal yang baru untuk dipelajari.
Dipercaya untuk menolong banyak orang melalui konseling & konsultasi merupakan sebuah anugerah Tuhan bagi hidup saya. Dengan membaca, saya menyambut kepercayaan yang Tuhan berikan dengan penuh tanggungjawab. Saya tidak dapat membagi apa yang tidak saya miliki. Mentalitas pembelajar adalah hal yang mutlak dimiliki oleh setiap para pelayan Tuhan. Itu sebabnya para pengikut Yesus disebut "disciples." Mereka dipakai karena mereka mau terus belajar.
0 komentar:
Posting Komentar