Sampai sekarang saya masih sering mendengar pertanyaan: "what is your job?" Pekerjaan seseorang menggambarkan banyak hal tentang orang tersebut. Namun pekerjaan bukan sekedar masalah status atau jabatan. Bukan apa yang tertera di kartu nama kita. Pekerjaan adalah sebuah pengabdian diri, bersedia berbagi & menolong orang lain sesuai dengan kemampuan ataupun ketrampilan yang kita miliki, untuk kebaikan orang lain. Pada umumnya orang mengukur pekerjaan berdasarkan posisi, nama perusahaan, besarnya gaji & tunjangan. Memang betul bahwa hal tersebut sangat penting sekali. Namun, jika kita bekerja hanya untuk status & uang, maka kita bisa kehilangan hakikat kerja sebagaimana Allah merancangkannya untuk kita.
Banyak orang berpikir bahwa pekerjaan seorang pendeta (pastor atau gembala jemaat) adalah berkhotbah. Saya sering mengatakan bahwa tugas pendeta (pastor atau gembala) bukan HANYA berkhotbah. Berkhotbah hanya salah satu dari sekian banyak tugas pelayanan yang dilakukan oleh seorang pastor atau gembala jemaat.
Hari-hari ini saya sedang mengatasi sebuah permasalahan yang sangat serius di dalam jemaat. Dibutuhkan karakter, kepemimpinan, doa, hikmat & kerja sama tim yang baik untuk bisa membuat keputusan dengan benar. Saya harus membuat keputusan yang cukup sulit. Menghadapi banyak serangan & kritik. Disalahpahami. Terancam kehilangan hubungan-hubungan tertentu.
Beberapa tahun lalu (mungkin masih sampai sekarang), banyak orang ingin menjadi pendeta. Kisah pertobatan yang dramatis, membuat orang-orang tertentu dikagumi karena kesaksian-kesaksian mereka yang luar biasa. Manusia suka dengan pengaruh, posisi & kekuasaan. Pujian orang lain bisa membawa kita ke jalur di mana sebenarnya bukan bagian kita. Tiba-tiba "menjadi pendeta" menjadi trend & tujuan dari banyak orang Kristen. Anak muda, pengusaha, artis, dan berbagai profesi lainnya, berbondong-bondong meninggalkan pekerjaan mereka yang sebelumnya untuk menjadi pendeta. Jika itu memang panggilan Tuhan, tidak masalah. Namun, berapa banyak orang yang menjadi pendeta & menggembalakan gereja tahu persis apa tugas & pekerjaan mereka? Apakah mereka tahu bagaimana mengajar, memuridkan, mengkonseling dengan benar, melakukan "truth confrontation", mendoakan orang lain, merintis gereja, dll? Membuat keputusan dalam tingkat kepemimpinan rohani bukan perkara mudah. Kita tidak bisa memutuskan dengan pertimbangan manusia. Seperti kata Edwin Louis Cole, "hikmat manusia mengacaukan kebenaran Allah." That's true!
Sebagai pendeta muda, saya belajar menghayati panggilan, peran, tigas & tanggungjawab saya. Ada saat di mana saya melakukan pemberkatan nikah, membaptis orang, melakukan penyerahan anak di gereja, berkhotbah, membangun hubungan dengan gereja/pendeta lain... Saya belajar memahami panggilan hidup saya bukan hanya sebatas jabatan & status, melainkan apa yang Tuhan inginkan dari saya di waktu-waktu tertentu.
Hari ini saya sudah melayani konslutasi 4 orang melalui BBM. Menjawab pertanyaan mereka, memberi saran & pengajaran sesuai Firman Tuhan. Pekerjaan saya tidak terbatas oleh ruang & waktu. Saya harus siap kapan pun Allah hendak memakai saya. Itu sebabnya, saya belajar mempersiapkan diri sebaik mungkin setiap hari. Displin doa puasa minimal seminggu sekali, membaca 50 buku setahun, setiap hari membaca 9 pasal ayat Firman Tuhan, melakukan pembapaan & pemuridan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan & membangun hubungan dengan orang-orang yang saya pimpin.
Beberapa pengalaman rohani yang Allah berikan membuat saya tidak ingin lagi untuk "kejar setoran" (khotbah keliling dari satu gereja ke gereja lain setiap minggu dengan harapan mendapatkan banyak uang persembahan kasih). Saya tahu bahwa konsekuensi finansial untuk keputusan ini. Namun, saya memilih untuk menjalaninya tanpa rasa takut. Larry S. Julian dalam buku God is My Success mengatakan bahwa finansial freedom adalah ketika kita berani mengambil keputusan yang benar tanpa takut akan konsekuensi finansial, karena kita percaya bahwa Allah itu sendirilah sumber berkat.
Dampak yang muncul dalam setiap pelayanan saya sebenarnya merupakan hasil dari apa yang saya lakukan setiap hari. Apa yang orang tidak lihat ketika saya berdoa di kamar. Membaca & meneliti Firman Tuhan untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Masih terjaga untuk membaca buku ketika isteri saya sudah tertidur lelap.
Jika kita tidak menghargai panggilan Tuhan, kita akan kehilangan panggilan tersebut. Iblis ingin mengaborsi panggilan Tuhan dalam hidup kita, sehingga ia dapat menghancurkan banyak kehidupan. Tahun 2012, saya berkomitmen lebih lagi untuk membangun kehidupan roh saya sebagai seorang pemimpin, karena percaya bahwa waktunya sudah sangat singkat. Status pekerjaan saya tidak sepenting panggilan hidup saya. Saya akan membayarnya dengan hidup & nyawa saya sehingga semua yang Allah rencanakan terjadi dalam hidup saya.
0 komentar:
Posting Komentar